"Hey! "
Salma mendekati Rafi yang sedang termenung sendirian di balkon. Rafi hanya menoleh sebentar, lalu memalingkan mukanya ke depan.
"Ngapain di sini? udah malem. Masuk, yuk! " ajak Salma pada adik laki-lakinya ini.
"Udahlah, kakak duluan aja."
"Ada apa, sih? Muka kok ditekuk kayak kertas gitu.. mikirin siapa, hayoo..." goda Salma.
Rafi hanya diam, tak menggubris.
"Cerita, dong... Kalo nggak, kakak tungguin kamu sampai kamu masuk ke dalem." Salma pun mengambil posisi di samping adiknya dan ikut menatap gelapnya kompleks perumahan mereka yang lengang.
"Kak.."
"Hmm.."
"Kakak punya temen yang awalnya dia ceria.. terus tiap hari. Tapi, gara-gara keluarganya kena masalah, jadi murung gitu ?" ujar Rafi.
"Mmm.. ada nggak, ya? Kayaknya sih nggak ada. Emang temen kamu ada yang kayak gitu? " tanya Salma. Tapi, Rafi menjawab dengan diam.
"Kalo kamu diem, berarti iya."
"Iya, kan? " tanya Salma meyakinkan . Tapi, lagi-lagi Rafi hanya diam.
"Ehm, gini ya, Fi.. kalo menurut kakak,nih.. Kamu suport terus dia. Jangan sampe dia ngerasa sendirian. Kalo misal dia tetep ngehindar, kamu coba deketin dia diem-diem.. suport dia diem-diem. Siapa tau, berhasil balikin dia kayak dulu lagi," ujar Salma menyarankan.
"Gitu, ya? "
"Em... tapi, kalo boleh tau, siapa sih? cewek? apa cowok? " tanya Salma sambil nyengir kuda, "kepo, nih..."
"Emang dasarnya kakak kepoan! " ujar Rafi yang langsung meninggalkan Salma ke dalam.
"Heh! Rafi... kok ditinggal, sih! "
-...-
Paginya, Salma sengaja datang lebih pagi. Dia ingin menyelesaikan pekerjaannya sebelum pulang sekolah. Tentunya, bukan PR atau kuis. Tapi, pekerjaan OSIS-nya. Festivalnya akan diadakan satu minggu lagi. Dia harus cepat-cepat menyelesaikannya.
Salma pun langsung menuju ke ruang OSIS. Di sana, sudah terlihat Bram yang duduk di mejanya menghadap laptop. Sibuk dengan pekerjaannya.
"Assalamu'alaikum," ucap Salma saat memasuki ruang OSIS.
"Wa'alaikumussalam," jawab Bram dingin tanpa menoleh sedikit pun ke arah Salma. Dia masih saja berkutat dengan laptopnya.
Salma sudah terbiasa dengan sikap Bram. Memang mood ketua OSIS-nya itu sulit ditebak.
Lima menit. Sepuluh menit. Ruang OSIS mulai ramai oleh pengurus OSIS lainnya. Selama itu, tidak terjadi percakapan diantara mereka. Dan anehnya lagi, setiap ada pengurus OSIS lain yang datang, mereka memberi selamat pada Salma.
"Congrats ya, Sal! "
"Keren lo, Sal! "
"Daebak lo, Sal! "
"Pake mantra apa, lo?"
"Good luck, Sal! " Dan lain sebagainya.
Salma hanya menatap bingung. Saat Hana datang dan duduk di sebelahnya, sahabatnya itu langsung heboh.
"Sal! kamu kok nggak kabar-kabar, sih! Mentang-mentang kamu gengsi, terus kamu nggak cerita sama aku, gitu? " ujar Hana tiba-tiba saat duduk di samping Salma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi-mimpi Salma
Fiksi RemajaPrestasi yang baik, parasnya yang cantik rupawan, dan mahkotanya yang tertutup balutan hijab itu menarik perhatian banyak orang. Salah satunya, Azzam, pentolan sekolah yang hobi membuat ulah. Dia tampan, namun tingkahnya yang selalu mengundang murka...