^Cheer ~ Up!^
Love took slow steps towards your heart.
***
Ghazie terbangun dengan kening berkerut dalam, ia masih menggunakan kemeja putih dan celana bahan. Sejenak duduk diatas kasur lipat dengan selimut bergambar kartun power puff girl.
'Ah ...'
Ghazie berdecak ketika ingatannya mulai kembali, ia berdiri dan menemukan Anne yang masih pulas di atas kasur queennya. Dengan cekatan Ghazie merapikan kasur lipat beserta selimut yang ia pakai semalam dan menyingkap tirai besar dan membuka jendela agar udara bisa berganti.
Anne membuka matanya sesaat setelah tirai di kamarnya disingkap lalu menemukan Ghazie dengan lengan kemejanya digulung sampai sikut menunjukkan urat-urat serta otot yang seksi dan menggoda.
'Ya Tuhan!'
Namun ia teringat dengan hal yang lebih penting, segera mengenyahkan imajinasi tentang otot serta urat-urat di lengan Ghazie. Anne mengacak rambutnya kemudian turun dari kasur menghampiri Ghazie.
"Zhie!" panggil Anne mendekat.
"Kenapa?"
"SIGRA! GUE LUPA!"
"Santai aja mbak, Sigra baik-baik aja. Luka-lukanya udah diobatin." Ghazie sedikit terkekeh melihat reaksi Anne yang berlebihan.
"Sigra udah di rumah?"
"Udah."
"Tapi siapa yang bawa dia ke rumah sakit?"
"Orang-orang saya."
Ghazie meninggalkan Anne yang kebingungan lalu mulai membuat sarapan untuk mereka berdua. Pancake pisang dengan es krim vanilla mungkin bisa membuat mood Anne membaik setelah kejadian semalam.
"Gue nggak mau bilang Mas Ares ataupun Mas Aras tentang semalam. Mereka berdua pasti bakal jadi beruang!"
Sambil mengunyah pancakenya Anne membayangkan reaksi kakaknya. Sudah pasti mereka akan memesan tiket pesawat keberangkatan pertama, bila saja ada transportasi yang lebih cepat daripada pesawat untuk sampai di rumah mereka pasti akan menaiki itu. Bayangan mata merah Aras dan wajah dingin Ares membuat Anne bergidik ngeri.
"Zhie! kita jenguk Sigra yuk!" ajak Anne mengambil scoop es krim kedua.
"Boleh, makanya lekas mandi setelah ini."
Anne mengambil sling bagnya dan menghampiri Ghazie yang sudah menunggunya untuk menjenguk Sigra. Anne mengenakan sweater merah muda model turtleneck dengan ukuran oversize dipadukan dengan rok kotak-kotak berwarna biru tua dan merah Anne menguncir kuda rambutnya. Cuaca memang agak mendung akhir-akhir ini.
'Lah anjir, kok gemesin.'
Ghazie tidak tahan untuk tidak menyentuh Anne yang menggemaskan, seperti anak SMP. Ghazie menggaruk tengkuknya dan memasukan tangannya ke dalam saku celana agar tangannya tidak kelepasan dan lancang memegang wajah Anne.
"Ayo kita berangkat!" Seru Anne mengepalkan tangan di udara.
Ghazie mendekat ke tubuh Anne yang duduk di anteng di sebelah kursi pengemudi. Anne mendadak diam kala wajah Ghazie semakin mendekat ke wajahnya.
'KLIK'
"Jangan ceroboh."
Oh Tuhan! Anne benar-benar malu saat ini. Pipinya memerah hingga ke daun telinga. Anne benar-benar malu sudah berpikiran yang iya-iya. Ghazie hanya membenarkan seatbelt Anne yang tadi belum kencang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardian [Secret Relationship Series]
Teen Fiction"Nurut sama Masmu!" Suara Aras meninggi, ia baru saja membentak adik kesayangannya. Bila ada yang bertanya padanya, apa yang ia rasakan saat ini? maka ia akan menjawab: 50% benci Aras 50% benci Ares Gadis itu benci sekali jika ada yang men...