VIII

168 18 0
                                    

Akhir pekan ini sungguh terasa melelahkan buat gue, akibat drama mimisan gue waktu lalu dan sekarang rasa pening dikepala gue semakin sering terasa dari biasanya. Itu membuat Daejong semakin merasa khawatir akan apa saja yang gue lakukan, justru membuat gue semakin sulit untuk melepaskanya dalam waktu dekat ini.

Seperti siang ini dia ingin membuat janji untuk berkeliling kota Siheung dengan alasan rindu pada keluargannya, gue pun bisa memaklumi itu karena tak bisa gue pungkiri gue juga rindu akan tempat itu. Gue dan Daejong berencana berangkat setelah dhuhur dan menunggu jalanan agar sedikit sepi.

"Apa kau merasa gugup?" tanya gue begitu memasuki mobil Daejong yang telah terparkir apik diBasement.

"Ani, aku hanya khawatir jika mereka tak mempercayai apa yang aku katakan Moza-ya" ucap Daejong dengan nada yang terlihat gugup

" Percayalah padaku, aku akan mencoba meyakinkan mereka dengan caraku apapun nanti hasilnya, arra?"kata gue meyakinkan

"Nde, aku percaya padamu" kata Daejong sebelum menancap gas menuju Siheung

Ditenggah perjalanan tak ada yang membuka suara baik gue maupun Daejong, kami berdua terfokus pada pikiran kami masing-masing tentang seperti apa respon yang akan diberikan keluarga Jongdae setelah ini.

" Kenapa berhenti?"tanya gue yang tak mengerti karena tiba-tiba ia menepikan laju mobil ke bahu jalan

" Moza-ya jinja, aku benar-benar tak yakin bahwa mereka akan mengerti keadaanku sekarang, aku takut jika respon mereka tak seperti yang ku harapkan"jelas Daejong

"hhh, apa kau pikir aku yakin bahwa mereka mengerti keadaanmu? aku juga sama sepertimu Dae, tapi aku yakin kita bisa meyakinkan mereka, memang terkadang sesuatu yang kita harapkan tak sesuai dengan apa yang kita hendaki tapi asal kita yakin sama Allah pasti Dia akan bantu kita Dae, yakin" kata gue meyakinkan.

Setelah meyakinkan Daejong dengan kata-kata yang gue sendiri tak yakin dengan apa yang gue katakan, gue dan Daejong melanjutkan perjalanan kurang lebih selama 2 jam dan sampai di Siheung sore hari.

Tok..Tok...

Dengan sedikit gugup gue mencoba mengetuk pintu rumah yang terlihat agak mewah dengan dekorasi sederhana yang didominasi warna cream didepan gue ini, tak lama si pemilik rumah yang sedari tadi gue tunggu pun akhirnya keluar dengan raut wajah yang ramah seperti biasanya, dengan senyuman yang selalu menghiasi sudut bibirnya tak mengurangi kadar kecantikan yang beliau punya, meski sudah terlihat beberapa kerutan didahi dan dibawah matanya.

" Oh Moza-ya, aigoo eomma bogoshipeoseo" kata si pemilik rumah sembari memeluk gue dengan hangat dan gue sambut dengan pelukan hangat pula

" Nuguseoyeo?"tanya eommonim pada Daejong, terlihat jelas dimata lelaki yang sedang berdiri dibelakang gue ini bahwa ia sedang menyembunyikan air matanya dalam-dalam

" Emm, eomma bisakah kita membicarakannya didalam?"tanya gue ke eommonim

Setelah itu eommonim mempersilahkan gue maupun Daejong untuk masuk kerumahnya dengan appa dan Jongdeok oppa yang sudah duduk didepan kami sembari membawakan kami minuman dan beberapa camilan.

" Gamsahabnida"

"Kenapa kau kemari Moza-ya, apa kau rindu padaku eoh?" tanya Jongdeok oppa mencoba menggoda gue

" Nde, mani bogoshipeoyeo"jawab gue jujur

" Emm, eomma, appa, oppa sebenarnya maksut Moza kesini, Moza ingin memperkenalkan Daejong" kata gue

" Siapa Daejong? ge namja? apakah dia kekasihmu yang baru Moza-ya?"tanya appa sarkas

"Ani" jawab gue cepat

" Dia bukan kekasih Moza appa, dia Jongdae putra appa"timpal gue pada akhirnya

" Apa kau sedang bercanda?" eommonim

" Ani, dia uri Jongdae eomma-" ucap gue mencoba menjelaskan secara rinci seperti apa awal pertemuan kami, tentang 49 hari itu dan hingga saat ini, gue nggak pernah tau apakah mereka akan percaya dengan apa yang gue katakan, gue hanya berharap Tuhan akan bantu gue untuk kali ini.

" Jadi maksutmu, jiwa yang berada didalam raga laki-laki ini adalah Jongdae?" tanya appa memastikan

"Nde, dan aku tak akan pernah berbohong pada eomma dan appa bahkan menyangkut Jongdae appa, yeorobun miteoyeo?"gue

" Nde eomma percaya padamu Moza-ya, karena tanpa kau jelaskan pun eomma sudah tau dia putra eomma, eomma punya ikatan yang kuat dengan dia saat pertama kalian datang tadi" eommonim

"Eomma-" kali ini bukan gue melainkan Daejong yang tengah menangis sembari memeluk eommonim entah sejak kapan ia sudah berada dalam pelukan ibunya.

" Mianhae appa, aku baru mengatakannya sekarang karena aku juga harus meyakinnkan diriku terlebih dahulu, mianhae karena aku membawanya kemari saat waktunya hampir tiba" kata gue ke appa

" Nde, gwaenchanayeo Moza-ya justru appa yang harus meminta maaf kepadamu karena sudah menyusahkanmu seperti ini, dan appa sangat berterima kasih karena kau telah menjaganya selama ini, kau adalah orang yang paling appa percaya, gomawo Moza-ya" appa

" Aku akan meninggalkan Jongdae disini bersama eomma-"gue

" Ani, kende wae?" tanya Daejong yang terlihat tak terima

" Karena disinilah tempatmu seharusnya Dae bukan bersamaku, lagi pula aku sudah cukup banyak menghabiskan waktuku bersamamu dan kali ini biarlah eomma, appa dan hyungmu yang menghabiskan waktu bersamamu setelah ini"gue

" Tapi apakah kau tak bisa tinggal Moza-ya?" Daejong

" Aniyeo Dae, masih banyak perkerjaan yang harus aku lakukan dan sebentar lagi aku akan pulang ke Indonesia untuk menemui ayah dan ibuku, aku juga sangat merindukan mereka"gue

" Tapi aku ingin menghabiskan saat terakhirku bersamamu Moza-ya"Daejong

" Tapi tidak denganku, justru aku tak ingin berada disampingmu disaat-saat itu karena aku tak ingin merasakan kehilangan dirimu untuk yang kedua kalinya" kata gue dengan setetes air mata yang jatuh dari sudut mata gue.

" Kende-"Daejong

" Aku akan segera pulang, jaga dirimu baik-baik Dae, aku pulang eomma, appa, oppa anyeong" kata gue bergegas meninggalkan rumah keluarga Kim itu sebelum berpamitan pulang

Gue memilih pulang kembali ke Seoul menggunakan bus , agar gue bisa menikmati waktu gue sendiri dengan tenang tanpa harus memikirkan Jongdae dan keluarganya, gue nggak pernah tau apa keputusan gue saat ini adalah yang terbaik atau justru menjadi yang terburuk, karena yang gue pikirkan hanyalah gue nggak mau Jongdae juga harus merasakan apa yang gue rasakan dulu. nanti.

Maaf Dae...

TBC

49 Days✔[Sequel Stay With You||Kim Jongdae] CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang