MPG [D]

18 6 1
                                    

Kau harus mengenali bakatmu jika bukan kau siapa lagi? jika gagal memang yang menyesal orang lain?

-Nenek Taufan a.k.a PresDir Ju

"Udah balik ama Gue aja,"

"Dih, ogah, mendingan Gue naik taksi online," ucap Lala sarkas

"Ngga takut mbak? Udah malem nih, ujan lagi," setelah beberapa bujukan akhirnya Lala mau diantar Taufan pulang.

Keesokan harinya, Taufan berangkat ke kantor neneknya, karena ini sudah akhir tahun pelajaran dan sudah tidak ada lagi pelajaran. Neneknya adalah salah satu Presiden Direktur di salah satu perusahaan besar.

"Tuan Taufan? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya seseorang yang Taufan kenal sebagai sekretaris neneknya.

"Nenek ada di kantornya?"

"Ibu Presdir ada di ruangannya, tapi ada klien, sepertinya pertemuannya akan berakhir sekitar setengah jam lagi,"

"Yasudah saya tunggu disini saja,"

Taufan mengeluarkan ponselnya, dalam sekejap posisi ponselnya sudah menjadi lanscape. Kemungkinan besar dia sedang bermain game.

Tak lama kemudian ada seseorang yang keluar dari kantor neneknya. Pasti itu klien yang dimaksud. Taufan masih asyik dengan gamenya, hingga neneknya keluar dari ruangan tersebut.

"Nge game aja terus, Gas. Ngga usah masuk ke ruangan nenek ya?"

"Eh ngga gitu, Nek. Hadeuh,"

Taufan langsung mengekor neneknya masuk ke ruangan. "Mau apa kesini? Minta uang lagi?"

"Ih nenekku ini pengertian banget, Bagas mau beli ini dong nek," Taufan menunjukkan gambar dan harga osiloskop yang terpampang di layar handphonenya.

"Buat apa itu, mahal banget,"

"Jadi gini nek, Bagas mecahin ini di lab. sekolah dan Bagas musti ganti, tapi Bagas ngga punya uang, makanya Bagas kesini,"

"Kamu udah terlalu banyak leha-leha, Gas, kamu kapan mau belajar ngurus perusahaan?"

"Mm-itu-anu, Nek. Bagas ada acara lagi. Bagas pergi ya?" Taufan gugup dan menghindari pertanyaan neneknya itu.

"Liburan kamu kan dua bulan, ini liburan musim panas kan? Nah selama dua bulan itu nenek kasih kamu pekerjaan, kamu juga ngga pinter banget di sekolah dan jika kamu berhasil menaikkan harga saham menjadi dua kali lipat dalam dua bulan, Nenek bakal ngasih kamu gaji yang setara dengan harga barang itu, kalau kamu ngga mau nenek aduin ke ayahmu, Kau harus mengenali bakatmu jika bukan kau siapa lagi, jika gagal memang yang menyesal orang lain?"

"Ah, nenek sukanya ngancem,"

"Yasudah, kalau ngga mau minta saja uang itu langsung ke Ayahmu,"

"Lhoh, Neneeek" rengek Taufan

Nenek Taufan mengangkat gagang telepon dan menelepon sekretarisnya. "Antar Taufan keluar dari ruangan saya, dia sudah selesai dengan urusannya, dan persilakan klien kita masuk,"

Suara balasan telepon yang tidak begitu terdengar namun tiba-tiba saja sekretaris itu sudah ada di ruangan neneknya.

"Mari Tuan Taufan,"

***

KAFE SAROJA

"Jun, Gue ada masalah nih, Gue perlu uang  tapi nenek gamau ngasih, dia mau ngaish kalo Gue kerja dua bulan,"

"Lhoh, malah bagus dong, itu artinya Lo bakal duit dengan usaha Lo sendiri, ngga cuma ngemis mulu," ucap Juna

"Gue ngga mau relain dua bulan ini sia-sia, sumpah ini liburan setaun sekali, Jun"

"Terserah Lo aja, btw Lo dikasih pilihan lain ngga sama nenek Lo?"

"Gue disuruh minta sama bokap,"

"Nah, lhoh, malah lebih ngerepotin kan?"

"Kayanya emang, Gue harus mulai ngurus perusahaan deh,"  ucap Taufan pasrah

"Naah, itu tau. Yaudah, Gue balik dulu ya Fan, Mau ketemu Nadi."

"Oke," balas Taufan singkat

Setelah balasan singkat itu, Juna betanjak dari kurisnya meninggalkan si sahabat untuk bertemu si pujaan hati.

Taufan meminum sedikit demi sedikit kopinya agar tidak cepat habis karena ia ingin berlama-lama di kafe ini. Dia memainkan handphonenya sesekali melihat ke sekeliling kafe, saat matanya melihat ke kasir ia menangkap seseorang yang sepertinya tidak asing. Lavenia Archemist, ya itu dia.

Tapi Lala membawa buku yang sangat banyak seakan akan berdiam disini selama satu bulan. "Kak Lavenia," ucap Taufan sambil melambaikan tangannya ke arah Lala. Namun, yang dipanggil dengan sengaja mengacuhkannya dan duduk di pojok ruangan.

Taufan mengangkat gelasnya dan menghampiri meja Lala. "Aku temenin ya," ucap Taufan

"Pergi Lo brengsek,"

"Ah, masa baru ketemu dua kali udah ngatain Gue brengsek, kenalan baik-baik dulu kek," ucap Taufan

"Pergi Lo, bentar lagi Nadi dateng, mau duduk dimana dia nanti, kalo Lo ada disini," ucap Lala karena ia memilih meja yang berisikan dua kursi.

"Kak Nadi jalan sama Juna, sampai sore kayaknya jadi aku temenin aja Kak Lavenia disini,"

"Panggil aja Gue Ve, kayanya kepanjangan Lo ngomongnya Gue jadi risih,"

"Gue temenin ya?"

"Terserah Lo deh."

Tak lama kemudian minuman yang dipesan Lala datang, ia pun meminumnya sehingga menghilangkan asap yang ada di kepalanya usai berpikir keras memecahkan soal.

"Oh iya, Gue sering banget liat Lo bawa buku fisika, segitunya ya Lo suka sama fisika? Serunya dimana sih Gue bingung deh,"

"Lo kalo ngga bisa jangan nyalahin pelajarannya, salahin aja diri Lo sendiri," jawab Lala ketus

"Oh iya, Ve kan kelas sebelas ya? Mau naik kelas dua belas, masih dua bulan lagi, tapi kok udah belajar sampai semester duanya kelas dua belas?"

"Gue ngga mau kalah,"

"Kalah sama siapa, kalah tentang apa?" Tanya Taufan semakin penasaran.

"Ada lah, Lo ngga perlu tau,"

"Yaudah, kalo gitu mau ngga Ve ngajarin Gue fisika? Ya sebagai ganti rugi uang dua puluh juta itu, dibayar lebih mahal dari bimbel nih,"

"Boleh,"

"Beneran, Kak Archemist?"

"Tapi ada syaratnya,"

"Apa? Apa aja deh bisa Gue penuhin. Semoga aja,"

"Lo harus jadi pacar Gue."


TO BE CONTINUE

My Physics GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang