Bab 10.

5 0 0
                                    

Dan disinilah mereka, Berdua diruang kelas Eksekusi (Kelas Hukuman)
Nauli sedari tadi berjalan mondar-mandir untuk menghilangkan rasa lapar, sementara Ari sedari tadi memejamkan mata dan tertidur diatas meja.
Sekilas Nauli melirik kearah Ari. "Yaelah malah tidur." seperti ada yang aneh, kenapa tubuhnya menggigil dan muka Aria terlihat sangat pucat. Nauli pun memutuskan untuk mendekat kearah Ari dan memegang kening.
"Panas. Kenapa suhu tubuh bang Kia Panas." Mata Nauli tertuju pada luka Itu. Luka 2hari yang lalu, dimana Preman itu sempat menghajar Ari.
Mengingat kejadian itu membuat Nauli sempat merasa bersalah.

Nauli berdiri dari duduknya Mengarah pada lemari yang ada dipojokan kelas, Nauli mengambil kotak P3K dan berjalan mendekat kearah Ari.
Nauli membuka botol Alkohol dan menuangkan alkohol kedalam kapas
Mengusap pelan kapas tersebut dikening Ari, takut-takut akan sakit Nauli meniupnya pelan. Tidak ada ringisan dari orangnya.
Setelah selesai Nauli mengambil salep dan mengoleskannya, Nauli mengoleskan Betadine kedalam Hansaplast dan menempelkan Hansaplast dikening Ari.
Melihat lukanya sudah tertutupi, Nauli menutup Kotak Obat itu dan mengembalikannya kedalam lemari yang ada dipojokan kelas.

TERBUKANYA PINTU KELAS EKSEKUSI BERSAMAAN DENGAN Baru selesainya Nauli menutup lemari kelas.
"Kalian boleh keluar"  Kata Buk Erna, guru Agama Kristen Protestan. Sekaligus guru mereka berdua saat pelajaran Agama (Ari Hari Sabtu)  (Nauli Hari Jumat)

"Makasih bu, Izin buk. Bisa tolongi saya membawa Bang Ari ke UKS. Badannya panas Bu, meriang daritadi.

~~~°°°~~~°°°~~~
"Dingin.... Errr Sssshhh
Dingin.... Errr Ssssshhh" Igau Ari, Saat ini Ari sudah berada diruang UKS. Keadaan masih sama, suhu tubuhnya menggigil kedinginan.
Berhubung Nauli Anak PMR Guru mengizinkan Nauli untuk mengobati Pasien yang bernama Ari.

Nauli masih terus mengompres Ari dengan air hangat dan membolak-balikkan kompresan itu. Lalu meletakkannya diatas kening Ari. Setelah 30Menit, Nauli mengambil kompresan dari kening Ari lalu membalikkan kompresan itu. Setelah dibasuh pada air hangat. Berulang kali Nauli melakukan kegiatan itu hingga panas Ari sudah menurun.
Tetapi Ari masih belum sadar.

Nauli mengambil obat penurunkan demam. Nauli mendudukkan Ari, Membuka mulut Ari Lalu meletakkan obat didalam mulut Ari, takut Ari merasakan Rasa Pahit Dilidahnya dengan cekatan Nauli langsung nenegukkan air didalam mulut Ari. Ari pun meneguknya.
Nauli mulai mengelap tubuh Ari.
Hanya bagian atas, Naulipun membuka baju Ari. Nauli sempat terkesima melihat badan kekar Ari dan kemudian sadar, jika Ari sedang sakit, diapun mengganti Kaos dan Baju Sekolah Ari dengan Kaus Hijau yang digunakan khusus untuk Pasien. Nauli menjemur Kaus Ari Beserta Baju Sekolahnya.
~~~°°°~~~°°°~~~
Lia terbangun saat Aria meracau dalam tidurnya "Tidak!! Abang Aku udah tenang diSurga, Daddy.... Mommy.... Tolong...."
Mimpi buruk yang dialami Aria membuatnya gelisah. Peluh keringat bercucuran dikening Membasahi baju Ari. "Bang, Apa salah, jika aku menjauh dari keluarga mereka. Kenapa sangat sulit menerima kenyataan ini. Arrrgggh!!" Aria masih meracau dalam tidurnya. Kepala Aria sedari tadi bergerak gelisah.

Lia menepuk-nepuk pipi Aria. "Astaga, kenapa tubuhnya dingin sekali. Ada apa dengannya"
"Bang. Bang." Lia menggoyang-goyangkan bahu Aria.

Mimpi Aria saat ini  kembali kedalam kilasan masalalu dimana saat kepergian Aram, dirinya selalu diejek oleh teman-temannya.
"Huhuhu.... Kasihan, Anak mami ya. Kerjain tuh, abangnya udah gaada. udah meninggal dia."
Tubuh Aria kembali menggeliat tak tentu arah.
"Jangan ganggu abang aku! Tolong! Dia gak salah. Kenapa kalian selalu mengganguku! kenapa!"
Aria makin menggigil kedinginan kedua tanggannya dirapatkan diatas perutnya.
Lia menurunkan Volume AC dan kembali menyentuh Dahi Aria "Yaampun. Kenapa sekarang dia jadi demam. Seperti apa sih mimpi buruk kamu bang" Nauli terlihat Cemas, melihat keadaan Aria seperti ini Air mata Nauli menetes membasahi pipi.

Aria maki menggeLiat saat teman-teman Aria mulai menyerang Aria.
"Abangmu udah tiada. Sudah gaadak yang menghalangi kami untuk menyakitimu. Pembalasan dendam aku, padamu akan berjalan mulus"
"Dendam Apa!!"
"Hahahaha. Gamungkin kau gatau. Hahahaha. Kau gatau kejadian saat kita berumur 8Tahun.
Kejadian dimana kamu membunuh adek aku." Aria menggeleng tak percaya. Dia masih ingat atas kesalahpahaman itu.

Flashback On 8 tahun lalu.
(Umur 10 Tahun. Aria)
Aria membeli keperluan bulanan di Rumah. Orangtua mereka tak pernah sekalipun memanjakan Aram dan Aria. Setelah mengantar Aria, Aram ditugaskan untuk membersihkan rumah. Hari liburnya dipakai untuk membersihkan rumah.

Aram sudah selesai membeli keperluan bulanan di Supermarket.
"Tolong!! Tolong!!" Aria menatap kearah sumber suara. Tatapannya berhenti saat melihat seseorang sedang membungkam mulut Astya. Astya mengeluarkan seluruh tenaganya untuk memberontak, tapi sayang dua pria misterius itu jauh lebih kuat. Aria yang gatega melihat Astya diperlakukan seperti itu.
Aria pun berjalan kearah Astya.
Aria datang menghajar Pria itu. Aria yang masih berkedudukan pada Sabuk Hijau (Modoriobi)
Merasa kesulitan melawan satu diantara dua pria yang mungkin Udah Sabuk Biru (Aiobi). Setingkat dengan Aram(19Th) yang sudah berkedudukan pada Sabuk
Biru (Aiobi)

Gadis itu memundurkan langkahnya
Gadis itu menghela nafasnya dalam dan menghembuskannya pelan. Perasaannya kacau matanya terus memperhatikan Aria yang sedang berkelahi dengan orang yang tidak dikenalnya.
Satu Pria berhasil dikalahkannya,
Sial dua orang  turun dari mobil dan ikut menghajar Aria.

"ARIA... Pergi kamu dari sini!"
Aria pun mengangguk, Aria membopong Astya masuk kedalam mobil ARAM.
Aria berdoa agar abangnya selamat dari pertengkaran itu.
Satu jam lamanya Aram kembali dan melajukan mobilnya kencang.
"Kau datang tepat waktu bang. Terima kasih sudah menolongku."
"Sama-Sama"
"Dimana mereka." Aram menarik nafas dalam. Lalu membuangnya perlahan "Sebenarnya mereka belum sepenuhnya terkulai lemas. Dari hasil pengamatan yang kulihat dari tatapan mata mereka. Mereka sepertinya menginginkan Astya sebagai Incaran."

"Incaran apa." Tanya Aria penasaran.
"Ntahlah, sepertinya mereka mengincar Astya untuk membalaskan dendam mereka"
"Dendam Apa."
"Ntahlah, aku gatau dendam apa yang mereka punya. Yang jelas Pria misterius itu akan mengincar Astya. Umn mungkin kematian. " Mata Aria terbelalak, bukannya dia gapercaya pada Abangnya. Abangnya seorang detektif, otomatis dia sudah mempelajari ilmu Jiwa dan Pikiran orang. Untuk mengintai sesuatu.
Menjadi seorang detektif bukanlah Pekerjaan yang mudah, Harus Punya penguasaan diri, Jika sampai lengah dan Terkecoh sedikit saja. Dirinya gaakan selamat. (Nyawa Taruhannya)

Aria merasakan kulit tangan Astya terasa dingin "Berhenti! Jangan Diteruskan!" Aria meminta Aram untuk menghentikan perkataan yang akan dialami oleh Astya. Aria menatap wajah Astya yang sudah memucat. Aria menggenggam tangan Astya yang sudah basah oleh keringat.

"Kita harus mengatakannya Aria, Astya harus mengetahuinya. Agar dia bisa berhati-hati."
"Biar kita memberitahu pada Keluarganya. Jangan pada Astya. Lihatlah kondisi Astya sudah seperti ini. Siapa yang tidak panik saat mendengar dirinya sebagai incaran kematian." Aram menarik nafas dalam, lalu membuangnya perlahan "Baiklah. Kita hubungi keluarganya nanti. Astya harus menginap dirumah kita. Karna dirumah Kita bertiga bisa menjaga Astya."
Memang benar. Mereka cuma memiliki satu Perempuan. Siapalagi jika bukan Ibunya. Apalagi ayahnya sudah berkedudukan pada sabuk Coklat (Kuroobi/DAN)

Itulah sebab, kenapa Ayah Mereka melatih mereka BelaDiri. Demi menjaga keamanan ibunya. Dan menolong siapapun yang membutuhkan bantuan mereka.
Akan sangat mudah bagi mereka Jika Sabuk Hijau (Modoriobi), Sabuk Biru(Aiobi) , Dan Sabuk Hitam (Kuroobi/DAN) Sudah bersatu melawan segerombolan Preman.

💝💝💝🐧🐧🐧💝💝💝

28Juni2018 -- 29Juni2018

Kamis -- Jumat

1126 kata

(08:54) -- (15:14)

💝💝💝🐧🐧🐧💝💝💝

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

03. DILAN . Dia Yang LunantikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang