Bab 3

4.6K 591 58
                                        

Mau tak mau, kami kembali ke rumah itu pagi harinya. Hari minggu dan ketiga adikku sudah bosan menginap di motel kecil yang kusewa. Ada banyak nyamuk begitu alasanku saat ditanya mengapa kami menginap di motel. Alasan itu membuat Yosi sedikit kesal karena ia bilang itu alasan yang tidak masuk akal. Namun kurasa itu lebih baik daripada jika kukatakan alasan yang sebenarnya.

Begitu tiba di rumah Yosi segera ke kamarnya di lantai atas dan menutup kamarnya rapat-rapat. Aku rasa dia membalas dendam karena semalam tidak bisa tidur karena tidur di kamar yang sempit, berempat pula. Selain itu, ada banyak nyamuk di motel kemarin malam. Sepertinya motel yang kusewa jarang ada yang menginap. Walau harga sewanya bisa dibilang cukup murah.

"Heina," panggilku.

"Ya, Kak?" sahut Heina dari kamarnya.

"Sedang apa?" tanyaku.

"Main," jawabnya lalu kudengar dia cekikikan.

Aku pun menuju dapur, hendak melanjutkan aktivitas memasakku yang kemarin tertunda. Aku masih sedikit takut, jujur, tetapi demi kenyamanan adik-adikku, aku harus berani. Terlebih aku rasa hanya aku yang merasa rumah ini aneh. Dan itu sudah cukup bagiku selama adik-adikku aman.

"Kak!"

Panggilan itu membuatku menoleh dan Toto sudah berdiri di dekatku.

"Ya, ada apa?" tanyaku.

"Ada tikus di kamarku," jawabnya.

"Usir To," suruhku.

"Tikusnya mati, kak!" ucapnya lagi.

Aku menautkan alisku.

"Mati?" tanyaku memastikan.

Toto mengangguk.

"Ya," jawab Toto dengan ekspresi yang menunjukkan sedikit rasa takut dan juga geli.

"Tidak bisakah kamu memungutnya lalu meletakkannya di tempat sampah?" tanyaku.

"Tapi, Kak," Toto terlihat enggan.

Aku menghentikan dulu apa yang aku kerjakan lalu mendekat kepadanya. Aku sedikit merendahkan tubuhku, mensejajarkan tinggiku dengannya.

"Ada apa?" tanyaku.

"Mereka banyak," jawab Toto.

"Tak apa kakak bantu bu-,"

"Kepalanya tidak ada dan badannya terbelah dua," potong Toto yang seketika membuat mataku terbelalak.

"Tunggu di sini!" kataku lalu segera menuju ke kamar Toto.

Aku tertegun, menyaksikan pemandangan mengerikan yang berada di kamar Toto. Ada banyak tikus di sana, tubuhnya seolah terkoyak hingga terbelah dua, kepalanya tidak ada, hancur kurasa seolah ada yang menyantap kepala-kepala itu. Ada banyak ceceran darah yang mengarah ke jendela yang tertutup. Aku mendadak mual, nyaris muntah tetapi batal karena ususku terasa dipilin.

Aku keluar, menuju dapur dan kulihat Toto yang hanya berdiri menyaksikanku dengan cemas. Wajahnya tampak pucat.

"Tak apa, kakak bersihkan. Sementara, Toto bisa pakai kamar kakak, oke?" ucapku.

Toto hanya mengangguk.

"Sekarang pergi ke kamar kakak dulu, istirahat!" suruhku.

Toto hanya mengangguk pelan lalu berjalan pergi meninggalkan dapur. Setelah itu aku ambil sapu dan beberapa kantong plastik. Akan aku bersihkan tikus-tikus mati itu segera. Aku tidak mau memikirkan apa yang sudah membuat tikus-tikus mati, tidak!

Cukup lama dari dugaanku, membuang tikus mati butuh lebih dari setengah jam sampai berhasil kumasukkan ke kantong plastik dan membersihkan lantai yang ternoda oleh darah dari tikus-tikus malang itu. Setelah itu aku ke belakang, membuka pintu belakang untuk pertama kalinya.

THE SATANIST ( TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang