Part 4 Destiny

5.8K 473 1
                                    

Angin malam berhembus dengan kencang di tengah kegelapan. Di sebuah ruang tahanan, nampak seorang gadis mungil meringkuk di pojok ruangan. Tangan mungilnya memeluk seekor kucing kecil yang juga nampak lusuh.

Sudah 3 hari dirinya mendekam di tempat itu. Tentunya tanpa adanya makanan, minuman, dan pakaian. Dirinya hanya ditemani oleh seekor kucing kecil yang senantiasa membagi sisa makanannya untuk gadis itu.

"Puuss maafkan aku ya, selalu merepotkanmu" lirih gadis itu sambil mengelus bulu kucing kecil yang ada di pelukannya.

"meeeow.. " kucing itu nampak menggeliat manja di pelukan Elisa.

"Kamu manis sekali, terimakasih banyak ya sudah mau menjadi temanku. Hanya kamu yang mau menjadi temanku" Elisa berkata dengan sendu.

Tentu saja Ia masih ingat dengan jelas kenangan-kenangan itu. Kenangan indah bersama orang tuanya, kakaknya dan sahabatnya. Sampai malam mengerikan itu datang dan merenggut semuanya.
Dirinya senantiasa berdoa kepada Tuhan, semoga segera terbebas dari kutukan ini.

#Di Sebuah Ruang Kerja
Lucian masih memandangi dokumen-dokumen di mejanya.
Di usianya yang sudah matang dia masih saja merasa kesepian. Dirinya teringat dengan perkataan penyihir tempo hari mengenai matenya. Tapi dirinya tak segera percaya dan menganggap semua itu hanya bualan belaka.

"Haaaah.. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus mempercayai penyihir tua itu? Bagaimana kalau dia menipuku?" Ucapnya pada dirinya sendiri.

Tapi sepertinya memang rasa penasaran sudah menguasai dirinya. Ia akhirnya memilih untuk memeriksa sendiri apakah benar matenya ada di penjara.

Dengan langkah yang mantap, kakinya menuntun Lucian ke penjara hukuman. Bau amis dan anyir semakin tercium di inderanya kala dirinya semakin mendekat ke tempat itu. Karena tak ingin membuang waktu, Ia mempercepat langkahnya. Entah kenapa dirinya merasakan perasaan aneh mengenai penjara yang paling ujung.

Jantungnya berdetak tak karuan dan hatinya merasa gelisah. Entah apa yang menyebabkan dirinya jadi seperti ini. Saat sampai di dekat penjara ujung, hal yang tak pernah dipikirkan olehnya terjadi.
Ia mencium aroma yang menenangkan sekaligus memikat batinnya.

Dirinya dapat mencium harumnya bunga lily, bunga wisteria dan bunga allysum. Ia ingin sekali segera melihat siapakah orang yang ditakdirkan menjadi matenya. Tanpa butuh waktu lama, Ia segera memerintahkan penjaga untuk membuka kuncinya.

Tak disangka hal yang dikatakan penyihir benar adanya. Tetapi batinnya merasakan beberapa kejanggalan. Beberapa pertanyaan muncul di otaknya. Seperti bagaimana matenya bisa ada di penjara? Kenapa penyihir itu bisa tau matenya di penjara? Dan apakah maksud sebenernya dari ramalan penyihir itu?. Yang pasti sekarang Ia akan mencari jawabannya.

Tak butuh waktu lama penjaga kembali dengan kunci di tangannya dan membuka pintu ruangan itu. Setelah ragu untuk beberapa saat, Lucian memantapkan hatinya dan melangkah masuk.

Aroma harum yang menenangkan dan memikat itu menguar di indera penciumannya. Sejenak ia memejamkan matanya untuk menikmati harumnya aroma ini. Setelah beberapa saat, dirinya mulai menyusuri pandangannya ke penjuru ruangan.

Di pojok ruangan, dirinya dapat menangkap sosok gadis mungil yang nampak tertidur meringkuk seperti janin. Dengan langkah perlahan dirinya mendekat dan hendak melihat wajah gadis mungil itu.
Jantungnya berdebar tak karuan. Dan saat ia berhasil melihat wajah gadis itu, dirinya hanya bisa diam mematung.

"Hah?! Ini tidak mungkin.. Jangan bilang gadis ini adalah mateku" gumamnya saat melihat gadis mungil itu.

"Tidak.. ini tidak mungkin.. ini tidak mungkin.. Pasti ini sebuah kesalahan.. Tidak mungkin dia mateku.. "

Seolah mendapat tamparan keras baginya. Lucian nampak kecewa dan tidak terima terhadap keputusan Dewi Bulan. Tanpa pikir panjang Ia segera meninggalkan ruangan itu dan menyuruh penjaga untuk mengunci ruangan itu kembali. Ia pergi ke ruangannya dan berharap semua hal itu adalah mimpi buruk baginya.

Malam itu, tanpa disadari sang Alpha telah menolak takdirnya. Hanya karena amarah dan kebencian, hatinya memilih untuk mengacuhkan takdir. Entah apa konsekuensi yang akan diterimanya.

The Little LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang