[그는..?] Jay is...

360 58 20
                                    


Catatan memori memalukan sepanjang hidup seorang bungsu keluarga Park

-Tertanda
Park Chaeyoung



Tahu karma?
Aku yakin kalian pasti tahu.

Pernah mengalami?
Sekali dua mungkin iya..
Tidak tidak.. jangan bertanya balik, hidupku ini penuh dengan karma. Astaga... rasanya kalau ditanya tentang nasehat kehidupan aku akan menjawab "Hiduplah dengan baik dan hati-hati" atau "Jangan sembarangan menghakimi" atau bisa juga "Jangan suka mengejek orang"

Yah semacam itu.

Ingat Lisa kan? Teman satu gengku? Aku memang baru mengenal Jisoo dan Jennie saat orientasi mahasiswa, tetapi Lisa..aku sudah mengenal gadis keturunan Thailand itu sejak SMP. Kami tidak dekat dulu, bahkan aku cenderung tidak suka dengannya . Dia terlalu cerewet, serampangan, ceplas-ceplos, rasanya hidupku akan berantakan jika terus berada di dekatnya. Tapi sungguh, takdir itu kejam. Di saat aku selalu ingin menghindar dari anak itu, aku harus duduk berada di kelompok yang sama saat study tour. Bukan itu saja, bahkan duduk di bangku sebelahnya saat perjalanan. Ajaibnya, meskipun aku menampilkan ekspresi tidak suka berkali-kali, Lisa tidak menyerah. Dia terus mendekatiku hingga menjadi orang terdekatku sampai sekarang.

Masih banyak kejadian karma-karma lain dalam hidupku. Menertawakan jerawat pertama Lisa, dan seminggu kemudian 3 jerawat tumbuh sekaligus di wajahku. Bilang benci sekali dengan K-Pop, nyatanya virus fangirling Jennie juga menular padaku. Waktu kecil aku benci komik, dan sekarang pekerjaanku komikus? Aneh? Memang, panjang ceritanya. Kapan-kapan kalau ingat aku beritahu.

Sampai saat ini, karma terbesar dalam hidupku adalah berpacaran dengan Jay. Alasannya jelas, dia lebih muda dariku. Tipe idealku tentu laki-laki yang lebih tua. Menurutku hidup lebih lama membuat mereka lebih dewasa daripada aku. Aku kurang tertarik menjalin hubungan dengan orang yang seumuran. Bukankah biasanya orang yang seumuran mempunyai pemikiran yang cenderung sama? Rasanya membosankan. Karena itu aku lebih memilih orang yang lebih tua karena sifatku ini kekanakkan. Lihat saja oppa-ku, berapa kalipun ia menjahiliku, tetap saja ia sosok dewasa yang dapat diandalkan. Nah, kalau lebih muda? Aku yakin, jauh lebih buruk dari ekspektasiku.

Sejak SMA aku punya imajinasi berkencan dengan senior saat kuliah. Pulang kuliah bersama, makan di kantin bersama, yah.. semacam itu. Dalam bayanganku, senior pasti lebih tahu soal kehidupan di kampus. Aku yakin hidupku saat kuliah akan jadi lebih mudah dan menyenangkan. Tapi harapanku pupus saat tahu hasil ujian masuk universitas. Aku diterima di Ewha, kampus khusus perempuan. Sejak saat itu, aku membuang jauh-jauh harapan romansa di kampus.

Sekali lagi sialnya, seseorang perlahan membawa kembali imajinasiku dahulu. Seorang Jung Jaehyun yang notabene saat itu hanya murid SMA, sementara aku mahasiswi tingkat akhir. Di saat ia baru saja membayangkan kehidupan kampus, sudah hampir waktunya bagiku untuk lulus.

Awalnya Jay seperti sosok adik yang baru kutemukan. Mungkin karena aku anak bungsu, perasaan itu muncul. Dia seorang murid baik yang murah senyum. Aku rasa karena itu banyak orang yang suka berada di dekatnya. Jung Jaehyun adalah sosok hangat yang suka membantu siapapun, terutama orang yang sedang kesulitan seperti aku waktu itu.

Singkatnya, dulu jurusanku di kampus bekerjasama dengan klub kesenian di Seoul of Performing Arts School (SOPA), sekolah Jaehyun. Kami mengadakan workshop membuat komik dengan peserta murid-murid SOPA. Aku yang ceroboh lupa membawa peralatan yang sudah kubeli, tertinggal rombongan. Bodohnya lagi, dari semua hari dalam setahun, ponselku tertinggal di rumah hari itu. Aku seperti anak hilang di SOPA. Lingkungan sekitarku sedang sepi. Aku bingung harus bertanya pada siapa.

Come Here, NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang