Wanda memperhatikan tampak dirinya sendiri pada kaca besar yang berada di hadapannya. Wanda tidak memungkiri keindahan gaun putih pernikahan yang ia kenakan saat ini. Namun fokusnya teralihkan ketika melihat bagaimana ekpresi Yoongi yang menatapnya terkesima.
"Cantiknya calon istriku..." Yoongi bergumam pelan. Namun karena Yoongi berdiri di dekat Wanda, ia bisa mendengarnya.
Wanda lantas mengedipkan sebelah matanya, yang jelas-jelas bisa Yoongi lihat. Yoongi kembali mendapatkan kesadarannya kembali kemudian mereka tertawa bersama, dengan Yoongi yang agak canggung. Faktanya Wanda tertawa karena wajah Yoongi yang semakin lama semakin memerah, sangat menggemaskan.
"Jadi bagaimana? Ada yang harus kuperbaiki? Apa kau merasa nyaman?" Tanya sang pembuat gaun pernikahan.
"Bagaimana Yoongi?" Wanda menanggapi, ia juga memutar tubuhnya.
"Menurutku sempurna. Kau sendiri bagaimana? Nyaman tidak mengenakannya?"
Wanda mengangguk kemudian ia melirik jam pada tangannya. Yoongi yang sadar sebentar lagi Wanda harus pergi lantas menyuruh Wanda untuk mengganti pakaiannya kembali. "Bergantilah, Wan. Aku akan mengantarmu."
Tempat yang akan dituju Wanda sebenarnya tidak terlalu jauh dengan butik gaun pernikahan, bahkan bisa ditempuh menggunakan kaki. Wanda sudah menyuruh Yoongi pulang saja, namun lelaki itu bersikeras ingin menemaninya.
"Aku ingin memberikan dukungan moral untukmu. Hitung-hitung balasan karena sudah membantu kami."
Tidak, Wanda tidak menikah dengan Yoongi. Hal yang terjadi adalah Wendy tidak bisa pergi mencoba gaun pernikahannya sendiri karena sedang bertugas di luar negeri. Tanggal pernikahan memang belum terlalu dekat, sang desainer bersikukuh untuk bertemu jikalau dirasa ada yang perlu diperbaiki sebelum persiapan terakhir. Wendy langsung meminta bantuan Wanda karena sudah malas diteror. Lagipula ukuran tubuh mereka tidak jauh berbeda dan ia percaya Wanda akan mengetahui apa yang perlu diperbaiki jika ada, pikir Wendy. Memang, hanya Wendy seorang yang menyuruh orang lain untuk mencoba gaun pernikahannya sendiri.
"Kau berlebihan Yoongi." Balas Wanda. "Tapi terima kasih."
Detak jantung Wanda berdetak tidak beraturan saat ini, perutnya juga terasa tidak enak semakin lama seperti ada yang menakannya.
"Lihatlah wajahmu sendiri, segugup itukah?" Ledek Yoongi yang menghasilkan hujanan pukulan dari Wanda.
"Bagus sekali ya menertawakan kesengsaraanku."
Yoongi merangkul Wanda, menepuknya beberapa kali untuk menunjukkan dukungannya. Yoongi mengerti apa yang Wanda rasakan. Melepas tanpa keyakinan hanya untuk merasakan penyesalan karena tidak berjuang lebih keras lagi, memang bukan perasaan paling menyenangkan di dunia.
Sudah banyak tanggal yang dicoret sampai terhitung hari ini. Kehidupan berjalan seperti biasanya, tidak peduli dengan apapun yang dirasakan Wanda. Wanda sebisa mungkin menyesuaikan dirinya. Meskipun sampai saat ini terkadang udara di sekitarnya mendadak hilang ketika memori pikirannya mengingat kembali hal-hal kecil yang tidak pernah Wanda ingat sebelumnya. Seperti ketika Taehyung yang akan selalu membukakan kemasan sashet saus untuk Wanda saat makan ayam goreng cepat saji. Sampai sekarang Wanda masih tidak bisa membukanya sendiri.
"Sudah, sampai sini saja." Wanda berniat mengusir Yoongi pergi. Ia sudah hampir sampai dan Wanda pikir ia butuh waktunya sendiri.
Yoongi menepuk-nepuk kepala Wanda sebelum pergi. Sangat berharap akan mendengar kabar menyenangkan esok pagi. Jika sebaliknya, Yoongi tidak akan lagi menahan dirinya untuk melakukan apa yang pernah ia janjikan kepada Wanda atau mungkin lebih parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
One day
Fanfiction[Completed] Si kembar identik, Wendy dan Wanda, sepakat untuk bertukar posisi selama satu hari. Kira-kira bagaimana jadinya ya?