二十,因为我爱他

783 106 4
                                    

Woojin kini terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit besar Seoul. Tubuhnya kelihatan mengurus dan kulitnya memucat dengan sebab.

Guanlin sendiri yang melarikannya ke rumah sakit sebelum menelfon Jinyoung perihal tentang woojin.

"Jadi ia menghidap ini sudah sejak 4 bulan lalu? Kenapa gue ga pernah tahu?!"

"Karna lo gapernah peka!! Lo gapernah peka sama perasaan Woojin!! -hiks dia bodoh -hiks dia–"

"Sstt Jihunie, woojin pasti sedih kalau liat kamu kek gini."

"Aku bakal hilang dia Youngie-ah... Dia orang yang paling berharga dalam hidup aku -hiks dia sebab aku hidup sampai sekarang young -hiks"

"GAK! WOOJIN NGGAK!"

Kilatan hancur tercetak jelas di iris kecokletan Guanlin. Ia bingung, bingung dengan perasaannya sendiri. Ia tak bisa melepaskan woojin, bagaimanapun kehadiran Woojin tetap membawa impak pada hidup Guanlin

"Gue bahkan jatuh lebih dahulu..."

Air mata perlahan turun menuruni kelopak matanya.

"Gue mempertahankan status sahabat karna gue takut, takut bila gue ingin lebih, gue malah membina jarak. Gue gamau egois karna itu gue.. gue..."

Ia tertidur dalam posisi setengah duduk di tepi ranjang sambil menggenggam erat tangan orang yang ia nanti nantikan untuk bangun.

Cahaya matahari pagi menyiram wajah yang sedikit kusut itu menyeru agar sang empunya wajah bangun dari tidurnya. Kelopak matanya bergerak sembari membiasakan bilasan cahaya matahari itu mata retinanya.

Ia menggeliatkan badannya. Serasa remuk karna berjam jam tidur dalam posisi yang tidak nyaman.

"Udah bangun lu?"

Seketika badan namja tinggi itu membeku. Namun dengan cepat ia larikan pandangannya ke arah orang yang ia nanti nantikan untuk bangun itu. Benar saja iris yang ia nanti nantikan itu sudah terlihat.

"Woojin!"

"Gausah teriak anying masih normal nih telinga gue"

Grep

Ntah dengan kekuatan apa tubuh Guanlin langsung menyambar tubuh yang lebih kecil darinya itu untuk ia kurung ke pelukannya.

"Apasih nyet, gue kenapa gue bisa disini coba? Terus Jihoon mana?"

"Yang di depan lo sekarang itu gue, jangan tanya yang lain cukup gue aja."

"Hidih bodoamat"

Tanpa sadar, Woojin membalas pelukan Guanlin sambil menenggelamkan wajahnya di dada Guanlin.

Setidaknya sebelum ini tamat gue bisa rasa pelukan lo.

"Woojin"

Guanlin melepaskan pelukannya lalu memegang kedua bahu sempit Woojin menatap iris cantik milik si manis.

Perlahan ia kikis jarak antara mereka. Ntah kenapa ia melakukan hal itu woojin juga bingung. Tapi detik kemudian bibir itu sempurna mendarat ke bibir kepucatan woojin.



















•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanahaki Disease'panchamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang