4

10 1 0
                                    

7:45 am
Faurine datang ke rumah Viona membahas mengenai pekerjaan yang akan diberikan sebagai permohonan maafnya.
"Tapi, aku tidak mungkin. Aku saja bingung kenapa aku sudah dewasa seperti ini dan aku juga tidak tau kapan aku masuk sekolah. Tiba - tiba saja sudah tamat. Dan sekarang Anda memberikan saya pekerjaan sebagai seorang sekretaris. Aku saja tidak tau betul mengenai hidup ini"
"Aku mohon padamu Viona, terimalah permohonan maaf ku dengan memberikan mu pekerjaan yang layak. Aku janji aku akan mengajarimu"
"Vi, saran aku ya kamu pikir dulu matang - matang, ga boleh gegabah. Mantapkan diri kamu. Kalaupun kamu bekerja nantinya kan bisa juga memenuhi kehidupan kamu selagi papa kamu belum pulang"
"Iya Via, aku mengerti. Faurine, aku rasa aku akan menjadi sekretaris dan aku akan pegang kata - katamu itu"
"Terima kasih"

8:45 am
Alex masih memandangi berkas - berkas yang harus ditandatanganinya. Ponsel berdering membuat lamunannya pecah begitu saja.
"Ya, halo Mrs. Faurine"
"Hal Mr. Alexandro. Maaf saya agak telat nantinya berhubung sedang macet padat"
"...."
"...."
"Baiklah"
"Terima kasih Mr. Alexandro"

Menutup ponsel dan duduk termenung lalu melanjutkan tugasnya lagi.

~"~

9:10 am
Faurine dan Viona sampai di kantor. Viona dipersilahkan duduk di sofa sementara Faurine menemui boss nya.
"Mr. Alexandro"
"Duduklah Mrs. Faurine. Jelaskan yang terjadi"
"Saya sudah menemukan siapa pengganti saya tapi dia butuh proses untuk penyesuaian"
"Lalu di mana dia?"
"Dia sedang di ruang tunggu"
"Kalau gitu, suruh dia ke ruangan HRD. Nanti kita bicarakan lebih lanjut"
"Baik Mr. Alexandro, saya permisi dulu"

Faurine keluar dan menemui Viona. Mereka pergi ke ruangan HRD. Di sana akan dibicarakan lebih lanjut seperti wawancara.  Dan beruntungnya Faurine menemukan Viona padahal dalam kondisi yang tidak memungkinkan dia mampu meyakinkan kepala HRD. Saat itu juga Viona dipersilahkan bekerja karena saat itu posisi sekretaris sangat dibutuhkan melihat betapa banyak tugas yang harus diselesaikan. Faurine membawa Viona ke ruangan boss nya.
"Faurine, apakah boss kita galak?"
"Tidak, dia adalah pria yang baik dan sopan pada semua orang"
"Tapi jika dia tidak begitu padaku, bagaimana?"
"Kamu akan tau nantinya"

Viona sedikit cemas dan mengkhayal mengenai boss nya yang sudah tua, botak, perutnya buncit, mukanya sangar, dan hobinya marah - marah. Bisa - bisa dia dicincang abis kan.

Ting...

Mereka sudah sampai di lantai 5 tempat ruangan boss nya.
"Apapun yang terjadi, kamu harus siap Vi", batin Viona

Viona's POV
Bagaimana ini, tinggal beberapa langkah, pintu neraka akan dibuka dan memperlihatkan sosok boss yang galak. Aku takut. Faurine mulai membuka pintu itu dan...dan....dan....dia....goalllll.....(eh, lupa bukan tanding sepak bola). Nyaris jantungnya copot dan melihat seisi ruangan yang begitu rapi dengan buku - buku tersusun rapi. Di sana boss yang akan menjadi atasannku tidak memperlihatkan wujudnya. Dia sedang membelakangi kami.

