Part4

13 3 0
                                    

Gian membuka mata perlahan. Ia baru tersadar dari pingsan. Ya, dialah cowok yang tadi membuat Ai tenggelam, tapi hasilnya, dia ikut tenggelam.

"Gue, di mana... " tanyanya pada diri sendiri.

Kepalanya masih seperti berputar untuk menatap jelas seisi ruangan. Tapi, ia bisa menebak bahwa ia tengah di kamar hotel.

"Eh, bro. Lu udah sadar," ujar seseorang dari arah pintu.

Itu Kiki, sahabat dekat Gian. Dan Aldo yang mengekor di belakangnya.

Gian mengacuhkan kata-kata sahabatnya. Tangannya memijat pundaknya yang terasa diduduki gajah.

"Elu tadi kenapa, sih. Bisa sampai tenggelam gitu?" tanya Aldo mengintrogasi.

Ekspresi wajah Gian berubah ketus. "Gara-gara si cewek yang udah bikin gue putus sama selli," adunya.

"HAH? Yang bener lu?" Aldo langsung menanggapi heboh. Ia tampak terkejut atas penjelasan sahabatnya.

"Iya, kenapa emang?" jawab Gian.

"Jangan bilang lu putus sama Selli, gara-gara ada cewek yang ngaku jadi selingkuhan elu?" Aldo mengintrogasi. Telunjuknya bermain mengikuti dialog.

"Iya, kenapa emang?" Gian terus mengulang kalimatnya.

"Wah... bener dugaan gue. Kasus kita sama. Kita jomblo gegara cewek aneh itu!" Aldo tampak emosi level dewa. Rona merah penuh amarah menyemburat di kedua belah pipinya.

"Yang bener lu?" Kiki dan Gian bersamaan menanggapi. Mata keduanya ikut membulat.

"Ga bener, nih. Kita harus bikin perhitungan," ujar Aldo dengan suara yang berapi-api.

"Sama cewek itu?" tanya Kiki. Dia yang tidak mengalami nasib sama seperti kedua temannya, karena memang dia jomblo. Merasa kedua temannya akan bertindak gila.

"Iya!" jawab Aldo sedikit membentak. "Kalo perlu kita bikin dia lebih menderita," tekad Aldo. Gian nampak menyetujui.

Rasa dendam sama-sama timbul di keduanya. Terhadap satu wanita yang telah mengacaukan dunia asmaranya. Padahal nyatanya ada dua wanita di balik semua itu.

***
'Drettt drettt drettt'

Handphone milik Ai bergetar, menunjukan waktu sudah hampir pagi. Sengaja Ai menyetel alarm di handphonenya, jaga-jaga siapa tahu nanti telat bangun.

Ai membuka kedua matanya yang masih terasa enggan untuk menatap dunia. Udara segar segera menyambutnya saat jendela kamar terbuka. Sinar emas sang surya masih terlihat bercampur aduk dengan pekatnya langit subuh, Ai bergegas menuju kamar mandi untuk membasuh encok di tubuhnya.

***
Pukul 06:00 Ai sudah siap dengan seragam lengkapnya, Hima yang agak telat bangun juga sudah rapih. Keduanya berjalan menuruni anak tangga menuju ruang makan, terdengar suara ribut dari perabotan yang saling beradu menghias suasana dapur.

Itu pasti bi Inah, tebak Ai.

Dan, benar saja, perempuan paruh baya tersebut tengah sibuk mencuci piring ditemani sang majikan, bu Rika yang juga ikut sibuk menyiapkan sarapan.

''Morning, bun, " sapa Ai. Diikuti senyuman tipis yang memancar dari bibir tipis Hima.

"Morning juga, sayang," jawab bu Rika.

"Bunda ngga ngantor?" tanya Ai saat melihat penampilan ibunya yang masih berantakan.

"Ngantor, cuma nanti berangkatnya agak siangan." Bu Rika meletakan dua piring nasi goreng ke atas meja.

My Playboy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang