5

1.1K 204 12
                                    

Dua hari telah berlalu, Wendy dan Wanda telah kembali menjalani kehidupan masing-masing. Dalam batin masing-masing, mereka sama-sama tidak mau lagi melakukan hal gila semacam bertukar posisi seperti kemarin. Lihatlah apa yang terjadi dalam sehari, bagi mereka berdua rasanya begitu berat. Mungkin secara tidak sengaja terlibat terlalu dalam terhadap kehidupan Yoongi dan Taehyung adalah ganjaran yang diberikan oleh Tuhan karena membodohi kedua insan tersebut.

Namun Wanda agak terkejut ketika asistennya mengatakan seorang pria bernama Min Yoongi ingin bertemu dengannya. Lelaki itu datang pada sore hari, disaat langit sudah mulai berwarna senja.

"Min Yoongi?" Wanda menyapa Yoongi yang sedang melihat-lihat lukisannya yang dipajang. Yoongi menatapnya dan memberikan senyum tipis yang manis untuk Wanda. "Ada apa? Jarang-jarang main ke studioku."

"Hanya ingin tahu kabar calon adik iparku sebanarnya." Kemudian Yoongi cekikikan mendengar bualannya sendiri. Memang, jika sedang berhadapan dengan Wanda rasanya Yoongi selalu ingin menggoda perempuan itu. Melihat semu merah pada pipinya sangat menggemaskan, begitu berbeda dengan Wendy.

Wanda menggeleng dan memukul lengan Yoongi gemas. "Mantan bukannya ya?"

Yoongi jadi tertawa getir, lupa kalau dirinya dan Wendy sedang tidak terikat hubungan apa-apa. "Masih bisa berubah lagi kok."

"Mau temani aku beli es krim Yoongi?"

"Aku yang traktir."

Beli es krim sebenarnya hanya kedok Wanda semata agar ia bisa berbicara dengan Yoongi. Kini mereka berdua berjalan di taman dekat studio Wanda, menghabiskan es krim masing-masing. Wanda tidak tahu apakah Wendy sudah berbicara dengan Yoongi atau belum. Wanda hanya berharap sekali ini Wendy bersikap lunak.

"Bagaimana kabar Wendy? Dia baik-baik saja?"

"Kenapa tidak cari tahu sendiri?"

"Dia tidak menjawab panggilanku, juga dia selalu tidak berada di tempat. Coba beritahu aku Wanda, adikmu itu sebenarnya masih marah denganku atau dia benar-benar sedang sibuk?"

"Memangnya aku genie-mu ya?" Wanda terkekeh pelan. "Aku tidak tahu tapi mari kita coba ya. Aku akan menghubungi Wendy."

Wanda benar-benar mencoba menghubungi Wendy. Hasil yang ia dapatkan juga sama seperti dengan Yoongi, Wendy tidak menjawab panggilannya.

"Nah," Wendy berujar sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas kecilnya. "Berarti dia memang sibuk sepertinya. Jika dia masih marah padamu, tunggu saja sampai amarahnya mereda. Kau tahu kan dia agak pendendam? Jadi tenang saja ok?"

"Aku tahu, Wanda. Tapi pertemuan terakhir kami tidak berakhir begitu baik. Aku hanya takut dia salah paham, aku utang penjelasan padanya."

"Hidupmu baik-baik saja Yoongi?"

"Menurutmu bagaimana Wanda?"

"Apa kali ini aku adalah seorang cenayang Yoongi?"

"Mungkin? Kau lebih baik dari Wendy soal ini."

Langkah Wanda terhenti, diikuti dengan Yoongi. Wanda menggerakkan tangannya yang bebas dihadapan wajah Yoongi, seolah dirinya adalah peramal pinggir jalan yang sedang membaca ilham yang bersumber dari bohlam listrik.

"Aku ramal...." Yoongi membekap mulutnya, menahan tawanya kuat-kuat. "Kau akan mendapatkan apa yang seharusnya kau dapatkan, Min Yoongi."

"Apa-apaan?" Balas Yoongi tidak terima. "Klise sekali."

"Aku kan memang bukan cenayang!"

Yoongi tertawa dan tangannya mendarat pada kepala Wanda untuk mengacak rambut Wanda yang selalu terlihat rapi tanpa cela. Wanda menyingkirkan tangan Yoongi yang berada pada kepalanya kemudian mendengus.

One dayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang