Part 23 Every Part of You

1.4K 90 5
                                    

Lucian kembali ke pack larut malam. Elisa masih belum tertidur dan berdiri di dekat jendela sambil memikirkan perkataan Alvaro. Ia tidak bisa mengingat terlepas dari seberapa keras Ia mencobanya.

Saat Lucian memasuki ruangan, Ia melihat Elisa nampak merenungkan sesuatu. Ia menghampiri gadisnya dan memeluknya dari belakang. Melepaskan kerinduan yang Ia rasakan sepanjang hari.

"Sedang memikirkan apa sayang? Tidakkah kamu merindukanku?" Tanya Lucian sambil membenamkan wajahnya di ceruk leher Elisa.

Elisa yang tenggelam dalam pemikirannya tiba-tiba terbawa kembali ke dunia nyata. Ia memandang bulan yang bersinar terang dan indah melalui jendela. Sepertinya Ia benar-benar tenggelam dalam pemikirannya sehingga tidak memperhatikan bulan yang sangat indah itu.

Melihat gadisnya tidak menanggapi, Lucian kembali mencoba meminta respon Elisa dengan memberinya kecupan-kecupan ringan di leher gadisnya.

"Geli.. Lucian hentikan.." Kata Elisa sambil berusaha menjauh dari pelukan Lucian.
Tetapi bagaimana mungkin serigala besar itu mau melepaskannya. Lucian semakin memeluk Elisa dengan erat sambil tetap memberikan kecupan-kecupan ringan di leher Elisa.

"Lucian.. Geli.." Ucap Elisa sambil berusaha menghentikan Lucian.

"Hukumanmu sayang.. Karena mengabaikanku barusan" Ucap Lucian sambil dengan nakal menggigit lembut leher gadisnya.

"Baiklah, maafkan aku Lucian.. Sungguh, geli.. Kumohon hentikan.." Ucap Elisa dengan terbata-bata karena menahan geli dari perbuatan Lucian.

"Jangan abaikan aku lagi sayang.." Ucap Lucian sambil menghentikan kecupan-kecupannya dan hanya membenamkan wajahnya di leher Elisa.

"Baiklah Lucian, aku tidak akan mengabaikanmu lagi." Elisa dengan mudah berjanji pada Lucian. Lagipula Ia merasa Ia yang salah disini karena terlalu sibuk dengan pemikirannya.

"Aku benar-benar ingin menandaimu sayangku.." Ucap Lucian saat Ia merasa mabuk dengan aroma gadisnya.

Elisa yang mendengarnya langsung menjadi tegang. Ia belum sepenuhnya siap. Ia masih ingin mengenal dan belajar untuk mencintai Lucian terlebih dahulu. Apalagi setelah kejadian-kejadian kelam di masa lalunya.

"Jangan khawatir sayang.. Aku akan menunggu seberapa lamapun waktunya.." Ucap Lucian saat Ia merasa gadisnya menjadi tegang.

Melihat tubuh gadisnya tidak lagi tegang, Lucian segera mengganti topik pembicaraan.
"Jadi, apa saja yang kau lakukan hari ini sweetheart?? Apakah kamu tidak merindukanku??"

"Aku hanya berjalan-jalan di taman pack dan bermain bersama kucing-kucing kecil itu. Dan ya, aku merindukanmu Lucian." Jawab Elisa sambil meletakkan tangannya di tangan Lucian yang melilit pinggangnya.

"Syukurlah kalau kamu juga merindukanku dan bukan aku saja yang merasa rindu padamu sayang.." Lucian merasa sangat senang dengan jawaban gadisnya.

"Bagaimana dengan masalah kantor dan masalah pack Lucian? Apakah sudah ditangani?" Tanya Elisa dengan perhatian.

Lucian menghela nafas lelah saat memikirkan masalah kantor dan masalah pack, Ia mendapati banyak tugas yang menumpuk dan sepertinya membutuhkan beberapa hari untuk menyelesaikannya.
"Masih ada beberapa masalah yang belum ditangani sweety, tapi aku janji akan berusaha sebaik-baiknya agar kita bisa menghabiskan banyak waktu bersama"

"Tidak masalah Lucian, jangan khawatirkan aku. Aku baik-baik saja. Lagipula aku rasa Alvaro akan sering mampir kemari untuk menemaniku" Jawab Elisa dengan lembut.

"Apa?! Alvaro?! Kamu bertemu dengannya?!" Tanya Lucian langsung saat mendengar gadisnya menyebutkan nama lelaki menyebalkan itu.

"Iya, tadi dia kesini untuk mampir saat aku ada di taman pack. Ia hanya datang untuk menyapa dan menanyakan kondisiku Lucian" Jelas Elisa saat Ia melihat Lucian mulai cemburu.

"Lain kali jangan bertemu lagi dengannya sayang. Aku tidak suka dengan laki-laki itu. Ia nampak tidak memiliki niat baik" Ucap Lucian dengan cemburu.

Suaranya membawa jejak kemarahan sehingga Elisa sedikit takut dengannya.
"Baiklah Lucian, tolong jangan marah.." Ucap Elisa sambil menunduk.

Melihat dirinya telah menakuti gadisnya dengan perkataannya, Lucian segera memeluk gadisnya dengan erat dan memberikan ciuman di pipinya.
"Maafkan aku sayang, aku hanya tidak suka caranya memandangmu.. Aku sangat takut kamu meninggalkanku.."

"Ehmm.. Tapi aku milikmu Lucian. Aku matemu.." Jawab Elisa dengan lembut.

"Ya, aku hanya takut karena kamu begitu sempurna. Dan betapa beruntungnya aku memilikimu sayangku.." Kata Lucian sambil memandang lembut gadisnya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu Lucian, kecuali bila kamu tidak menginginkanku lagi.."
Jawab Elisa sambil memandang Lucian.

"Ssst.. Aku tidak akan pernah untuk tidak menginginkanmu sayang. Dulu aku terlalu bodoh dan buta karena menyia-nyiakan dirimu tapi sekarang aku tidak akan pernah membuat kesalahan yang sama kembali" Jawab Lucian sembari mengecup kening gadisnya.

"Aku percaya padamu Lucian.."
Elisa memejamkan matanya untuk meresapi ciuman Lucian.

Begitulah Lucian dan Elisa mengahabiskan malam mereka dengan kehangatan cinta mereka.

#Di kastil Alvaro
"Haruskah aku memberitahunya apa yang terjadi saat itu?" Alvaro memandang bulan yang indah sambil mengajukan pertanyaan itu.

"Mungkin itu hanya akan menyakitinya Al. Ia harus menemukan jawabannya sendiri" Jawab lelaki berambut perak di sofa ruangan.

"Tapi, sampai kapan kita semua harus menunggu Noah? Ia adalah pelengkap kita. Kita bisa melakukannya selama Ia bersama kita semua"
Jawab Alvaro sambil gusar.

"Biarkan Ia mengingatnya sendiri Al. Lagipula sekarang belum saatnya Ia mengingat hal-hal itu. Jadi percuma meskipun kau memberitahunya." Jawab pria berambut perak bernama Noah itu.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Menunggu dan diam saja?" Ucap Alvaro sambil kembali memandangi bulan.

"Mungkin kita harus bertemu dengan yang lainnya untuk membahas masalah lebih lanjut" Setelah mengatakan itu, laki-laki berambut perak itu tiba-tiba memudar dan menghilang.

Alvaro menghela nafas panjang sambil memandang bulan yang indah di langit. Semuanya hanya bisa seperti ini untuk sekarang.

The Little LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang