Salma membanting tubuhnya di kasur. Dia sangat lelah. Dan tadi, Bram sukses membuatnya menangis.
Sudah ketiga kalinya sejak dia menjadi wakil ketua OSIS mendapat teguran dari Bram. Bram memang ketua OSIS yang perfeksionis. Dia menekankan pada anggotanya kedisiplinan dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Maka tidak heran jika OSIS periode ini mendapat apresiasi lebih dari kepala sekolah.
"Salma... Makan dulu, sayang!" panggil ummi dari bawah.
"Iya, mi... Nanti Salma ke bawah kok! " sahut Salma yang langsung beranjak ke kamar mandi membasuh matanya yang terlihat sembab.
Salma pun turun menuju ruang makan. Sudah ada Rafi, Asma, dan Ummi di sana. Tapi, dia tidak melihat abi.
"Ummi, Abi mana? " tanya Salma sambil mengambil nasi.
"Abi masih di kantor. Ada urusan mendadak, jadi mungkin pulang malam," jelas Ummi.
"Mi, kalo misal aku minta dana bantuan ke perusahaan abi gimana?" tanya Salma mengawali.
"Emang kamu butuh berapa? "
Dan pembicaraan berlangsung hingga makan malam selesai. Rafi dan Asma membereskan alat makan yang kotor. Salma dan Ummi mencucinya.
"Sayang, Ummi pengen kasih tau sesuatu. Tapi, cukup Salma aja yang tau. Bisakan?" ujar ummi memecah keheningan.
"Insya Allah, ummi."
"Tadi, Ummi bilang, kalo kamu bisa ngajuin proposal ke Abi. Tapi sayang, Ummi kurang yakin kalo Abi bisa kasih banyak. Soalnya..."
Belum selesai ummi melanjutkan, bel rumah berbunyi nyaring. Ummi pun segera mengambil jilbab dan keluar membukakan pintu. Aku tetap melanjutkan pekerjaanku.
Hana berdiri di depan rumah sambil menggendong tas ransel yang terlihat penuh. Dia tersenyum ramah ketika melihat Ummi muncul dari balik pintu. Ummi mengizinkan Hana masuk dan terjadi perbincangan ringan di antara mereka.
"Ini, Tante... Aku mau izin nginep di sini buat sementara waktu. Tadi aku udah bilang ke Salma waktu di sekolah. Mungkin Salma lupa bilang sama Tante," jelas Hana mantab.
"Oh, iya nggak pa-pa. Tante malah seneng kalo ada tamu. Jadi lebih rame. Emang ada perlu apa sama Salma? kok sampe nginep segala? " tanya ummi lagi.
"Aku mau bantuin Salma, Tante. Kerjaan dia banyak. Salma sih multitalent. Semua kerjaan diambil. Yaaa... aku sih cuma pengen bantuin gitu, Tan. Lagian dari tadi aku liat Salma murung terus. Kayaknya kecapekan, deh," jelas Hana.
Ummi tertawa ringan, "ya... gitu deh Salma. Mirip abinya banget. Kerjaannya banyak dan nggak mau berhenti sebelum semua selesai," imbuh Ummi.
Hana mengangguk setuju.
"Siapa, mi? " tanya Salma saat melihat ummi memasuki dapur.
"Itu, si Hana udah dateng," jawab ummi sambil menuang gula ke dalam gelas ingin membuat teh.
"Ya Allah... dia beneran ke sini, Mi? Aduh.... Ya udah, mi. Salma temuin Hana dulu, ya! "
"Eh, sebentar! sekalian bawa ini keluar, ya!" ujar ummi sambil menyerahkan nampan berisi segelas teh hangat.
Salma menerimanya dan pergi membawa serta nampan itu menemui Hana.
"Hana kamu kok beneran ke sini, sih. Kan aku udah bilang, kamu nggak usah bantuin aku. Lagian kerjaanku banyak banget, lho," seru Salma sambil menyodorkan teh pada Hana.
"Jadi aku jauh-jauh ke sini di tolak, nih? Kamu nggak ngebolehin aku berbuat baik sama kamu? Ya udahlah kalo gitu aku pulang."
"Aduh... nggak gitu! Maksud aku, kamu nggak usah repot-repot bantuin. Lagian kamu juga punya kerjaan lain, kan?" jelas Salma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi-mimpi Salma
Teen FictionPrestasi yang baik, parasnya yang cantik rupawan, dan mahkotanya yang tertutup balutan hijab itu menarik perhatian banyak orang. Salah satunya, Azzam, pentolan sekolah yang hobi membuat ulah. Dia tampan, namun tingkahnya yang selalu mengundang murka...