"Serius lu dicegat cowok yang sore tadi jadi korban kejahilan elu?" Ai langsung menghujani Hima pertanyaan saat tiba di kamar.
"Heem," jawab Hima ngos-ngosan. Nafasnya belum stabil. Ia melemparkan kresek hitam berisi sate ke atas meja.
Waktu menunjukan hampir jam sebelas malam.
Hima menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. "Hampir aja gue ketangkep, kalo gak cepet," adunya.
Ai menahan tawa geli, "lagian elu nya juga nyari masalah, sih. Itu karma keras namanya."
"Karma keras? Lu kira kode ajaib!" cetus Hima.
Tanpa komando keduaanya tertawa lepas di malam hari.
***
Besoknya ...Libur sekolah masih panjang, hari ini mereka merencanakan liburan ke pantai dadakan.
Setelah semua persiapan beres secara dadakan, beberapa jenis barang yang di perlukan juga sudah tertata rapih di dalam sebuah koper berukuran sedang, ketiganya siap meluncur menggunakan mobil bu Rika. Matahari telah merangkak naik ke atas, hari sudah siang. Jadi kemungkinan mereia tiba sore hari di tempat tujuan.
Hima tampak girang, begitu juga bu Rika. Ai yang menyetir, jadi sepanjang perjalanan ia hanya menunjukan senyum simpul menanggapi tingkah kocak Hima yang berpadu dengan tingkah konyol ibunya.
Setelah menempuh perjalanan selama berjam-jam akhirnya mereka sampai di tujuan. Yaitu, pantai Anyer. Tempat pertama yang dikunjungi adalah pantai Pasir Putih Florida.
Bu Rika pergi mencari hotel atau semacamnya untuk menginap. sementara Ai dan Hima memilih berjalan-jalan di bibir pantai menikmati tiap-tiap gulungan ombak yang menabrak karang-karang di lautan, lalu pecah sebelum tiba di bibir pantai. Menciptakan gemuruh yang memanjakan telinga, berpadu dengan tupan angin yang menerbangan butir-butir pasir, bergelincir, saling bertubrukan hingga menciptakan gundukan-gundukan kecil.
Indah, cantik, dan mempesona. Itulah gambarannya kira-kira saat keduanya disuguhkan pemandangan detik-detik pulangnya sang surya ke peraduan. Ditemani gerombolan burung-burung yang beterbangan kesana-kemari, mencari tempat untuk berlindung dari dinginnya malam. Dan tebaran guratan emas di ufuk barat melengkapi keindahannya.
Langkah Ai terhenti, sementara kedua bola matanya mulai memanas. Sesuatu di kepalanya mulai bereaksi. Ya, kenangan. Hantu kenangan itu perlahan mulai bekerja memperlihatkan beberapa potret keromantisan Ai dengan sang mantan beberapa bulan silam.
Ia ingat, saat itu keduanya bercanda. Tertawa, bahagia, bahkan kata kehancuran itu tak pernah terlintas sedikitpun di benaknya. Senyuman itu, suara itu ... masih sangat indah berpadu dengan sorotan emas sang surya. Namun, itu hal yang lalu. Hal yang harusnya ia kubur di dasar samudra, hal yang seharusnya ia buang jauh ke galaksi Andromeda. Lalu, mengapa masih merawatnya? Bahkan Ai mengingat betul tiap adegannya. Bulir hangat mulai berguguran, siapa bilang melupakan itu semudah meniup semut. Tidak, justru melupakan itu sama saja seperti akan melepaskan nyawa, mudah namun menyakitkan.
Rasa cinta itu, rasa sayang, rindu dan tangisan...buanglah jauh, kuburlah, hapuslah, batin Ai coba menguatkan hatinya yang telah rapuh, hancur berkeping.
"Udahlah..." Hima mengusap lembut pundak sahabatnya.
Ai hanya menoleh, linangan air mata yang menganak sungai di kedua belah pipinya, cukuplah menggambarkan betapa hancurnya ia di waktu dulu.
"Pulang yuk, tante Rika udah dapet kamar. Kita istirahat dulu, lanjut besok kalau mau jalan-jalan," ajak Hima. Ai mengangguk mengiyakan.
Lalu, keduanya berjalan menuju tempat penginapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Playboy Boyfriend
Roman pour AdolescentsSiapa bilang cowok romantis bisa meluluhkan hati semua kaum hawa? Jawabannya Tidak! Untuk gadis yang bernama lengkap Ravabia Ainun Nandara