Empat : Marah

9 0 0
                                    

Jika memang tujuan utama hanyalah mempermainkan sebuah perasaan, lebih baik tak usah mendekat.

" Gue Bareng Dion " Ucap Arinda Akhirnya.

Perlahan Ruvel melepaskan genggaman tangan Arinda darinya.

" Oh. ya udah " Entah kenapa suara Ruvel terdengar sangat dingin ditelinga mereka.

Secepat kilat Ruvel meraih tas Biru dongkernya dan langsung berlalu meninggalkan kelas.

" Kenapa tuh anak " Tanya Mark heran.

" Gak tau. PMS kali " Ucap Dafa ngawur.

" Pulang yuk Rin " Arinda tersenyum dan mengiyakan ajakan Dion.

Ruvel melepas topi merah kesayangannya dan memasukkannya kedalam tas. ia mengenakan helmnya dan mulai menggas motornya untuk pulang kerumah.

" kok gue kesel ya " Demi plankton yang tak tumbuh tumbuh besar, Ruvel tak habis pikir dengan dirinya sendiri. ia langsung menepis pemikiran bodoh tadi.

******

" Kenapa lo diam aja " Tanya Dion saat mereka sudah berada didalam mobilnya. Pasalnya Arinda sejak keluar dari kelas seperti memikirkan sesuatu. Dion mengenal baik sifat Arinda. cewek itu selalu ceria, jika dia pendiam seperti ini berarti dia ada masalah.

" Lo ada masalah " Tanya Dion hati hati. Arinda menghembuskan nafas kasar.

" Kalau lo gak ma--- "

" Gue denger semua ucapan Ruvel tadi " Ucap Arinda sambil menatap kosong kearah depan.

Dion seketika terdiam. Dia segera menepikan mobilnya.

" Kenapa Yon ? kenapa dia bersikap kayak gitu. Apa gue emang pantas ya dibercandain ? jadi bahan kebahagiaan dia atas semua keusilan dia. sumpah.. gue merasa kayak mainan tau gak " Ucap Arinda dengan mata berkaca kaca.

Dion tak tau harus gimana. perlahan dia mengelus rambut Arinda. " Udah Rin. gak usah lo pikirin. Ruvel emang gitu orangnya. "

" Tapi dia kayak gitu cuma sama gue Yon " Arinda mendengus.

" Iya gue tau. Mungkin menurut lo dia beda " Dion pun sebenarnya agak ragu berkata begini.

" Beda apanya coba ? intinya gue kesel sama dia. Kalau gue menjauh, dia bakal kejar gue terus. padahal gue tau. gue cuma bahan bercandaan dia doang. menurut dia kan gue gak pantes dapat cowok seganteng dia, sepintar dia, sepopuler dia. gue gak ada apa apa nya Yon " Arinda mengeluarkan semua keluh kesah nya yang dia sembunyikan selama ini.

" jangan kayak gitu Rin. Ruvel gak mungkin berpikir lo gak pantas buat dia. Lo pantas kok. Tapi kalo usul gue sih ada. "

Arinda menghela nafas panjang " Apa Yon " Tanya Arinda sambil menatap pria disebelahnya. Dion mendekatkan wajahnya ketelinga Arinda.

" Diam.. diam, kamu cari cowok buat dijadiin pacar. Tanpa sepengetahuan Ruvel. Dari sana ada dua kemungkinan... 1. dia bakal ngejauhin lo dan yang ke 2. .. "

" Apa yang kedua " Tanya Arinda penasaran.

" lebih baik lo jalanin dulu usul gue Rin. dari sana kita tau apa jawaban dari no 2 " Dion tersenyum lebar sambil menaikkan alisnya.

" Cari cowok ya ? Kalo gak dapat gimana " Tanya Arinda polos.

Dion tertawa kecil. " Masa gak dapat sih ? banyak yang mau sama lo kali Rin. Muka lo yang imut, manis itu gak bakal ngecewain deh " Goda Dion.

Wajah Arinda merona " Apaan sih yon ! " Ucapnya sambil memukul lengan Dion, sedangkan Dion terkekeh melihat Cewek disebelahnya.

lo pantes bahagia. meski itu gak dengan gue Rin ;(

RUVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang