Bugh.
Taufan terguling dari sofa dan bertumpuk buku juga ikut menimpanya, selepas mengantar Lavenia pulang dan mempelajari beberapa buku dari sekretaris neneknya Ia tertidur di sofa karena belajar disana. Ia pun terbangun.
"Sialan, udah jam tujuh," pekik Taufan ketika melihat jam dinding di ruang tamu.
Taufan segera pergi ke kamar mandi untuk mandi kemudian meraih kemeja yang sudah ia siapkan semalam, Taufan kesiangan karena memaksa memelajari setengah buku marketing.
"Mana sempet sarapan kalo gini," Taufan mengenakan kaos kakinya sambil menggigit roti tawar yang tersedia di kulkasnya, dua lembar dilanjut tegukan dari susu siap minum.
Ia pun meraih tas dan kunci mobilnya kemudian melesat menuju kantor.
***
Hari libur ini dimanfaatkan oleh Lavenia untuk mengejar materi olimpiade, walau tahun lalu ia memenangkannya ia tetap harus belajar.
Ia pun mengundang Nadi untuk belajar bersamanya. "Taufan gimana, La?" tanya Nadi
"Kok Lo malah nanyain Taufan sih? Lo ngga peduli sama Gue? Atau jangan-jangan Lo ada apa-apa ya sama Taufan, Gue bilangin sama Juna Lhoh,"
"Bukan gitu, soalnya kemaren tuh, dia pergi ninggalin tempat sambil narik tangan Lo mana mukanya kek marah gitu,"
"Iya sih kemaren marah, gara gara Lo sama Juna sih, Gue jadi dimarahin,"
"Gue sama Juna? Kita ngga kenapa kenapa tuh,"
"Dahlah, ngga usah dibahas lagi, capek juga Gue, langsung belajar aja," ucap Lavenia mengakhiri percakapan yang menurutnya tidak akan berujung.
pensil mekanik itu terus menggoreskan coretan coretan pada lembar kosong maupun ke kertas dengan banyak sekali angka cetak di dalamnya.
begitu pula penghapus yang selalu menghapus tiap kesalahan yang dibuat oleh empunya, sudah satu setengah jam lebih Lavenia dan Nadi berkutat dengan soal masing masing.
rasanya kepala Nadi sudah seperti reaksi antara hidrogen peroksida dan kalium permanganat, jika bertemu maka akan langsung menghasilkan asap yang lumayan banyak. (sumber: youtube Gudang Tutorial)
begitu juga tanggapan yang diberikan Lavenia terhadap video pembahasan yang ia tonton, rasa-rasanya semangatnya sudah seperti api dalam lilin yang menyala lalu ditutup gelas, ya semakin lama semakin redup.
kekurangan oksigen sama seperti otak mereka berdua, hingga mereka terus saja menguap, dan memutuskan untuk rehat sebentar.
mereka memilih membeli makanan lewat delivery, daripada memasak didapur Lavenia yang hanya berjarak lima belas langkah.
"Lo pengen apa? Gue pengen kayak mie mie gitu,"
"Samain aja lah, kita stop aja ya? udah banyak nih soal gue, pengen nonton drakor," ucap Nadi sambil membereskan semua bukunya.
"Yaudah, gue mau jjangmyeon, lu apa? Rabboki aja ya, biar dapet tteobboki,"
"Ngikut aja, tapi nanti gue minta punya lo ya?"
"Gampang,"
Sementara di tempat lain, Ju Company. Taufan masih disibukkan dengan satu problem, Ju Company memiliki banyak divisi, namun Taufan mendapat divisi pemasaran properti.
Saingan perusahaanya memiliki tingkat penjualan lebih tinggi dari Ju Company, ia terduduk sudah hampir dua jam menganalisa sosial media dan web para pesaingnya.
Apakah ada yang tidak dilakukan perusahaannya namun ada di perusahaan lain.
"Kalau diliat, template instagram perusahaan nenek monoton banget dah," ucapnya, terbesit di pikirannya untuk memulai ulang semua postingannya dari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Physics Girl
Teen FictionNikmati, hargai dan hormati. *** Gue yang cuma bisa punya satu temen yang deket gara-gara sama pintarnya. Gue susah kalo masalah cogan beda ama temen gue yang responsif. Gue ngidolain dia, adik kelas yang maksa gue buat ngajarin dia dunia asik fisi...