十八、知らない

784 123 6
                                        

Terhitung sudah beberapa hari Woojin habiskan masanya untuk dua curut itu. Ia bahagia. Setidaknya sebelum ia pergi, ia sempat merasakan bahagianya dibahagiakan oleh sahabat.

Woojin juga sering memuntahkan kelopak kelopak bunga. Sehingga ia terlihat pucat dan lemah sehari harinya namun tak menghentikan semangatnya untuk bisa berjalan jalan dengan dua sahabatnya itu.

Hari ini saja mereka sudah mengitari kawasan yang Woojin sendiri pun tidak tahu dimana. Yang ia tahu tempat ini indah, banyak ditumbuhi pokok yang sudah akan dipenuhi salju. Jinyoung yang membawa mereka ke sini katanya tempat ini indah.

Sekarang ia sedang berjalan sendiri di kawasan yang cukup sunyi itu dengan hot coffee di genggamannya . Tenang dan sedikit dingin yang menusuk kulit pucatnya meski sudah dilapisi jaket tebal membuat Woojin ingin berhenti dan duduk seketika di bawah pohon untuk berlindung dari hujan salju.

Jinyoung dan Jihoon ntah kemana tadi Jinyoung yang menarik Jihoon agar mengikutinya tanpa persetujuan Jihoon sama sekali. Mungkin mereka ingin menghabiskan masa bersama? Iya lah, mereka jadi jarang bersama karena woojin dan woojin sadar itu.

"Eugh"

Sepertinya woojin benar benar kedinginan. Detik kemudian ia berteduh di bawah sebuah pohon besar lalu menggosok gosok kedua belah tangannya untuk mencipta kehangatan karena Hot coffee nya saat ini juga sudah mendingin.

Grep

Ada tangan yang memeluk tubuh kecil itu dari arah belakang dan woojin cukup kenal dengan bentuk tangan itu.

"Woojin."

"Guanlin? Lo kenapa bisa ada disini?"

"Kita harus bicara."

"Gue nggak nyiram Xiyeon sunbae."

"Gue tau Jinyoung udah kasitau."

"Terus lo mau bicara apa lagi?"

Guanlin mendudukan dirinya dibelakang Woojin sambil memeluk erat tubuh kedinginan itu. Menggenggam tangan pucat itu untuk dihangatkan.

"Gue kangen lo"

Woojin sendiri menyamankan dirinya dipelukan Guanlin. Pelukan Guanlin itu selalu akan menyenangkan, itu lah salah satu sebab kenapa woojin jatuh lebih dalam lagi pada sahabat sejak kecilnya itu.

"Kangen banget."

Guanlin menghirup dalam dalam aroma surai lembut Woojin. Ia tak bohong soal ia merindui Woojin.

"Gue minta maaf karna udah nuduh lo bukan bukan. Gue sayang banget ma lo Jin"

Woojin menutup kelopak matanya. Ia susah bernafas sebenarnya.

"Tentang message akhir lo itu, apa benar lo udah jatuh ke gue?"

Woojin menghela nafas sebentar. Ia merasa ada usapan lembut di jemarinya. Guanlin mengelus tangan Woojin.

"Lin gue ga berharap lo nerima gue. Tapi bukan berarti gue ga pernah berharap jika perasaan gue terbalas Lin. Lo tau nggak lo tuh orang yang paling lama yg udah gue kenal Selain eomma sama appa. Dulu gue emang anggap lo sebagai sahabat ga lebih tapi semakin bertambah umur, gue punya perasaan yang berbeda. Gue jatuh ke lo. Gue sakit, hati gue sakit. Tapi bodohnya gue tersenyum bahkan tertawa saat lo cerita gimana lo jatuh ke orang lain. Gue udah bisa dapat best actor award ga tuh kkkkkk~ -uhuk"

Guanlin tersenyum tanpa tahu bagaimana keadaan Woojin sekarang. Ia menggenggam tangan yang kedinginan itu, menambah rapatkan dirinya dengan tubuh kecil itu.

"Gue gatau gue harus bilang apa Jin. Pokoknya gue senang. Senang lo jatuh ke gue dan akhirnya gue bisa milikin lo. Gue selalu berharap dan selalu nunggu lo buat jatuh ke gue. Karna gue udah jatuh lama sebelum lo jatuh ke gue."

Guanlin kembali tersenyum seakan dunianya benar benar indah.

"Jin... Lo mau nggak jadi milik gue?"

Beberapa minit minit Guanlin menunggu. Tapi tak ada balasan. Ia berinisiatif untuk mengintip woojin yang tersandar di dadanya.

"Ji– Woojin?!"

Pangkuan woojin dipenuhi kelopak kelopak bunga yang tadi sempat ia muntahkan sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya.






















•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanahaki Disease'panchamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang