Part 19 Rival

5.9K 361 16
                                    

Suasana pesta perayaan benar-benar meriah. Semua orang nampak bersyukur dan senang dengan adanya perayaan kerajaan itu. Begitu pula dengan rombongan Alpha Grocio yang kini telah hadir di pesta itu.

Mereka terlihat menawan dikarenakan penampilan mereka yang luar biasa. Alpha Grocio dan Luna Misela nampak tanpan dan cantik di usia yang sudah tidak muda.
Begitupula dengan Lucian dan Diandra yang nampak memukau. Elisa yang ikut dengan rombongan mereka juga tampak sangat menawan.

Tentu saja hal itu mengundang tatapan memuja dari para tamu undangan pesta. Mereka sudah mendengar apa yang dialami oleh sang putri.

Banyak dari mereka yang secara terang-terangan menunjukkan kertertarikannya pada Elisa karena merasa Elisa tidak pantas bersanding dengan Lucian. Apalagi setelah semua perbuatan Lucian yang membuatnya sangat menderita.

Tentu saja Lucian tidak menyukai hal itu. Ia menunjukkan sikap kepossesifan yang lebih dari biasanya. Bahkan ia selalu memandang tajam kepada tamu laki-laki yang tertarik dengan Elisa.

Dia tidak peduli dengan tatapan merendahkan bahkan tatapan menilai dari tamu undangan lainnya. Yang ia pedulikan adalah Elisa. Hanya gadis itu yang akan menjadi prioritas utamanya. Ia akan selalu berada disisi gadisnya apapun yang terjadi.

Tangan Lucian melingkar dengan posesif di pinggang Elisa. Sesekali ia akan mencium pucuk kepala Elisa menandakan bahwa Elisa adalah miliknya.

Elisa yang diperlakukan seperti itu hanya bisa pasrah dan menerima semua perlakuan posesif Lucian. Ia tidak ingin memperburuk keadaan dengan menambah kekesalan Lucian.

Ia tau Lucian sedang berusaha mati-matian untuk tidak membuat keributan. Ia bisa merakan aura mematikan dari Lucian kepada semua tamu laki-laki yang tertarik padanya.

Saat Elisa sedang asik terdiam merenungkan sifat keposesifan Lucian, dari arah belakang seorang laki-laki tampan nampak berjalan mendekati mereka.

"Hai El.. Lama tak berjumpa.."

Sapaan itu membuat Elisa dan Lucian menoleh kearah laki-laki yang barusan menyapanya. Laki-laki itu tersenyum kearah Elisa dan tampak tidak mempedulikan tatapan tajam Lucian.

Wajah laki-laki itu tampan dan tubuhnya tinggi seperti Lucian. Aura dan karisma yang dipancarkannya juga menambah kesan positif kepadanya.

"Ehm.. Hai juga.. Maaf sebelumnya tuan, apakah kita saling mengenal??" ucap Elisa sambil memandang lekat laki-laki itu.

Elisa bertanya-tanya kepada dirinya sendiri apakah ia mengenal laki-laki itu. Elisa nampak tidak yakin, ia terlihat bingung. Seingatnya ia tidak pernah memiliki teman apalagi seorang laki-laki.

"Wah, aku tak menyangka kau akan melupakanku princess"
Ucap laki-laki itu sambil memasang wajah sedihnya.

"Maafkan aku karena aku tidak ingat siapa anda tuan. Seingatku aku tidak pernah memiliki teman selama ini."
Ucap Elisa lirih karena merasa tak enak.

"Hei.. Santai saja El.. Lagipula wajar saja kau tak ingat. Terakhir kali kita bertemu adalah saat kau masih berumur 5 tahun. Dan tentu saja hal-hal yang terjadi kepadamu juga yang menyebabkan ingatanmu kepadaku akan terlupakan"
Ucap laki-laki itu sambil melirik tajam Lucian sebentar.

Elisa nampak memutar kembali otaknya. Benarkah ia pernah berteman dengan orang ini. Ia masih tidak yakin. Ia berusaha memutar ulang memori di otaknya untuk menemukan sosok laki-laki dihadapannya.

Hal itu membuat amarah Lucian mendidih. Ia tahu laki-laki ini juga tertarik pada gadisnya. Ia tidak akan membiarkan gadisnya direbut begitu saja. Lucian semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Elisa.

Elisa merasa sedikit tersentak saat pelukan Lucian pada pinggangnya menguat. Ia langsung tersadar dari segala pemikirannya tentang laki-laki di depannya.

Elisa tahu Lucian sedang dalam keadaan emosi saat ini. Ia takut Lucian akan membuat keributan. Melihat Elisa yang diam saja dan nampak kuatir, laki-laki di hadapannya kembali memulai pembicaraan.

"Baiklah kalau begitu, tak apa bila kau tak mengingatku El. Aku akan memperkenalkan diri. Namaku adalah Alvaro Rivaldi. Aku adalah pangeran di kerajaan seberang pulau ini. Kita dulu sangat dekat. Kita selalu bersama, sebelum kejadian mengerikan itu terjadi."
Jelas Alvaro sambil memandang lembut Elisa.

Elisa masih nampak diam mematung dan tidak memberikan respon apapun. Ia sibuk mencerna perkataan Alvaro dan berusaha mencari kembali memori ingatan masa kecilnya.

Memang benar Elisa kehilangan ingatan masa kecilnya. Ia tak dapat mengingat apapun selain kejadian buruk yang dialaminya. Yang ia ingat hanya kejadian penyerangan dan saat ia dijual sebagai budak dan mulai disiksa di pack Alpha Grocio.

"Jangan memaksakan untuk mengingat El, pelan-pelan saja. Lagipula kau akan bisa menemukan ingatan masa kecilmu bila nanti kita sering berinteraksi. Kebetulan aku juga akan tinggal di kerajaan ayahmu untuk sementara dan kita pasti akan sering bertemu. Aku akan menceritakan ingatan masa kecilmu"
Ucap Alvaro sambil tersenyum lembut kearah Elisa.

"Aku tak akan membiarkannya bertemu denganmu...!!"






The Little LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang