MPG [K]

4 1 0
                                    

Lengan ramping Lavenia dicekal, kencang.
"Aduh," keluh pemilik lengan tersebut.

"Ayo gue anter," ucap orang yang mencekal lengan Lavenia, yang tak lain Taufan.

"Nggausah, gue bisa pesen online," tolak Lavenia tak ingin merepotkan Taufan, ia tau Taufan tak biasa rapi seperti ini.

"Ngga, gue harus pastiin Lo ngga kenapa-napa," jawab Taufan mencekal lengan Lavenia semakin kencang dan menggandengnya untuk keluar dari retail sandwich itu.

"Bram, dia itu, ah, ck" ucap Taufan sambil mengusap wajahnya kasar, ia tak bisa menjelaskan seberapa buruk Bram jika dibandingkan dengan Lavenia, Bram sama sekali tidak pantas.

"Lo, jangan deketin Bram lagi," final Taufan

"Hidup gue, kenapa Lo yang repot, kan kita juga pacar boongan, udah gue mau pulang sendiri aja, Lo nggausah nganter gue, cepet balik kantor aja," ucap Lavenia sambil menatap layar hpnya.

"Ngga, gue minta tolong kak Nadi aja, supaya jemput lo," Taufan merogoh sakunya dan mengeluarkan handphone nya kemudian mendial nomer Nadi.

Lima belas menit berlalu sejak Nadi menerima telepon dari Taufan sekaligus mengiyakan permintaan Taufan, walau ada banyak pertanyaan di benak Nadi.

Di ruang chat mereka Lavenia bilang akan makan dengan Bram, benar di retail sandwich itu, tapi kenapa Taufan yang meminta untuk menjemput Lavenia, apa Bram meninggalkannya? begitu pikir Nadi, itu mungkin saja karena Nadi selaku mantan Bram mengakui bahwa Bram itu brengsek. 

Lavenia saja yang nekat mengajak dan mencoba masa penjajakan ke Bram. Sudah jelas Bram itu malas, bakat juga tidak terlalu bagus, ayolah maksud Nadi, ia sudah ratusan kali bilang ke Lavenia bahwa Bram itu bukan orang yang baik untuk Lavenia.

Nadi memang tidak pernah berkata bahwa Bram adalah kekasihnya sebelum ia bertemu dengan Juna, karena ia tak mau mematahkan hati sahabatnya itu. Pressure yang diterima gadis itu baik dari keluarga maupun sekolah sudah terlalu banyak.

Tidak akan baik jika selaku sahabat ia malah menambah beban pikirannya, Lavenia pernah berkata kepadanya, "Mending aku nyesel karena udah coba hubungan sama Bram daripada ngga sama sekali," karena itu Nadi bersiap untuk menenangkan jika Lavenia berpatah hati nanti.

Mobil berwarna abu itu langsung parkir di depan retail, diikuti keluarnya dua orang yang tentunya adalah sepasang kekasih. Juna dan Nadi, karena mereka juga baru saja selesai date.

"Hai pan, makasih ya udah jagain cewek gue," ucap Nadi ke Taufan seolah menunjukan bahwa Lavenia adalah miliknya seorang.

"Oh iya, santai aja Nad. Gue balik dulu ya masih ada urusan, gue titip ni cewek dua jangan lu apa-apain ya Juna," ucap Taufan sambil menepuk bahu Juna

"Gue duluan ya semuanya," ucap Taufan sambil berjalan ke mobilnya dan sedikit melambaikan tangannya.

Sejenak Lavenia berpikir bahwa memang benar kata Nadi, dua orang sahabat ini ngga ada yang jelek. Bukan visualnya, sudah tentu mereka berdua itu tampan, tapi kepribadiannya. Karena di skolah bisa dibilang bahwa dua orang, terutama Taufan ini adalah salah satu orang yang sangat berlagak atau sok.

Tapi dibalik itu semua Lavenia menyadari bahwa ada seorang pekerja keras dibaliknya hanya sifat malas dan arogansinya kadang menutup atmosfer positif di dalam dirinya.

setelah Taufan pergi, mereka bertiga masuk ke mobil Juna menuju rumah Lavenia.

***

Siang berganti sore, sekarang sudah pukul empat. Tadi setelah diantar Nadi dan Juna, Lavenia tertidur di sofa. 

Sang ayah juga belum pulang, palingan juga lembur lagi. 

Gadis itu masih saja mendalami mimpinya sampai dering telponnya membuatnya jatuh dari sofa karena kaget.

Ternyata itu dari Taufan, sebelumnya ada 3 panggilan masuk yang tidak terjawab tapi kali ini ia dibuat bangun. Ia pun mengangkatnya,"Ada apa?" tanya gadis itu

"Gue udah mau otw ke rumah Lo, siapin soal sama materinya ya, awas lu kalo ngga lu siapin,"

Celaka, bahkan ia sendiri belum menyiapkan apapun untuk dihidangkan ke Taufan nanti. Mukanya sangat kusam dan kucel khas orang bangun tidur.

Ia langsung saja melesat ke kamar mandi dan membersihkan diri dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lima belas menit berlalu, terdengar bunyi bel rumah besar itu bersamaan dengan si gadis yang sedang mengeringkan rambutnya seusai mandi.

Dengan cepat ia meraih cardigannya, berpakaian dan membuka pintu rumah tersebut. 

"Cepet amat lu datengnya,"

"Iya, hehehe, takut kemaleman baliknya,"

"Yaudah tuh, dimeja ada soal kerjain,"

"Oke siap Ve," 

Materi hari ini adalah penguraian vektor dan gerak parabola. Satu jam berlalu cepat dan Taufan pun selesai mengerjakan soal soal tersebut, entah benar atau salah. Taufan sudah dibuat sangat lelah dihari pertamanya menjalani magang sambil terus belajar.

multitasking itu sangat sulit, apalagi tanggung jawab tugas dari nenek taufan yang besar dan butuh fokus yang sangat besar.

disamping Taufan, Lavenia juga sedang mengerjakan latihan soal untuk olimpiadenya. Memang sepertinya Lavenia sangat suka belajar.

"Udah Ve, mau koreksi sekarang?"

"Iya, lu rehat dulu deh, minum sana ambil sendiri, udah tau kan dapurnya dimana, oiya Gue belum masak buat lu makan, food delivery aja gimana?"

"Gue ambil minum dulu ya," ucap Taufan tak menjawab pertanyaan Lavenia tentang makanan.

"Ini kenapa, sebagian besar salah tanda semua fan, ini lagi kok jawabannya bisa nol kan bola dilempar vertikal keatas udah tentu ada sudutnya, coba jelasin kamu gafahamnya dimana,"

Taufan baru saja selesai meneguk airnya, "Abisan gua bingung kuadran mana aja yang bikin positif negatif ya otomatis sin cos nya jadi ga pasti deh positif atau negatif, bola dilempar ke atas kan gaada sudutnya, kecuali miring ke atas gitu kan baru ada, gitu sih ve menurut aku,"

Lavenia dibuat gemas dengan bagaimana adik kelasnya ini menjelaskan secara runtut hal-hal yang tidak mengerti, tangannya terangkat menuju ujung kepala adik kelasnya. Mengusapnya lembut, "Kamu ini, mana ada dilempar ke atas ngga ada sudutnya, kan terhadap sumbu x jadi 90 derajat Fan,"

"Ya gue kira ngga ada hubungannya sama sumbu x, gue kira cuma kelempar atas gitu," ucap Taufan sambil menahan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Jantungnya terus berdebar kencang tak tahu sebabnya.

"Gue kasih jembatannya supaya bisa hafal kuadran yang nampung positif,"

"Semua sindikat tangannya kosong, kuadran satu semuanya positif mau itu sin, cos, tangen, dan kebalikan masing masing,"

"Kuadran dua itu sin dan kebalikannya, dari sindikat. kuadran tiga itu tangen dan kebalikannya, kuadran empat cos dan kebalikannya, lu tau kebalikannya kan?"

"Tau, sin cosec, tangen cotangen, cos sec," Jelas taufan 

"Yaudah udah ngerti kan? nanti lo kerjain lagi di rumah, gue kasih kunci jawabannya," jelas Lavenia

"Sebenernya tuh lo pinter tau Fan," 

/blush

"Euumm, Ve, makan yuk? Gue yang masak deh, nggausah delivery, boros,"

"Jangan, lo tamu. Gue aja, kalo Lo mau nunggu sih,"

"Kenapa ngga masak bareng aja? Kan gue ngga sepenuhnya tamu disini,"

TO BE CONTINUE



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Physics GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang