Prolog

36 9 1
                                    

Seorang gadis yang sedang duduk diatas kursi sambil melamun menatap ke arah luar dari tempat ini. Tangannya sedang memegang sendok yang berada didalam gelas, ia mengaduk-aduk isinya beberapa kali.

"Hoi!" Seorang lelaki mengejutkan gadis ini dari belakang.

Gadis itupun tersentak karena lelaki yang mengejutkannya. Kemudian ia berdecak sebal karena telah mengacaukan lamunannya.

"Ngelamun terus. Disana ada pelanggan, mba." kata lelaki itu sambil tertawa pelan.

"Apaan sih." Setelah berujar seperti itu, gadis itu tertawa pelan juga. Kemudian ia mengambil buku yang berisi menu-menu makanan dan minuman. Lalu, ia pergi menuju pelanggannya yang sedang menunggu kehadirannya, mungkin.

Gadis ini pun memberikan menu yang dipegangnya kepada seorang pelanggan yang berada dihadapannya.

"Mau pesan apa?" tanya gadis itu sambil memegang catatan kecil miliknya beserta pulpen standard ditangan kirinya.

Pelanggan ini membuka lembaran dari setiap menu, mencari sesuatu yang ingin ia makan dan minum.

"Menu favorit disini apa, ya?" tanya Lelaki itu kepada Gadis yang berada dihadapannya.

"Caramel Greentea with cream." jawab Gadis itu.

Lelaki itu mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali. "Yaudah. Saya pesan satu." Kemudian Lelaki itu memberikan menu yanh ia pegang kepada Gadis dihadapannya.

Gadis itu mencatat pesanan Lelaki itu didalam catatan kecilnya. "Baik. Ditunggu, ya." Usai mencatat, Gadis itu pergi meninggalkan Lelaki itu sendirian.

"Dia pesen apa, Ka?" tanya teman Gadis itu yang mengejutkannya tadi.

"Menu favorit, Bi." jawabnya singkat. "Kamu yang buatin ya, please. Aku mau ngurus yang disana." Gadis itu menunjukkan pelanggan yang baru saja datang dari pintu Cafe ini.

"Siap!" balas temannya dengan riang.

Gadis itupun pergi ke arah pelanggan yang baru masuk itu sambil membawa catatan kecil, pulpen standar dan menunya.

Belum sempat ia memberi menu kepada pelanggan itu, pelanggan itu sudah menyambar duluan.
"Frappucino with caramel, satu. Mac and Cheesenya, satu."

Gadis ini yang sempat kewalahan karena memegang barang yang tidak beraturan, akhirnya dengan tak sengaja ia menjatuhkan menu yang berada dilengannya.

Pelanggan itu ingin mengambil tetapi Gadis itu menyanggahnya.

"Engg-- maaf. Ditunggu, ya." Dengan rasa sedikit malu, Gadis itu pergi meninggalkan pelanggan barunya.

"Kok lo ngga fokus gitu? Cerita ya nanti?" kata teman Gadis itu.

"Ga, Bi. Aku gapapa kok." jawabnya dengan jujur.

"Lo harus cerita." kata temannya bersikeras. Kemudian ia pergi sambil membawa minuman yang sudah dipesan oleh pelanggan setianya.

Gadis itu hanya berdecak kemudian menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Woy, mbak? Pesanan saya mana?" sambar pelanggan yang berada tak jauh darinya.

Gadis itu mendongak. Sedikit ada rasa bingung dalam pikirannya. "Loh? Bio nganter ke yang mana?" pikirnya.

"Lo kenapa sih? Ini dianter, kenapa lo liatin? Ckck," kata teman Gadis itu.

Dengan rasa yang masih bertanya-tanya serta bingung, Gadis itu mengantarkan pesanan pelanggan yang tak berada jauh darinya itu.

"Ini, Caramel Greentea with Cream. Maaf sebelumnya," Gadis itu memberi sambil menundukkan kepalanya.

Lelaki itu memerhatikan nametag yang berada dibaju Gadis itu.

"Lain kali lebih fokus kalau kerja, Kanasya," kata Lelaki itu dengan ketus.

Gadis itu membelalakkan matanya. Berpikir bagaimana Lelaki ini tahu namanya? Gadis itu mendengus.

"Jangan kurang ajar," kata Kana dengan sangat ketus. Kemudian ia pergi meninggalkan Lelaki itu dengan tak senang hati.

Kana meletakkan nampan itu dengan kasar sehingga teman disebelahnya tersentak kaget.

"Ka, kenapa sih?"

"Pelanggan kamu kurang ajar, keterlaluan tau nggak?! Bisa nggak sih dia keluar sekarang?" kata Kana bertubi-tubi.

"Ck, minum dulu." Temannya memberi secangkir kopi milik Kana tadi.

"Ga, aku ngga haus." jawabnya ketus.

"Minum itu nggak selamanya saat kita haus. Minum, nggak?!" Temannya sedikit memaksa kepada Kana, karena ia tahu temannya ini sangat keras kepala.

Kemudian Kana meneguknya. "Yaudah, udah bisa cerita sekarang?" tanya temannya dengan lembut.

Kana menggelengkan kepalanya. Kana masuk kedalam tempat membuat kopi dengan kesal.

Temannya hanya bisa memerhatikan, ia tidak tahu kenapa Kana kesal. Temannya, Bio, membiarkannya untuk sendiri dulu. Karena memang begitulah sifat yang dimiliki Kana, suka marah tidak jelas.

Apa memang semua gadis begitu?

•••

Hai!

Terimakasih sudah menjadi bagian dari cerita ini. Tetap menjadi bagian ini sampai akhir, ya!

Cheerio!
HN,
❤.

TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang