"Assalamu'alaikum! "
"Wa'alaikumussalam! udah pulang, sayang?" tanya ummi yang sedang memilah-milah kain yang ada di hadapannya.
"Ummi mau buat baju lagi? " tanya Salma saat mencium tangan umminya.
"Iya, ummi mau buat wedding dress buat ustadzah Nadia," bisik ummi pelan.
"HA?! Ustadzah Nadia mau-" belum Salma melanjutkan, ummi sudah meletakkan jari telunjuknya di bibir Salma.
"Menikah?" lanjut Salma berbisik.
Ummi mengguk tersenyum. "Jangan bilang adik-adikmu dulu, ya!"
"Siap, bos! " mereka tertawa.
"Yaudah, ganti baju terus makan siang! ummi buatin nasi goreng risol kesukaan kamu."
"Iya, ummi..."
Salma bergegas naik dan berganti pakaian. Dilanjutkan turun untuk makan siang.
"Mi, adik-adik belum pulang? "
"Udah, kok. Mungkin lagi di ruang belajar," ummi masih sibuk dengan kainnya.
Salma mendekat ke arah ummi.
"Udah selesai makannya? " tanya ummi heran. Salma hanya nyengir kuda.
"Ummi mau bikin kayak gimana, sih? " tanya Salma sambil mencari posisi duduk yang nyaman.
"Ustadzah Nadia minta yang simple tapi elegan. Ummi pilih warna putih dikombinasiin sama peach. Kalo ustadz Ahmadnya minta jas putih biasa aja," jelas ummi membuat Salma terbelalak kaget.
"Sama ustadz Ahmad?! " seru Salma yang tentunya sedikit berbisik.
"Iyyaa..."
"Jangan-jangan, waktu ustadzah Nadia jemput aku ke sekolah itu... bukan gara-gara disuruh sama ummi? "
"Kalau itu, memang ummi yang suruh. Soalnya, ustadzah Nadia kebetulan lagi di sekolahan kamu mengurus beberapa urusan pernikahannya sama ustadz Ahmad sama pak Herman juga," jelas ummi.
"Pak Herman? kok bisa? "
"Kan pak Herman yang jadi perantara mereka berdua. Pak Herman itu, sepupu abahnya ustadzah Nadia," jelas ummi lagi.
"Wow... dunia ini luas, tapi rasanya sempit ya, mi," ujar Salma takjub. Terkadang, orang-orang yang ada di sekitar Salma, tidak diduga memiliki hubungan. Seperti halnya ustadzah Nadia, pak Herman dan ustadz Ahmad. Mereka saling terikat satu sama lain.
"Ya udah, bantu ummi motong ini, ya! " Salma menerima potongan kain yang diberikan ummi. Salma sudah lumayan lihai soal potong-memotong kain. Dia sering melihat umminya, dan dia juga sering membantu umminya.
Cita-cita Salma memang ingin menjadi penerus umminya. Mengembangkan butik umminya agar dikenal semakin banyak orang. Karena sejak kecil, umminya sudah mengajarkan banyak hal tentang fashion, menjahit, bahkan nama-nama kain pun Salma hafal di luar kepala.
"Udah, mi." Salma menyodorkan potongan kainnya pada ummi.
"Oh iya, pernikahannya satu bulan lagi. Jadi kemungkinan ustadzah nggak bisa halaqoh buat beberapa waktu ini. Kamu gantiin beliau, ya! "
"Iya deh, mi. Insyaa Allah."
"Oh iya, nanti malem kita diundang sama teh Azka. Katanya mau ada syukuran ulang tahun adiknya. Kamu ikut, ya? " ujar ummi lagi.
"Iya, mi. Insyaa Allah."
Salma berpikir, ini kesempatan buat buktiin, apa Azzam punya hubungan sama keluarga teh Azka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi-mimpi Salma
Teen FictionPrestasi yang baik, parasnya yang cantik rupawan, dan mahkotanya yang tertutup balutan hijab itu menarik perhatian banyak orang. Salah satunya, Azzam, pentolan sekolah yang hobi membuat ulah. Dia tampan, namun tingkahnya yang selalu mengundang murka...