D o n ' t C r y

1.8K 175 16
                                    

"Hm~ hm~ hm~" Sunny bersenandung kecil sambil melompat-lompat kecil di koridor rumah sakit. Tangannya tampak memegang sebuah map.

Zrek

Sunny mengintip ke dalam kamar inap sang ayah dan mendapati ayahnya yang sedang diperiksa. Sunny pun tersenyum sambil menutup pintu. Ia menghampiri ayahnya dengan langkah ceria.

"Bagaimana dengan keadaan ayahku, Dok?" tanya Sunny dengan senyum yang masih melekat di bibirnya.

Jungkook menoleh dan tersenyum. "Ayah—baik-baik saja...," jawab Jungkook dengan sedikit terbata-bata.

"Eung? Kenapa cara bicara Ayah aneh?" tanya Sunny.

"Tenggorokan A—yah ... sakit...," dusta Jungkook. Sunny pun mengangguk mengerti.

Dokter Min Yoongi pun hanya terdiam lalu permisi pergi. Ia tidak punya hak untuk membuka rahasia pasien.

"Itu ... apa?" Sunny pun mengikuti arah lirikan ayahnya. Ia langsung tersenyum begitu menyadari maksud sang ayah.

"Ayah! Aku dapat juara 1 lomba seni! Tadi paman Taehyung datang sebagai waliku!" seru Sunny yang tampak sangat senang. Jungkook pun ikut tersenyum melihat senyum di bibir putrinya.

"S-selamat—putri ... a—yah...," ucap Jungkook dengan tangan yang terulur untuk menepuk puncak kepala Sunny. Beruntung, Sunny tak menyadari pergerakan tangannya yang terlihat kaku.

"Aku hebat, kan?" Sunny masih asyik membanggakan dirinya. Ia melompat-lompat sembari menatap piagam di tangannya yang ia angkat ke udara. Ia sangat senang dan bangga karena mendapat selembar piagam.

Buram.

Segalanya terlihat buram sekarang. Bahkan, Jungkook tak bisa melihat wajah Sunny dengan jelas. Ia juga tak bisa melihat nama putrinya yang tertoreh di piagam itu. Semuanya tampak buram. Jungkook hanya bisa melihat tubuh putrinya yang sedang berputar-putar. Tapi, ekspresi senang itu, senyum yang mengembang lebar, dan mata yang berbinar, tak akan sampai menuju netranya.

Tangannya yang kaku dan mati rasa terulur berusaha menggapai cahayanya. Tangannya yang tak berhenti gemetaran hanya bisa menangkap angin kosong. Bahkan, suara merdu cahayanya pun terdengar sangat pelan di telinganya.

Hilang, ia kehilangan segalanya. Termasuk putri semata wayangnya. Satu-satunya cahaya miliknya yang tersisa. Satu-satunya alasan ia bertahan hidup. Satu-satunya alasan ia berjuang.

Tidak, ia belum kehilangan putrinya. Sunny masih setia di sisinya. Sunny masih setia berjalan beriringan bersamanya. Sunny masih setia menemaninya. Ia masih harus berjuang.

💛💛💛

"Sekali lagi. Kau pasti bisa."

Jungkook berusaha menggerakkan tungkainya yang mati rasa. Ia bahkan tak tahu ia sedang berpijak atau tidak. Kedua tangannya menggenggam erat tralis besi di kedua sisinya. Keringat membanjiri seluruh tubuhnya, menunjukkan seberapa keras ia berusaha.

Satu langkah. Ia berhasil melangkah sekali. Ia sudah berjalan sejauh 3 meter. Ia sudah berusaha keras. Jungkook mengerahkan seluruh kemampuannya untuk terapi ini.

Jungkook kembali berusaha menggerakkan kakinya untuk melangkah lebih jauh. Namun, tangannya bergetar dan ikut mati rasa.

BRUK

Ia ambruk dengan napas terengah-engah. Matanya terlihat sayu akibat kelelahan. Namun, jari-jarinya bergerak-gerak seolah ingin bangkit kembali.

Wonderful Daddy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang