cewek dicuekin aja sakit hati apalagi dibentak.
-wominky-
***
Bel istirahat berbunyi membangunkan murid yang mungkin berada di baris paling belakang tempat duduk di kelas.
Pukul 11.30 tepat, istirahat diberlakukan selama satu jam.
Taufan yang tampak kebingungan memikirkan keputusan apa yang sebaiknya ia ambil, kalau ia memanggil guru privat hal itu percuma saja, karena sudah banyak guru yang mengajarinya namun slalu gagal karena Taufan slalu merasa tidak cocok dengan banyak orang terutama seorang yang lebih tua dengan kepala setengah botak.
Setelah memikirkan hal tersebut bersama dengan hal yang dikatakan kakak sepupunya, Taufan mulai berubah pikiran untuk menerima Lala sebagai pacarnya, Ia pun beranjak dari tempat duduknya dan bergegas ke kelas Lala.
Belum tepat sampai ke kelas Lala, perempuan tersebut sudah menampakkan diri, namun tanpa seorang yang slalu disampingnya yaitu Nadi.
"Ve," teriak Taufan memanggil seseorang yang ditemuinya kemaren di Saroja.
"Gimana? Deal?" ucap orang tersebut yang kini sudah berhadapan dengan Taufan
"Yaudah deal, tapi mulai hari ini Lo harus ngajarin gue fisika, di rumah gue, titik." ucap Taufan tegas
"Iya sayang," tukas Lala manja
"Jijik woi, baru juga dua detik, yaudah lah gue balik kelas dulu," tukas Taufan meninggalkan Lala cepat.
"Akhirnya ngebungkem adek kelas yang berisik," Lala berjalan menuju perpustakaan untuk menemui Nadi
Perpustakaan
"Nad, tau ngga-"
"NGGA!" potong Nadi
"Bentaran, ih, Taufan nih!"
"Paan paan," Nadi langsung menyahut penasaran
"Ah, elu mah kalo cowo nafsu mulu,"
"Ih cepetan,"
"Gue jadian sama Taufan. Resmi."
"Ah, lu becanda kan, ga mungkin lah, halu jangan ketinggian anjir,"
Perempuan berambut sebahu itu melenggang meninggalkan temannya yang masih bergelut dengan buku master kimia yang disediakan perpustakaan sekolah.
Dengan cepat Nadi menyusul kepergian Lala dari perpustakaan, tapi bukannya menyusul Lala, Nadi pergi menemui Taufan. Pas sekali, mereka bertemu di koridor loker.
"Eh, Baby, muach," ucap Juna sambil melempar cium dengan tangannya diikuti gerakan meniup, mungkin bayangan bentuk hati itu sedang melayang ke tempat Nadi yang tentu saja tidak bisa dilihat oleh Taufan.
"Fan, gue mau ngomong, bisa ngomong berdua ngga?" ucap Nadi, nadanya serius. Juna mendelik bingung apa yang terjadi antara pacarnya dan sahabatnya.
"Oke," Balas Taufan singkat, Nadi melangkah pergi tanpa mengatakan akan pergi kemana kepada Juna, dan Taufan pun hanya mengikuti langkah Nadi tanpa mengatakan apapun.
Sikap Taufan dan Nadi memang benar-benar membuat Juna bingung dan mulai berburuk sangka. Mereka pergi meninggalkan Juna sendiri di depan loker tersebut.
"Eh, Juna," sapa seseorang yang berjarak lumayan jauh dari dirinya, orang tersebut terus berjalan karena Juna tak membalas sapaan tersebut dan sekarang jarak mereka hanya berkisar dua langkah.
"Kenapa Lo? lesu gitu, oiya tumben amat ngga sama Taufan,"
"Lhah lo juga tumben ngga sama si Nadi,"
Lala bingung kenapa Juna malah balik bertanya ditambah dengan tatapan sinis dan dengan cepat berjalan meninggalkan Lala di koridor.
Lala mengikutinya, Juna membeli satu espresso di kantin lalu duduk di dekat jendela menghadap ke lapangan, tatapan Juna begitu kosong.
Lala menawarkan bantuannya agar Juna mau bercerita sedikit saja kenapa dia bersikap seperti ini, karena Lala juga kesepian tanpa kehadiran sosok Nadi disampingnya, dengan caranya meninggalkan Nadi di perpustakaan hanya perihal cowok itu sudah sangat mengganggu pikiran Lala, karena tak biasanya ia bersikap seperti ini mengenai lawan jenis.
"Jun, Lo bener ngga mau cerita?"
"Kalau ngga gimana?"
"Ya nggapapa sih, mungkin Lo mau mendem masalahnya sendiri, tapi tau ngga sih menurut para ahli kalau masalah disimpan sendiri tuh bisa bikin depresi," ucap Lala memaksa Juna dengan rayuan sainsnya itu.
"Ah, Lo mah ngomongnya gitu, yaudah yaudah Gue cerita, Nih," ucap Juna pasrah lagi pula mengingat kondisinya saat ini tak ada lagi tempat bercerita selain Lala.
"Nah gitu dong Arjuna," ucap Lala sambil menepuk punggung kekar Juna.
Juna menarik napas dalam, mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan prasangkanya terhadap sahabat dan pacarnya. Ia menatap ke langit, seperti orang yang hendak menahan air mata.
"Ngga jadi deh, belum pasti juga masalahnya," ucap Juna sambil menyeka matanya yang sedikit basah dan tak jadi menyampaikan prasangkanya.
Mengumbar prasangka hanya akan memperburuk keadaan pikir Juna.
"Terserah Lo deh, Arjuna. Kalo ada masalah dan Lo ngga bisa cerita ke Taufan Lo bisa cerita ke Gue," Ucap Lala menenangkan Juna sambil menggenggam tangan kekar Juna.
"Yaudah Gue duluan ya?" ucap Lala melepas genggamannya dan mulai melangkah pergi, langkahnya terhenti.
Didepannya terdapat dua pasang kaki, yang satu mengenakan rok dan yang lainnya mengenakan celana.
"Lhoh, Fan, Nad?" Tanya Lala, ia tampak kebingungan
"Ikut gue," ucap Taufan singkat sambil menarik lengan Lala dan meninggalkan Nadi dan Juna sendirian.
Mereka sudah sampai di rooftop dimana mereka pertama bertemu.
"Aduhh, lepasin Gue, Fan, sakit tau,"
"Lo ngapain tadi pegang tangannya si Juna, Lo taukan si Juna tuh udah punya pacar, pacarnya tuh temen Lo sendiri Ve," ucap Taufan begitu melepas cengkramannya dari lengan Lala
"Gue ngga nyangka Lo bakal kaya gini, cuma karena Gue gantungin Lo sehari dan gara-gara Nadi ngga percaya kalo kita udah jadian, Gue kecewa padahal ini belum ada sehari Ve!" bentak Taufan.
"Iya, Lo boleh marah sama Gue, Gue pikir nolong orang itu salah satu kewajiban menjadi manusia, ternyata Gue salah di mata Lo, emang bener kata banyak orang, hati Lo kayak batu, Fan!" keluar sudah, semua yang Lala tahan sejak Taufan menarik lengannya tadi.
"Terserah Lo bilang Gue salah atau gimana, tapi kemunculan Lo dengan Nadi bukannya sudah cukup membuktikan kalau bukan cuma Gue yang salah?" tambah Lala
"Lo ngga tau, apa yang terjadi Ve, Nadi cuma confess tentang hubungan Gue dan Lo," ucap Taufan
"Nah sesuai kata Lo, Lo juga ngga tau apa-apa yang terjadi sama Gue dan Juna, Lo kemana saat temen Lo stres kaya gitu? sampai dia ngga ada tempat mau cerita ke siapa!" kali ini Lala benar benar menumpahkan semua air matanya
Taufan melihatnya, bulir bening itu keluar begitu saja dari mata Lavenia. Namun ia juga bingung bagaimana mengatasinya, gengsinya juga terlalu tinggi untuk meminta maaf.
"Maaf, Fan kayanya hari ini, Gue ngga bisa ngajarin Lo, mungkin besok, kalau suasana hati Lo udah mendingan, maaf Gue udah ngrusak hari Lo," ucap Lala sambil melangkah meninggalkan rooftop sambil mengusap matanya yang basah.
Taufan masih disana, frustasi dengan suasana yang ia hadapi sekarang. Ia pun duduk di sofa lalu memantik sebatang rokok disana.
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Physics Girl
Teen FictionNikmati, hargai dan hormati. *** Gue yang cuma bisa punya satu temen yang deket gara-gara sama pintarnya. Gue susah kalo masalah cogan beda ama temen gue yang responsif. Gue ngidolain dia, adik kelas yang maksa gue buat ngajarin dia dunia asik fisi...