"Silahkan duduk"

Katanya sopan, tapi dia tetap membelakangi kami seraya menyuruh kami untuk duduk.
"Faurine, jelaskan sedikit mengenai saya padanya"
"Baik Mr. Alexandro"
"Viona, ini adalah Mr. Alexandro. Beliau adalah boss kita di sini, tepatnya boss kamu. Dan kamu menggantikan posisi saya sebagai sekretaris di sini. Tidak perlu cemas, beliau adalah orang yang baik dan ramah"

"Viona? Bukan berarti dia orangnya. Bisa saja hanya kesamaan nama kan?", tanya Alex dalam hati

Author's POV
Alex tetap bergeming tanpa mengarahkan kursinya. Faurine sudah menjelaskan sedikit mengenai diri Alex. Suara itu, suara yang tak asing di telinganya membuat dia menerka - nerka. Dan akhirnya, dia berbalik dan sontak dia terkejut. Jantungnya deg - degan seakan sedang dikejar hantu. Perutnya merasa seperti ada kupu - kupu. Alex tidak mempercayai apa yang dilihatnya sekarang. She's the past of his life. She comes back. Alex merasa dirinya gila tapi itu kenyataan jika ia bertemu kembali. Dia berpikir jika mantan kekasihnya itu punya kembaran. Tapi kenapa namanya sama. Alex berjabat tangan dengan Viona.
"Mr. Alexandro"
"Viona"
"Baiklah Viona, bisakah kamu menjelaskan siapa diri kamu dan dari mana kamu berasal karena saya tidak akan menerima orang sembarangan menjadi sekretaris saya"

"Dasar tidak sopan", gerutu Viona

"Baiklah Mr. Alexandro yang terhormat. Saya akan perkenalkan diri. Saya adalah Viona Luciana Ardha. Saya berasal dari USA.

"Tidak, itu tidak mungkin dia"

Pikiran Alex tidak mempercayainya. Dia bertemu lagi dengan masa lalunya. Bukankah dia sudah pergi lebih dulu. Alex tetap tidak mempercayainya tapi dia juga butuh proses menerima kenyataan.

~"~

8:50 pm
Sebentar lagi kantor akan tutup. Alex masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Lembur. Mau gimana lagi yakan. Viona yang melihat wajah kusut Alex pergi ke dapur kantor. Membuatkan secangkir cappucino dan kembali ke ruangan boss nya.
"Silahkan diminum Boss, cappucino nya"
"Eh..iya..terima kasih"
"Kalau kamu mau pulang duluan juga tidak apa, saya harus lembur hari ini"
"Tidak perlu boss. Saya juga akan lembur. Gimanapun juga saya sekretaris Anda. Permisi"

Alex memperhatikan perempuan tersebut.

Alex's POV
Aku memperhatikan dia. Tapi ada pertanyaan di kepalaku mengenai dirinya. Apa dia masih mengingatku? Tapi kenapa cara dan ekspresi dia begitu formal? Oh iya apa mungkin karena ini di kantor. Tapi aneh aja gitu, ada yang beda juga. Aku merasakan hal yang sangat berbeda. Jantungku masih berdetak ga keruan. Apa ini pertanda bahwa itu dia. Aku tetap sulit mempercayai dia. Aku mencintaimu Viona sungguh. Kantuk ini sulit sekali dibendung. Tidur sebentar tidak apa kan.

Author's POV
Viona melihat boss nya tertidur di mejanya. Untungnya saat itu pekerjaannya sudah siap jadi dia bisa menemui boss nya.
"Boss...boss..bangun boss..", kata Viona
"Aku merindukanmu Vi...eh maaf ya ada apa?"
"Maaf boss, saya udah menganggu. Ini berkas yang Anda minta sudah siap"
"Oh iya terima kasih"

Alex memandangi terus Viona membuatnya canggung dengan kejadian itu.
"Maaf boss, sudah larut. Sudah jam 11.35"
"Oh iya. Berkas semua sudah selesai. Baiklah kita pulang. Saya akan mengantar kamu ke rumah"
"Tidak perlu boss, saya bisa pulang sendiri"
"Viona, ini sudah larut. Ga baik buat perempuan seperti kamu pulang sendiri. Saya akan tetap mengantarmu pulang. Ingat satu hal, saya tidak suka menerima penolakan"

Viona mengangguk dan mematung. Melihat tatapan tajam milik Alex membuatnya menelan ludah. Ia mengikuti Alex sampai ke basement.

Di mobil, mereka diam. Suasana begitu hening. Viona tidak berani mengucap satu atau dua kata, takut salah. Melihatnya begitu, Alex tersenyum dan menanyakan beberapa hal padanya.
"Tidak boss"
"Tidak usah memanggilku boss, panggil saja aku Alex"
"Tapi itu terkesan tidak sopan. Saya hanya bawahan sementara Anda adalah atasan"
"Kalau di kantor kita formal, tapi kalau di luar ya biasa saja"
"Baik boss eh iya Alex"

Alex tersenyum geli melihat ekspresi Viona. Mereka melanjutkan kembali obrolan yang terkesan random.

~"~

Next Chapter 🔜

My PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang