part1

31 4 5
                                    

"Woy..." suara cempreng Hima tiba-tiba meledak di telinga Ai.

"Kampret," ketus Ai terkejut setengah mati.

Mata sipit Hima memicing, diikuti mulutnya yang mulai menggunung,

"Ngelamun muluk." Hima menjatuhkan pantatnya tepat di samping Ai yang tengah selonjoran di atas kasur empuk.

"Serah gue lah," jawab Ai cuek.

"Hayoookkk, ngelamunin si Brian, ya?" tebak Hima. Ai tak menjawab, tatapannya berubah kosong.

Suasana hening sesaat.

Ya, Ravabia Ainun Nandara atau Ai. Siapa sangka gadis secantik dia, berkulit putih, fostur tubuh bak seorang model dengan rambut panjang terurai dari kepala hingga pinggang, memiliki kisah masalalu yang kelam. Itu sebabnya, kini dia lebih menjadi seorang pendiam, dingin, dan cuek. Bicara seperlunya, kalaupun bawel atau semacamnya hanya terhadap orang tertentu. Tak ada lagi ceria di hidupnya, tak ada lagi tawa, heboh dalam dirinya. Dia pendiam, sangat pendiam. Bahkan hampir tak ada satu temanpun yang mau berteman dengannya. Hanya Hima, teman satu-satunya, gadis super kocak, kepo dan jahil level akut yang selalu setia menemaninya. Gadis berambut sebahu berkulit sawo matang itulah yang selalu mengerti keadaan Ai, walau keduanya kenal masih seumur jagung.

"Udahlah, jangan dipikirin terus...lagian, kan mereka udah dapet karma. Si Syabila di DO dari sekolah, si Brian juga, malah di pecat dari tempat kerjanya," jelas Hima panjang lebar. Mencoba menghibur Ai, karena ia tahu kalimatnya tadi haram di ucapkan jika tengah mengobrol dengan Ai.

***
Ai tetap bungkam, ia seperti acuh tak acuh dengan perkataan sahabatnya.

"Jalan-jalan, yok," ajak Hima memecah keheningan beberapa saat.

"Kemana?" Ai menoleh malas.

"Hayok, ikut aja." Hima menarik paksa tangan mungil sahabatnya.

***

"Hilangin borring." Hima tersenyum manis saat keduanya tiba di taman alun-alun kota.

Ai hanya mengangguk-anggukan kepala saja.

Hening, keduanya sama-sama menebar pandangan ke seantero taman.

Mata Hima membulat ceria, sebuah ide jahat muncul di benaknya.

Mangsa empuk nih, batinnya melangkah pergi dari tempatnya.

"Eh, kemana?" tanya Ai yang hanya di acuhkan sahabatnya.

Hima terus berjalan mendekat, sampai ia tiba di depan target. Dua mahluk Tuhan berlawan jenis yang tengah asyik bercanda ria di bangku taman menikmati pemandangan sore hari.

"Oh, jadi ini kelakuan kamu di belakang aku." Hima memulai dramanya.

Keduanya menoleh ke arah Hima, terutama si cowok yang nampak terkejut sekaligus bingung.

"Ini siapa kamu yang?" tanya si cewek. Hima berlaga marah terhadap si cowok.

"Aku gak kenal," jawab si cowok kebingungan.

"Alah, lu gak usah bohong deh, gue gak nyangka ternyata lu itu busuk!" Hima menambahkan dialog dramanya. "Setahun kita pacaran, namun ini balasan lu kepada gue. Lu tega selingkuh di belakang gue! Gue benci elu!'' Hima pura-pura terisak di hadapan keduanya.

"Kamu selingkuh?" tanya si cewek dengan nada yang sudah bergetar menahan tangis.

"Ngga sayang, dia cuma ngaku-ngaku doang," ucap si cowok membela diri. Hati Hima tertawa puas. "Eh, lu gak usah ngaku-ngaku jadi pacar gue deh," bentak si cowok kesal atas keterangan palsu yang di lontarkan Hima.

My Playboy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang