"Gilak juga, yak. Kok bisa kebetulan gini, sih?" ujar Hima. Ai mengangkat bahunya.
"Gue juga gak tahu. Lu sih, gue tadi hampir celaka," ketus Ai.
"Yeehhhh... maafin lah," rengek Hima. Ai mengangkat kedua alisnya.
"Iya, iya. Gue maafin," jawab Ai. Hima berteriak girang, lebay.
"Tapi, gue penasaran deh. Tuh cowok katanya playboy. Bener gak ya?" Tiba-tiba Ai berucap demikian, sontak kedua mata Hima membulat lebar.
"Lu panas yak," Hima menempelkan telapak tangannya di kening Ai. "Kok elu peduli banget sama tuh cowok."
"Eh, engga. Siapa yang peduli juga," tukas Ai. Tiba-tiba muncul rona merah bermelaran di kedua belah pipinya.
"Hayoo... lu naksir ya... " goda Hima. Pipi Ai semakin memerah, bahkan rasanya sudah sematang kulit kepiting rebus.
"Dihh, engga lah!" tolak Ai. "traktiran jangan lupa."
Ocehan Hima terhenti, mulutnya terkatup rapat. Kedua matanya membulat.
***
Suara gemuruh dari gulungan ombak yang terpecah menabrak bibir pantai menyapa Ai yang masih terlelap di atas kasur empuknya. Di tambah suara dengkuran merdu dari mulut Hima, semakin memaksa kedua mata Ai untuk terbuka.Ah, sial. Hima memang bukan tipe cewek yang suka bobo cantik. Tidur pake selimut, bangun tuh selimut entah kemana? Posisi awal telentang, bangunnya jungkir balik. Dan, satu lagi. Dia pendengkur yang baik. Believe it or not! Akan susah sekali tidur nyenyak jika tidur satu kamar dengannya.
Kaki kanan Ai menyapa lantai terlebih dahulu. Ia mendekat ke arah jendela yang masih tertutup rapat oleh gorden warna putih. Bu Rika masih tidur di ranjang satunya lagi. Ya, sengaja bu Rika memesan kamar dengan dua tempat tidur, walau ia harus membayar double.
Jam bundar yang menempel di dinding kamar, masih menunjukan jam 06:00 pagi. Ai memutuskan untuk menikmati sentuhan air hangat terlebih dahulu.
***
Semerbak aroma parfum khas bunga lavender menyeruak ke seluruh penjuru ruangan. Ai sudah siap dengan baju pantainya, namun, Hima masih ngorok.Arrrggghhh, batin Ai greget.
"Woy bangun!" Ai menarik kaki Hima.
"Apaan sih, sayang," Hima mengigau, ia memeluk tangan Ai.
Kedua alis Ai terangkat geli, "gila nih anak!"
"Udah siang woy!!! Tuh cowok ganteng udah ngantri." Ai berteriak tepat di telinga kanan Hima.
"Mana?" Hima langsung terbangun, kedua mata sipitnya dalam sekejap terbuka lebar.
"Ngantri di tengah laut!" Ai melempar guling tepat ke wajah imut khas bangun tidur ala Hima.
***
Ai berjalan menyusuri bibir pantai sendirian. Tiupan lembut angin pantai menerbangkan rambut panjangnya yang terurai menjuntai menghiasi tubuh kurusnya. Kedua mata bulatnya menerawang jauh ke ujung samudera.Ia kembali berjalan. Langkah kakinya terhenti di sebuah dermaga kayu yang menjorok ke tengah laut.
Ai duduk di ujung dermaga. Setengah kakinya tercelup ke air laut. Sensasi dingin dan panas menyapa tubuhnya.
Tenang, damai rasanya. Ialah, tanpa Hima. Biasanya kan dia heboh sendiri, batin Ai. Pikirannya mulai bermain-main. Mulai dari kenangan, hingga masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Playboy Boyfriend
Fiksi RemajaSiapa bilang cowok romantis bisa meluluhkan hati semua kaum hawa? Jawabannya Tidak! Untuk gadis yang bernama lengkap Ravabia Ainun Nandara