4

1.1K 213 10
                                    

Wanda menjatuhkan tubuhnya pada sofa yang empuk. Ia menghembuskan napas, merasa begitu lelah hari ini. Wanda merasa tidak enak hati karena terlalu lancang berenang terlalu dalam ke dalam permasalahan kehidupan Yoongi. Namun ia yakin Wendy pasti akan melakukan apa yang ia lakukan tadi.

"Bagaimana harimu Kak?" Sapa Wendy yang baru keluar dari kamarnya, ia berjalan menuju dapur untuk mengambilkan minum untuk Wanda.

Wendy sudah sampai jauh lebih lama dari Wanda. Bahkan ia sudah mencari tahu sosok yang tertera pada kartu nama yang Taehyung berikan. Taehyung langsung memanggil taksi dan mengirim Wendy pulang. Wendy tidak sempat memberikan perlawanan karena terlalu terkejut dengan kegagalannya menyamar sebagai Wanda dan misteri yang Taehyung tinggalkan pada pundaknya. Perasaan Wendy buruk, seakan Taehyung akan menghadapi sesuatu yang horor sampai Wanda tidak boleh tahu dulu. Wendy kesal bukan main karena tidak bisa berbuat apa-apa padahal masalah sudah dihadapkan pada wajahnya. Taehyung sama sekali tidak mengindahkan panggilannya. Menghubungi orang yang berada dalam kartu nama itu sekarang bisa jadi merupakan langkah yang fatal. Wendy tidak mau hiperbola karena bisa jadi nyawa Taehyung sedang terancam.

"Ada banyak hal yang harus kuberitahu padamu. Katakan padaku lebih dulu bagaimana harimu?"

Wendy menyerahkan gelas berisi air kepada Wanda. Wendy tahu memberitahu Wanda jika ia gagal mengelabuhi Taehyung pasti akan membuat keributan. Jangan bayangkan jika Wendy memberitahu bagian yang agak mengerikannya. Memang lebih baik kali ini Wendy berbohong kepada Wanda, meskipun akhirnya nanti sangat buruk sekalipun.

"Kami mengunjungi makam Jihyo setelah itu aku harus pulang sendiri karena Taehyung mendapat panggilan dari rumah sakit."

"Tipikal." Wanda menggunggam, tidak terkejut mendengarnya.

"Bagaimana denganmu?" Wendy duduk di samping Wanda, menaruh kakinya di atas meja. Memberi posisi senyaman mungkin untuk mendengar cerita Wanda.

"Apa Yoongi pernah menceritakan soal keluarganya selama ini Wen?"

Wendy menggumam. "Tidak begitu. Dia ditinggalkan sendirian sejak umur tiga belas tahun. Aku hanya tahu itu, dan tidak mencoba untuk mengusiknya. Membicarakannya hanya akan merusak perasaan Yoongi."

"Setelah dari kafe, ia membawaku ke toko Paman Shim. Disana sesuatu terjadi dan sebelumnya maaf aku bersikap lancang atas namamu."

"Apa yang terjadi memangnya Wan?"

Wanda kemudian mulai menceritakan detail kejadiannya secara lengkap kepada Wendy. Ia tidak mau Wendy kekurangan satu informasipun ketika ia berhadapan dengan Yoongi. Wendy mencoba untuk bersikap setenang mungkin mendengar setiap kata yang Wanda ucapkan.

"Perempuan itu adiknya Yoongi, Wen. Min Soojung namanya. Selama Yoongi menghilang darimu, Yoongi juga menghindari adiknya yang mencoba untuk bicara."

"Uh oh." Wendy mengubah posisi duduknya, merasa tidak nyaman. "Kau serius? Dia benar-benar memperlakukan adiknya seperti itu? Yang kutahu dia begitu menyayangi adiknya, bahkan yang ia rindukan hanyalah adiknya."

Pundak Wanda naik, "Kemudian aku mencoba berbicara dengan Soojung. Soojung mengatakan ia mencoba untuk membujuk Yoongi menemui ayah mereka yang sedang koma."

"Mustahil terjadi. Yoongi benci kesumat dengan ayahnya."

"Kau harus bicara dengan Yoongi. Aku sudah berjanji untuk mencoba bicara dengannya. Bagaimanapun itu tetap ayahnya."

Wendy mengerang pelan. "Kau saja bagaimana? Aku masih malas bertemu dengannya."

Kali ini Wanda menepuk pelan kepala adiknya menggunakan bantal sofa. "Kau tidak simpati dengan masalah kekasihmu? Aku yakin Yoongi akan mendengarmu, Wen."

"Mantan kekasih." Wendy mengoreksi.

Wanda berdecak sebal, tidak percaya dengan sikap yang ditunjukkan Wendy. "Kau perlu mengalah sekali ini, bantulah Yoongi. Jangan sampai dia terlambat dan menyesali apa yang tidak sempat ia lakukan. Jika kau tetap tidak ingin kembali dengan Yoongi, itu masalah terakhir."

Wendy tetap menggeleng. "Sifat kerasku tidak akan bertemu dengan sifat bebalnya, Wan. Jika yang kau lihat hari ini sudah terasa begitu menyeramkan, percayalah itu belum ada apa-apanya."

"Kau belum mencobanya Wen! Kau perlu peduli pada orang lain, suatu saat nanti kau juga membutuhkannya."

Wendy memutar bola matanya merasa jengah. "Baik. Aku akan coba bicara dengannya nanti. Ada hal penting yang harus kuurus lebih dulu." Lalu Wendy bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamar, malas untuk melanjutkan pembicaraan.

"Tidak bisa dipercaya." Gumam Wanda.

Setelahnya Wanda merogoh tasnya untuk meraih ponselnya. Wanda ingin mendengar suara Taehyung saat ini, sekedar menanyakan apakah lelaki itu sedang lapar atau pertanyaan tidak penting lainnya. Biasanya suara Taehyung bisa sedikit menenangkan perasaannya. Namun Wanda melempar ponselnya asal ketika panggilannya masuk ke dalam kotak suara.

One dayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang