Mentari pagi tidak begitu cerah, berganti dengan suasana yang dingin. Mungkin karna sekarang sudah masuk musim dingin? Bahkan salju saja sudah tidak malu malu lagi untuk turun.
Woojin memakai baju yang berlengan panjang dan tebal serta mantel untuk ke kampus. Ia memilih untuk menaiki bus saja karna mobilnya sedang dalam masa service hitung hitung juga buat mengurangkan pencemaran udara.
"Eomma, Woojin berangkat sekarang ya?" Tanyanya lembut kepada sang eomma.
"Iya sayang, hati hati dijalan. Apa kamu begitu tergesa gesa sehingga tidak bisa menunggu appamu saja yang menghantarmu?"
Woojin tau mengapa eommanya ini bersikap posesif padanya, ia memiliki tubuh yang lemah dan senang jatuh sakit. Apa lagi saat sakit itu sangat lama untuk sembuh. Jadi ia maklum pada sang eomma.
"Eomma, Ujin tidak akan apa apa. Lihat Ujin pakai baju tebal? Ujin juga pengen naik bus saja eomma."
"Ya sudah lah jika begitu, hati hati eomma menyayangi mu"
Eomma Woojin pun mengecup kening sang anak lalu memeluknya lembut.
"Ujin sayang eomma juga, dada eomma"
•
•
•
"Ji, lo tau ga, kemaren gue ke dokter buat nanyain tentang sesak nafas gue itu"
Ujar si manis bergingsul sambil memandang intens sahabatnya yang sedang menelan habis habisan makanan di depannya itu.
"Terus? Bukan lo bilang cuman gara gara kecapean?"
"Gue boong hehe"
"Perasaan gue kok ga enak Jin, lo kaga kenapa napakan?"
Jihoon yang merangkak sebagai sahabat Woojin itu mulai menghentikan acara makannya lalu memandang kearah sahabatnya yang sekarang sedang tersenyum.
"Kalau gue bilang, gue ngehidap Hanahaki, lo percaya ga Ji?"
Mata Jihoon terbelalak.
"Ha-hanahaki?.?"
Jihoon terdiam. Bahkan makanan yang berada di depannya saja sudah ia abaikan. Difikirannya, bagaimana bisa sahabatnya ini terkena penyakit semacam itu?
"Santai dong, ini masih diperingkat awal jadi gapapa"
"Iya, peringkat awal Jin tapi ga bermakna penyakit itu bisa selama lamanya di peringkat awal..."
Mata Jihoon perlahan lahan mengeluarkan kristal bening. Tak ia peduli mahasiswa lain yang melihatnya menangis. Ia hanya tak mau kehilangan sahabat manisnya itu. Bagaimanapun Woojin tetaplah sahabat terbaik Jihoon.
"Tenang Ji"
Woojin dengan lembut menggenggam telapak tangan Jihoon. Namun dengan tiba tiba Jihoon merengkuh tubuh Woojin membuat Woojin sedikit terhuyung ke belakang.
"Guanlin kan? Ini semua gara gara Guanlin kan?"
"Bukan, ini gara gara gue yang naruh perasaan ga sepatutnya ke dia. Jihunie..."
"Apa?"
"Gue ga mau ngisi hidup gue dengan hal yang membosankan. Selama gue masih hidup, temani gue ngelakuin aktivitas aktivitas yang seru yah"
Jihoon tak menjawab sebaliknya semakin erat menenggelamkan wajah Woojin ke cerucuk lehernya, ia tak mahu kehilangan sahabatnya.
•
•
•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.