2. Tears

1.5K 362 39
                                    

Satu minggu telah berlalu sejak Joshua membawamu ke markasnya bersama teman-teman dekatnya itu. Selama seminggu itu pula kamu selalu menyempatkan hadir disana. Alasanmu sih, untuk bertemu Joshua. Klasik sekali. Namun sebenarnya kamu selalu ingin kesana pada jam kosong karena ingin bertemu dengan Jun.

Untungnya, Hoshi selalu excited perihal kehadiranmu disana. Berbeda dengan Seungcheol, pria itu selalu pergi ketika melihatmu mulai mendekat ke markas mereka. Seperti sekarang ini. Namun kamu tidak peduli, yang terpenting adalah kamu bisa memenuhi keinginan hatimu untuk bertemu dengan seseorang yang kamu cintai sejak pertama kali bertemu, Jun.

"Juniorku yang paling manis datang untuk mengisi absen di markas, kan?" sapa Hoshi dengan hebohnya, seperti hari-hari sebelumnya.

Kamu mengangguk, lalu duduk tepat di samping pria itu, dan juga tepat di hadapan pria yang menjadi alasanmu untuk datang kesini.

"Buku yang kemarin sudah tamat ya, oppa?" tanyamu saat menyadari kalau buku yang hari ini dibaca Jun adalah buku yang berbeda.

Jun menghentikan kegiatannya, lalu menatapmu yang ada di hadapannya. "Iya, aku hanya perlu satu hingga dua hari untuk menghabiskan sebuah buku."

"Daebak, sama sepertiku. Tapi aku lebih suka membaca novel-novel romantis, hehe," jawabmu.

"Aku tidak begitu suka novel romantis. Dampaknya sangat buruk. Membuat pembacanya selalu berekspektasi memiliki kisah cinta semanis yang di novel," kamu membulatkan matamu, ini adalah kalimat terpanjang yang keluar dari mulut pria itu.

"Dengerin tuh, jangan terlalu berekspektasi tinggi. Real life tidak pernah bisa memberikan ending semanis yang ada di novel romantis," sambung Joshua. Benar-benar si perusak suasana.

"Itu karena tidak ada istilah ending di real life," lanjut Jun.

"Benar," kamu hanya menatap kagum kearah Jun.

"Ini bicarain apa sih?" Hoshi tampak tidak mengerti.

"Kalau kau mau mencoba genre lain, aku bisa meminjamkanmu beberapa buku milikku. Tapi aku yakin, penyuka novel romantis pasti akan merasa bosan untuk membacanya," lanjut Jun.

"Tidak, aku pasti akan menyukainya!" jawabmu dengan cepat. Matamu berbinar-binar menatap pria itu.

"Ya sudah, besok akan kubawakan beberapa buku kesukaanku," setelah mengatakan hal itu, Jun kembali mengarahkan fokusnya pada buku yang ada di hadapannya.

"Baik, oppa!" katamu dengan semangat. Joshua hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkahmu yang seperti itu. Joshua tahu, kamu pasti sangat menyukai temannya itu. Terbukti ketika Jun mengenalkanmu pada sesuatu yang baru, kamu menerimanya tanpa penolakan. Berbeda dengan ketika Joshua yang ingin mengenalkan sesuatu yang baru untukmu, sudah pasti kamu menolaknya mentah-mentah. Selama ini, kamu hanya peduli dengan semua yang kamu sukai, tanpa memikirkan orang lain. Dan ketika kamu menyukai Jun, kamu juga peduli dengan segala sesuatu yang disukai pria itu. Cinta memang seperti itu, kan?

🌷🌷🌷

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kamu sudah berjalan mendekat ke markas dengan semangat. Bahkan Joshua masih tertidur saat kamu meninggalkan rumah hari ini. Entahlah, kamu memang sangat bersemangat jika sedang jatuh cinta. Bahkan kamu tidak tahu apakah Jun sudah ada di markas pagi-pagi begini atau belum. Bagimu, tidak masalah jika harus menunggunya hingga siang hari. Cinta memang selalu butuh pengorbanan, kan?

Senyumanmu menghilang begitu bertatapan dengan seorang pria yang selama ini jelas-jelas menunjukkan ketidak-sukaannya padamu. Seungcheol. Pria itu saat ini menjadi penghuni markas satu-satunya.

"Kenapa kau selalu datang kesini? Tidakkah kau mengerti kalau aku tidak menyukaimu hadir diantara kami?" kalimat pertama yang kamu dengar dari pria itu langsung menusuk jantungmu.

"Ga, jangan pernah datang lagi kesini. Aku heran kenapa seorang gadis ingin merendahkan dirinya untuk bergabung dengan kelompok pria," lanjutnya. Kalimat kedua yang berhasil membuat matamu berkaca. Sebenarnya, kamu adalah gadis yang sangat sensitif. Kamu percaya, golongan darah A mu yang menjadikanmu sangat sensitif seperti ini.

"(Y/n), kau kenapa?" Jun datang dengan sebuah tumpukan buku yang ada di tangannya. Segera ia meletakkan tumpukan itu di meja, lalu kembali menatapmu dengan khawatir.

"Apa yang kau katakan padanya?" Jun beralih menatap Seungcheol.

"Tanyakan saja padanya," Seuncheol tersenyum miris.

"Apa, apa yang dikatakan Seungcheol padamu?" Jun semakin khawatir, itu karena air matamu mulai mengalir di pipimu.

"Dia, dia mengatakanku telah merendahkan.. diriku.. karena bergabung.. dengan kelompok pria," tangismu pecah setelah mengadukan semuanya pada Jun.

Jun langsung melirik Seungcheol dengan tatapan sinis, "AKU YANG MENYURUHNYA KESINI!" pertama kalinya kamu melihat Jun berteriak dan semarah ini. Perasaanmu semakin tidak enak. Kamu hanya mahasiswi baru, dan kamu baru saja membuat dua orang sahabat itu bertengkar.

"Once in the lifetime, aku melihat Jun semarah ini. Good job, junior," sindir Seungcheol padamu, lalu meninggalkan kamu berdua dengan Jun di markas itu.

"Berhentilah menangis, (y/n)," kini Jun menyentuh kedua bahumu. Kamu segera menghapus air matamu, lalu meraih tumpukan buku yang diletakkan Jun di meja.

"Aku hanya ingin meminjam ini. Sekarang aku harus kembali ke kelas," katamu dan segera berlari membawa tumpukan-tumpukan buku itu. Jun hanya menatap kepergianmu dengan perasaan bersalah. Karenanya, hari ini kamu menangis.

To be continued

Halo, gimana pendapatnya tentang part 2 ini? jadi aku berencana untuk bikin cerita ini fast update. 2-3 hari sekali, setuju tidak? hehe

FALL (SVT & you)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang