Semua siswa kelas X di haruskan membaca mading. "Bagi siswa kelas sepuluh di himbau segera membaca mading disana tertera nama kalian, kelas dan jurusan kalian" pengumuman dari ketua osis. Hanya disekolah ini yang menentukan siswa harus berada dijurusan apa sesuai dengan kemampuan siswanya.
Setelah pendaftaran sekolah, siswa harus mengikuti tes jurusan. Jurusan ini hanya ada tiga ipa,ips dan bahasa. Jadi, bagi siswa yang mengikuti tes dengan tiga mata pelajaran itu ditentukan dimana ia menonjol dari ketiga jurusan itu ntah Ipa,Ips dan bahasa.
Mading sudah dipenuhi oleh kelas sepuluh. Sejeong masih dag dig dug, bimbang. Mau melihat masih di penuhi jadi, ia memilih untuk duduk dipinggir lapangan memang kebetulan disediakan bangku.
Sejeong duduk dengan helaan nafas yang panjang sampai tak menyadari ada orang disampingnya.
"Kenapa duduk, bukanya lihat ke mading?" Tanya laki-laki itu kini duduk bersebelahan dengan sejeong. Sejeong kaget langsung bangun dari duduknya.
"Eh-Enga-k" ucap sejeong rada gugub saat mengetahui di sebelahnya adalah anggota osis. Sejeong hanya bisa menundukkan kepala.
"Ngak usah takut gitu. Gue ngak makan lu" balas laki-laki tersebut dengan santainya. Sejeong itu memang polos sangking polosnya seperti itu kalau sejeong lagi ketakutan gitu bawanya ingin culik.
Di pikiran sejeong teriyang-iyang kalau dia akan di hukum karena tidak mematuhi peraturan bukanya ke mading ini malah duduk.
"Ma-af ka," udah itu aja yang bisa sejeong keluarkan dari mulutnya.
"Gue ngak butuh maaf lu, gue cuma tanya kenapa lu ngak ke mading disaat semua orang kesana mencari tau keberadaan kelasnya. Lu malah berleha-leha disini" jleb ucapannya nyakitin banget sejeong tambah takut aja. Mungkin dia akan mendapatkan hukuman lebih berat.
"Punya mulut ngak?" Sejeong masih diem membeku, takut.
Taeyong, itu dia yang sedang bersama sejeong. Orangnya judes,jutek, nyeremin banget tapi baik ples ganteng.
"Yaudah ka, saya pergi ke mading" balas sejeong udah takut banget. Baru melangkah tangannya udah di cegah sama si taeyong tambah deh takutnya.
"Tunggu dulu" katanya taeyong udah megang tangan sejeong yang udah keringetan. Keringetan bukan karena takut tapi emang tangannya sejeong tuh basah mulu.
Sejeong balik badan tepat didepan taeyong "ada apa kak, maaf kalau saya salah ngak menuruti aturan" tutur sejeong memberanikan diri menampakkan muka di depan taeyong.
Taeyong yang melihat gerak gerik sejeong, menggemaskan. "Kan gue udah bilang jangan takut sama gue. Gue ngak bakal makan lu, sans aja sih" ucap taeyong melegakan sejeong.
Sejeong tersenyum simpul, manis senyumnya.
"Gue taeyong, wakil ketua osis" katanya memperkenalkan diri. Memberikan tangannya kepada sejeong biar bersalaman.
Sejeong telah menculik perhatian taeyong. Ngak biasanya taeyong itu berkenalan dengan prempuan apalagi prempuanya adik kelas begini. Boro-boro adik kelas teman sekelasnya pun ogah buat kenalan saat pertama kali masuk sma.
Emang sih mukanya taeyong rada serem gimana gitu sejeong aja sampe mengkerut ketakutan sama mukanya. Tapi ganteng.
"Saya sejeong ka" sejeong kembali memperkenalkan diri. Saat ini mereka sedang bersalaman tapi belum lepas
"Jangan sungkan sama gue kalau mau minta tolong, gue siap bantu kok"
Sejeong masih diem ditempat keadaan tangan mereka langsung terlepas. Merasa canggung.
"Iyah kak" sahut sejeong lalu pergi meninggalkan taeyong di pinggir lapangan.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Speak up
General FictionNon baku "What I need water to be real?" "No, no, no. That's not how you're a real. You can come true if someone loved you for a long time." "What pain does it feel to be real? Sometimes, Knight looks at the rabbit and a smile."