12. Find A Way

7.1K 861 24
                                    

Sejak insiden nyaris-bunuh-diri-dengan-loncat -dari-jendela-kamar, aku tak pernah bertemu lagi dengan Sean.
Ia tak menghubungiku, tak pula mengunjungiku.

Seperti kata-katanya waktu itu bahwa ia ingin menyingkir dari kehidupanku,  sepertinya ia sepakat akan melakukannya.
Dan aku hanya bisa pasrah.

Terasa menyakitkan, tapi mau bagaimana lagi?
Tak ada yang bisa kulakukan.

Setelah sempat menjalani proses pemulihan di rumah sakit selama tiga hari, dokter mengijinkanku pulang.
Dan acara keluar dari rumah sakit tiba-tiba berubah menjadi konferensi pers dadakan.

Begitu banyak wartawan yang menungguku di luar sana dan ingin tahu tentang diriku. Tentang keadaan kesehatanku, tentang perasaanku setelah terdepak di acara Sweet Home, dan juga tentang rencana karirku ke depannya.

Anehnya, walau sempat ragu untuk menghadapi mereka, tiba-tiba saja aku seolah mendapat kekuatan baru untuk menerima wawancara singkat dari para wartawan.

Dengan didampingi Kai, aku bersikap tenang dan lancar menjawab setiap pertanyaan dari awak media.

"Banyak yang mengatakan bahwa anda dirawat di rumah sakit karena merasa tertekan mengetahui kenyataan bahwa Sean tidak memilihmu. Apakah itu benar? Bagaimanapun juga publik merasa kaget ketika anda terdepak. Kalian begitu serasi. Polling baru-baru ini bahkan menunjukkan bahwa kau dan Sean adalah pasangan terfavorit dari Sweet Home." Seorang reporter bertubuh gemuk bertanya terlebih dahulu.

Astaga, dia bahkan tidak memikirkan perasaan Miranda ketika menanyakannya. 

Aku tersenyum tenang menanggapi pertanyaannya. Dengan menatap secara acak para reporter yang bergerombol, aku mulai menjawab, "Terima kasih semuanya. Terima kasih atas perhatian publik selama ini. Tapi aku baik-baik saja. Aku sedikit kelelahan akhir-akhir ini hingga harus di rawat di Rumah Sakit. Bukan karena hal lainnya. Acara Sweet Home sudah selesai. Secara tulus saya mengucapkan selamat pada Sean dan Miranda."

"Lalu apa rencana anda selanjutnya? Banyak yang penasaran tentang rencana karir anda ke depannya. Bagaimanapun juga anda dulu pernah jadi model. Apa anda berniat berkecimpung di dunia keartisan? Anda sangat populer akhir-akhir ini. Mungkin anda ingin mengambil kesempatan ini untuk bermain drama atau mungkin membintangi reality show lain?" Kali ini giliran seorang perempuan muda bertubuh ramping yang bertanya.

Aku kembali tersenyum lalu menggeleng.

"Tidak. Keikutsertaanku di acara itu sudah cukup. Saya tidak akan berkecimpung di dunia keartisan. Setelah membereskan beberapa hal, saya ingin melanjutkan hidup sebagai perempuan biasa. Saya ingin membuka bisnis kecil-kecilan lalu fokus untuk untuk merawat putriku. Jadi, mohon kerjasamanya ya? Tolong hormati privasi kami. Saya hanya ingin hidup tenang dengan putriku," jawabku.

"Ada desas desus yang mengatakan bahwa ayah putri anda adalah salah satu konglomerat di negara ini, apa itu benar?"

Aku menelan ludah mendengar pertanyaan itu, lalu buru-buru menjawab, "Maaf, saya tidak akan membagi informasi apapun tentang putriku dan ayahnya. Yang jelas, kami semua baik-baik saja sekarang. Dan tolong untuk tidak mencari tahu lebih jauh soal putriku atau bahkan mengambil gambarnya. Putriku masih kecil, dan kehidupannya bukan untuk konsumsi publik. Terima kasih." Aku menyudahi wawancara.

"Apakah kau mencintai Sean?"

Dan pertanyaan itu sukses membuatku mematung.

"Chemistry yang kalian tampilkan di layar kaca selama reality show berlangsung begitu kentara. Apa ada kemungkinan bahwa memang ada sesuatu di antara kalian? Apa kau jatuh cinta padanya?"

Aku menelan ludah.
Kai yang berdiri di sampingku berdehem.

"Terima kasih atas kedatangannya hari ini. Hana harus segera pulang dan istirahat. Mohon beri jalan." Lelaki itu menjawab sopan, lalu menggamit bahuku dan membuka jalan di antara kerumunan wartawan.

Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang