"Yaudah, Gue anter pulang ya?"
Lavenia hanya mengangguk kemudian Taufan mengantarnya pulang. Mobil Taufan melaju ke rumah Lavenia hingga sekarang sudah terparkir sempurna di halaman rumah Lavenia, "Ayo masuk" ucap Lavenia setelah membuka sabuk pengamannya.
"Ngga usah, udah jam setengah empat juga, emangnya Lo ngga belajar?" ucap Taufan menolak ajakan Lavenia.
"Ngga! masuk cepet!" paksa Lavenia sambil menunjuk ke arah pintu rumahnya, kemudian mengambil tas Taufan yang daritadi ada di bangku belakang, hingga Taufan terpaksa bertamu ke rumah Lavenia.
***
Taufan kini terduduk di sofa ruang tamu, menunggu Lavenia yang tadi berpamitan menuju dapur.
"Keluarin buku Lo cepetan!" ucap Lavenia yang datang dari arah belakang Taufan membuat Taufan menoleh.
"Cepetan!" tambahnya lagi namun nadanya meninggi.
"Lo tadi belajar sampe mana?" tanya Lavenia
"Lhoh gue kira disuruh mampir mau pacaran gitu, asek, eh malah disuruh buka buku lagi," keluh Taufan dan diakhiri mengerucutkan mulutnya.
"Banyak cingcong Lo, cepet buka! Lagian besok kita kan udah ngga sekolah, tadi juga masuk buat absen doang, pulang pagi juga, makanya cepet buka! Kalo ngga, Lo ngga gue kasih makan mampus, Lo daritadi belom makan 'kan?"
Lavenia mengetahui bahwa Taufan langsung ke Saroja setelah pulang sekolah dan belum makan.
"Lo sekalinya ngomong panjang ngancem doang ya isinya," balas Taufan tajam.
"Makanya, buka buku Lo, Gue megang hp sama kunci mobil Lo nih, kalo Lo ngga gue kasih makan trus disini sampe besok mau?" ucap Lavenia diikuti tampang kaget Taufan.
Taufan mencari keberadaan kunci mobil dan hpnya namun nihil, tidak ada apapun kecuali buku di tasnya.
Sejak kapan kakak kelasnya ini, pintar mengambil sesuatu bahkan hal hal yang sulit seperti hati Taufan. hehe.
"Yaudah, yaudah, Gue buka," ucap Taufan malas sambil membuka buku cetak fisika dengan kasar.
"Lo tadi belajar sampe mana? Inget, kita ngejar materi satu tahun dalam dua bulan Lo harus tekun ngga boleh males-malesan,"
"Bab satu yang hapalan udah selese, tapi yang hitungan gue ngga paham bener,"
Lavenia merebut buku Taufan dan membuka bab satu dari buku tersebut, "Yaudah kerjain dahtuh, waktu lo tiga puluh menit,"
"WHAT THE~FFF," ucap Taufan yang tidak menyelesaikan kalimatnya karena mendapat tatapan tajam dari Lavenia
"Oke Ve," Taufan merubah raut mukanya dari kesal menjadi ramah. Lavenia pun meninggalkan Taufan dengan bukunya.
Lavenia meninggalkan Taufan untuk mengecek masakannya dan menyiapkan minum untuk Taufan, walau bersikap menyebalkan, Lavenia memperlakukan orang dengan sebaik mungkin, seperti pagi tadi dengan caranya menolong Juna.
Tiga puluh menit berlalu dan Lavenia kembali ke ruang tamu namun membawa nampan berisi sepiring nasi lauk dan minuman. Kemudian menyajikannya di meja kecil takut meja yang dipenuhi buku itu dikotori oleh bekas makanan.
"Asik boleh makan," ucap Taufan sambil mengambil salah satu lauk, namun Lavenia memukul tangannya hingga Taufan meringis menahan sakit.
"Sini gue liat kerjaan Lo," Lavenia menggapai buku fisika tersebut sambil sesekali membolak balik halaman buku tersebut.
"Oke, lo udah lumayan bagus nih, di aturan angka penting, dimensi satuan, sama ruang lingkup fisika, tapi gimana bisa Lo ngga bisa baca jangka sorong sama mikrometer sekrup,"
"Susah sih, Gue make teori nya pak Feri tambah pusing bingung mana yang 0,01 mana yang 0,1, pokoknya susah lah,"
"Yaudah sini Gue ajarin," Lavenia berpindah tempat ke samping Taufan, mereka kini sangat dekat, dan Taufan menatap Lavenia lekat-lekat, ia tak tau mengapa sekarang jantungnya memompa darah begitu cepat.
"Kalo ketemu ginian, Lo harus bisa bedain mana yang skala utama mana yang nonius,"
"Udah,"
"Pokoknya skala utama tuh biasain aja tulis tiga angka, misalnya jangka sorong nunjuk di 3,5 tulis aja 3,50 nah nanti skala noniusnya misal 8 langsung taro di paling belakang jadi hasilnya 3,58 gitu," Taufan menyimak dengan serius.
"Lhah kok gampang banget, ngga kayak caranya Pak Feri," ucap Taufan kaget melihat jajaran angka yang baru saja ditulis Lavenia sambil menerangkannya tadi kepada Taufan.
"Yaudah sono buru makan, keburu dingin, abis ini ngerjain lagi perhitungan pengukuran jadi biar lo punya tenaga," ucap Lavenia, ia kemudian berdiri dari duduknya.
"Mau kemana Lo?"
"Ambil minum, haus," ucap Lavenia kemudian kembali berjalan.
***
Taufan mengusap kasar rambutnya yang basah, karena baru saja keramas.
Segar. satu kata yang dirasakan Taufan saat ini.
setelah diberi 50 soal isian oleh Lavenia dan masih diberi pr untuk memelajari serta mengerjakan latihan bab berikutnya, Taufan awalnya sempat mengeluh namun Lavenia juga tak mau kalah.
"Gue juga masih ngoreksi 50 soal ini, sama cari soal buat Lo besok, trus masih belajar buat olimpiade musim panas," begitu kata Lavenia hingga membuat Taufan merasa tak enak hati dan mengiyakannya saja.
Taufan kini berkutat dengan buku fisikanya lagi, sedang jam sudah menunjuk pukul tujuh malam. Ia pun mengerjakan soal soal tersebut, membaca materi bab selanjutnya dan mengerjakan latihan semampunya.
Ia melingkari nomor nomor yang sudah dikerjakannya berkali kali namun tak kunjung menemukan jawabannya, untuk ditanyakan ke Lavenia besok.
"Akh~ akhirnya tamat juga nih soal," Taufan meregangkan tubuhnya sedikit menggeliat, kemudian ia menggapai handphonenya, ternyata sudah menunjukkan pukul 21.30
"Jangan lupa belajar minimal satu bab dari buku ya, Tn. Taufan, ~Asisten presdir." begitulah isi notifikasi pesan teks di notif bar hp Taufan.
"Akh~ gimana gue bisa lupa, gue kan masih magang di kantor nenek besok," ucap Taufan sambil mengusap mukanya kasar.
Ia pun memutuskan untuk menelepon Lavenia, tak lama setelah di telepon Lavenia mengangkatnya
"Halo" ucap seseorang di seberang sana
"Gue belajarnya mulai jam lima sampai jam sembilan aja ya? Gue ke rumah Lo deh, ya? Gue pelajari materinya kok, jadi nanti dateng Lo tinggal ngetes doang, sama mungkin ngajarin Gue pas kesulitan, Gue ada urusan keluarga nih dari jam setengah delapan sampe setengah lima, please Gue minta tolong ke Lo ya Ve,"
"Ngga ada, bisa ganggu gue belajar nanti, ngga ada!" ucap Lavenia yang berusaha menolak namun tak dihiraukan Taufan hingga Taufan menutup teleponnya secara sepihak.
Taufan pun beranjak dari kamarnya mengambil buku marketing yang ada di mobilnya.
Taufan hanya meletakkannya di meja ruang tamu, ia pun hanya duduk di sofa tak mau meneruskan perjalanannya menuju kamar untuk belajar, ia terlalu malas untuk kembali kesana.
"Satu bab kan? Oke satu bab, abis itu tidur," Taufan pun membuka buku tersebut. Melihat sekilas ke seluruh isi buku, suasana rumah Taufan sangat sepi dan sangat nyaman digunakan untuk belajar.
"Lhah sialan isinya pake bahasa inggris semua!" seru Taufan yang mungkin bisa didengar tetangganya.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
My Physics Girl
Teen FictionNikmati, hargai dan hormati. *** Gue yang cuma bisa punya satu temen yang deket gara-gara sama pintarnya. Gue susah kalo masalah cogan beda ama temen gue yang responsif. Gue ngidolain dia, adik kelas yang maksa gue buat ngajarin dia dunia asik fisi...