Jenny berteriak dramatis dan menuduhku sengaja menumpahkan minuman ke gaunnya. Ia bahkan mengucapkannya dengan berlinang air mata, seolah aku perempuan jahat yang tega melakukan hal-hal konyol seperti itu.Demi menyempurnakan aktingnya, ia memasang tampang memelas berlebihan, dan ... sesenggukan?
Tanpa bisa dicegah, adegan itu menciptakan tatapan iba dari sekian banyak orang yang ada di ruangan. Dan sudah bisa dipastikan, mereka menghakimiku.
Aku nyaris melontarkan sumpah serapah. Bagaimana mungkin Jenny melakukan hal ini padaku?
Aku masih mencoba berpikir dan mencari cara untuk membela diri ketika perempuan tinggi semampai itu beranjak, lalu berlari meninggalkan ruang jamuan dengan berderai air mata.
Yang benar saja. Apa dia berharap Sean akan mengejarnya, membujuknya, lalu memeluknya seperti yang terjadi di drama-drama?
Sebelum terlibat drama murahan ini lebih jauh, aku cepat mengambil keputusan.
Bangkit dari tempat duduk, aku harus mengalihkan perhatian semua orang di ruang jamuan, termasuk Sean.
Jika tidak, Jenny akan menang telak. Semua orang akan terus-terusan perhatian padanya, iba padanya."Aku tidak sengaja melakukannya," ucapku segera.
Dan usahaku berhasil. Tatapan mereka yang awalnya tertuju pada kepergian Jenny kini beralih padaku.
Sempat merasa jijik, tapi toh akhirnya aku melakukan cara yang sama seperti yang dilakukan Jenny.
Memasang muka memelas dan ketakutan. Aku bahkan siap mengeluarkan air mata jika itu dibutuhkan.
"A-aku tak sengaja melakukannya, sungguh." Bibirku bergetar, gugup.
"Aku tadi hanya ingin meletakkan minuman itu di depannya. Tapi ...," dan air mataku menitik.
"Aku ... aku akan minta maaf padanya." Aku memohon diri dengan hormat lalu beranjak.
Membenahi bagian bawah gaunku yang nyaris tersingkap, aku berlari-lari kecil menuju pintu keluar. Sampai akhirnya aku mendengar panggilan itu.
"Hana!"
Langkah kakiku terhenti dan aku berbalik.
Sesaat aku tertegun ketika menyaksikan Sean bangkit dari kursinya lalu berlari ke arahku.
Aku mematung, bingung.
Apa yang akan ia lakukan?
Belum hilang kebingunganku, aku kembali dibuat tak mengerti ketika pria itu melepaskan jasnya lalu melingkarkannya ke pinggangku.
"Aku tak tahu pasti apa yang terjadi dengan gaunmu. Tapi ini terlalu pendek dan jujur aku tak nyaman melihatnya," ucapnya tanpa melihat ke arahku.
Tangannya sibuk mengaitkan ujung lengan jas dengan ujung yang satunya. Rupanya ia berusaha menutupi bagian bawah rokku dengan jasnya.
Kedua mataku mengerjap takjub, lalu memandangi lelaki yang hanya berjarak sekian senti dari wajahku.
"Terima kasih. Tapi aku benar-benar tidak melakukannya. Aku tidak secara sengaja menumpahkan minuman padanya." Suaraku bergetar dan air mataku kembali menitik.
Aku berusaha menyapu butiran-butiran air mata di pipiku dengan punggung tangan.
Sean mendongak dan menatapku lembut.
"Temuilah dia. Dan selesaikan masalah di antara kalian dengan baik," ucapnya sambil meremas bahuku dengan pelan. Setelah itu ia berbalik dan kembali ke kursinya.
Dan akupun kembali melangkah, kali ini dengan jas Sean yang melilit di pinggangku, menutupi sebagian pahaku yang tadinya terekspos berlebihan.
Aku baru saja keluar dari pintu ruang jamuan ketika dari arah berlawanan aku menyaksikan Kai berlari ke arahku dengan napas terengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
RomanceHana Maria harus membuang jauh-jauh impiannya untuk bisa menjadi model terkemuka karena sebuah kesalahan fatal, di mana ia harus menjadi single mother di usia yang teramat muda, 20 tahun. Sempat merasa putus asa karena ia harus melahirkan sendirian...