MPG [B]

35 9 1
                                    

Orang yang bersalah itu buruk tapi masih lebih baik kalau dia mau mengaku dan bertanggung jawab

-wominky

***

Taufan.

Sial banget gue hari ini, ketemu cewek yang songongnya minta ampun, diusir guru dari kelas. Kompleks banget dah hidup gue. Ngga bisa lebih sial lagi nih?

Setelah dapet tamparan dan rokok gue jatuh, gue ngga punya pilihan lagi selain melamun di atap menatap awan dan berkhayal. Gimana kalo gue pinter fisika cuma satu mapel itu yang ngga kuasai. Please, Tuhan buat aku bisa.

Gue pun merebahkan diri ke sofa yang memang ada di atap, tanpa alas apa apa lagi yang sudah terasa sangat nyaman.

Melihat langit biru yang diselimuti awan putih, kemudian semua langit itu tergantikan oleh gumpalan awan dan gue pun sadar itu awan mendung. Kelabu.

Bakal turun hujan tapi gue masih tenang aja. Sampai setetes air jatuh ke kelopak mata gue. Sesaat setelah itu tetesan yang tadi hanya jatuh setiap berapa detik sekali kini berubah deras.

Hampir basah kuyup bila lewat satu menit saja gue telat menyelamatkan diri dari sana, gue berlari di sepanjang koridor lantai tiga yang sangat sepi.

Lantai tiga sekolah kami memang tidak digunakan untuk kelas, tapi digunakan untuk berbagai laboratorium.

Senang sekali akhirnya Gue bisa nyium aroma ini. Ya, aroma tanah pas hujan. Wangi terenak ketiga setelah roti boy dan bau bayi. Ketiga bau ini emang the best in the world.

Karena belum bel pulang dan sofa di atap udah pasti basah, Gue coba masuk ke salah satu lab. yang belum pernah Gue jajah. Ya, laboratorium fisika. Dimana pas praktek pertama kali Gue colut bareng Juna ke kantin Mpok Lelak.

Gado-gado nya tuh lhoh nendang abis, apalagi boleh nambah krupuk sepuasnya. Emang juara banget.

"HALUUU!" Gue menyambut penghuni Lab.

Gue ngeliat liat, karena emang baru pertama kali juga kesini. Gue ngebuka pintu kedua dan PYARRR. Suara  seperti barang pecah.

"Lo ngapain disini, bikin gue kaget aja. Tuh osiloskopnya pecah, 'kan?" Katanya

Oh itu namanya osiloskop baru tau Gue.

"Yaudah Gue minta maaf, ke kantin yuk," Gue ngajak dia sebagai permintaan maaf.

"Kantin, kantin pala lu peang,"

"Santai dong, Gue kan cuma ngajak ke kantin buat permintaan maaf,"

"Bukan gitu, masalahnya barang ini harganya paling mahal diantara barang yang ada disini, gue mana bisa ganti dengan uang jajan gue yang cuma dua puluh lima ribu per hari, iya saldo di rekening Gue banyak tapi bokap Gue bakal kaget kalo gue ngegunain uang banyak secara mendadak,"

"Ya Lo bilang aja lah, Lo mecahin barang itu,"

"Ya ngga bisa gitu, kan Gue mecahin ini gegara kaget pas Lo buka pintu dan langsung bilang 'Haluu' ini berarti Lo bertanggung jawab 90% dari harga voltmeter ini,"

"Trus ngapain juga Lo kesini, ini kan udah mau pulang sekolah,"

"Kepo amat sih Lo, pokoknya Gue ngga mau tau, Lo harus tanggung jawab ngeganti barang itu. Gue bakal ngasih uang  mentok cuma lima ratus ribu,"

"Okeh, nanti kalo udah ada uangnya Gue kabarin. Dan jangan coba-coba lari dengan lima ratus ribu Lo, Lavenia Archemist,"

"Eh Gue ini kakak kelas Lo ya!"

"Bodo amat,"

Gue pun meninggalkan tempat yang sepertinya memang ngga cocok buat Gue. Mulai dari pelajarannya sampai alat alat percobaannya emang ngga sinkron, slalu aja ada masalah. Ini udah jam empat lima belas, yang artinya udah pulang bisa dibilang juga kelas udah kosong. Mampus. Tas gue.

Dengan kesadaran penuh Gue berlari menuju kelas yang sepertinya sudah terkunci, dan benar saja kelasnya udah kekunci. Bruk. Seseorang menimpukku dengan barang yang cukup berat. Barang itu ternyata tas Gue, "Gue mau jalan sama Nadi, batal gara-gara nungguin Lo. Makasih ya, Bagas!" Ucap Juna sinis

"Gue minta maaf Jun, bukan maksud Gue kayak gitu, Lo bisa ninggalin tas gue di dalem kalo Lo mau,"

"Trus Gue nanti Lo cap sebagai manusia tak berperi kesahabatan gitu? Ogah, mending Gue batal jalan sama Nadi, lagian kunci mobil Lo di dalem tas itu 'kan?"

"Iya, yaudah gini aja, sekarang Lo telfon Nadi kita double date aja, Gue bayarin deh," ajakku

"Lhah emang Lo punya someone? Sejak kapan Pan, Lo ngga pernah cerita ke Gue kayaknya,"

"Belom sih, Nadi pasti punya lah temen cewek, siapa sih yang ngga mau date bareng Taufan Bagas,"

Tanpa basa-basi lagi Gue langsung nelpon Nadi dengan HP Gue karena nunggu Juna kelamaan.

"Halo Nadi, Gue mau ngajak Juna sama Lo buat double date, Lo punya temen cewek kan? Siapa aja ajakin aja udah, Gue ngga mau tahu, kita ketemu di kafe Saroja lima belas menit lagi ya, Se ya,"

"Ta-tapi Fan,"

"Ajak aja udah, cepet otw, gue hampir sampai nih,"

Kafe Saroja

Nadi lama amat sih. Cowok ngaret salah, cewek ngaret ngga salah, sejak kapan ada peraturan semacam ini di bumi +62. Bikin kesal saja.

"Hai, Fan, Hai Bey!" Ucap Nadi antusias.

"Sini, La ngga usah malu-malu,"

"Hai semua,"

Lhoh dia, asem. Gue lupa kalo dia temennya Nadi.

"Lhoh Lo!"

Gue salah, ternyata hari ini bisa lebih sial dari dugaan Gue. Hadeeuh. Ramashook.

TO BE CONTINUE


My Physics GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang