Fajar telah tiba. Aku bisa merasakan hangatnya walau dari balik gulungan sutra. Alarm dari jam bekerku sudah berdering sejak lama. Namun aku tak menghiraukannya. Sebaliknya,aku malah merapatkan bantal dan menarik selimut tebal yang terbuat dari bulu hewan,entah hewan apa,tapi aku cukup nyaman didekapnya hingga menutupi seluruh tubuh mungilku yang mungkin lebih pantas dibilang cungkring.
Ya,hari ini hari minggu,seperti biasa. Kalau hari minggu aku bakalan betah berlama-lama berkurung dalam balutan yang senantiasa menghangatkan tubuhku.
"Faaaa,Fa? Kamu udah bangun apa belum sih nak?",suara itu sontak membuatku ngibrit ke kamar mandi. "Iiii yyy aaa bi,aku udah bangun,ini baru mau mandi",ucapku gelagapan.
"Ya udah,nanti kalau udah mandi kamu turun buat sarapan ya",sambungnya seraya melangkahkan kaki meninggalkan kamarku.
SKIP~~~~~~
Pagi sudah menjelang siang. Kini aku tengah berdiri di balkon rumah yang berada tepat di samping kamarku ,berdiri menatap sekitar,sesekali mendongak untuk sekedar melihat langit biru.
Dari sini terlihat jelas pemandangan di desaku ini. Aku menikmati keindahan yang diciptakan Allah. Alam semesta yang lebih indah dari fatamorgana. Sungguh hebat Allah yang menciptakan alam semesta yang terbentang luas,menyimpan banyak kekayaan dan merupakan sumber kehidupan makhluk ciptaann-Nya.
Wahai semesta yang indah
Hadirmu menutup beberapa luka
Menghilangkan setetes lara
Serta menghadirkan secercah bahagiaSemesta
Aku ingin menjadi sepertimu
Yang bisa membuat dunia tertawa bahagia
Yang menjadi sumber kehidupan banyak orangSuatu saat nanti
Aku ingin mimpi ini menjadi asli
Aku berharap kenyataan lebih indah dari semua hal yang pernah ku impikan
Semoga saja semua berakhir bahagia"Ma,aku kangen mama. Mama apa kabar? Kenapa gak pernah kasih kabar ke aku? Apa mama gak sayang lagi sama aku?",aku bergumam dalam hati.
Semenjak dia mengantarku ke rumah nenek 7 tahun silam,mama tak pernah lagi datang ke sini hanya untuk sekedar melihat keadaanku. Kirim kabar juga gak pernah. Seketika aku teringat omongan asal dari tetangga sekitar yang sempat ku dengar kemarin saat aku selesai belanja dari warung.
"Itu Syifa,cucunya Bu Suti dari anak pertamanya yang namanya Sari itukan?". "Iya,kasian ya nasibnya,malang bener,udah kayak yatim piatu". "Yee itu mah karma,siapa suruh ibunya jadi pelakor?". "Eh emang bener si Sari itu kerjanya jadi pelakor?". Blaaa blaaaa blaaaa.
Samar-samar aku mendengar celotehan mereka yang berhasil membuat hati hancur berkeping-keping. Dengan langkah teriyuh-iyuh ku langkahkan kaki menuju rumah. Aku bertingkah seolah-olah aku tak mendengar celotehan mereka walau sebenarnya?.
Mengingat kejadian itu,membuat butiran bening menetes perlahan membasahi pipiku. Entah mengapa ia keluar begitu saja tanpa perintah. Sekarang tangisku mulai bersuara dan sesekali aku sesenggukan. Padahal aku sudah berusaha keras untuk menahannya agar tidak keluar dari sarangnya.
"Hidup itu keras Fa,hanya orang-orang tangguh,mau berjuang tanpa kenal kata lelah dan menyerah yang mampu bertahan ditengah getirnya kehidupan serta beratnya cobaan yang Allah berikan". Mendengar suara itu,sedetik kemudian aku menghapus air mataku dan mencoba menahannya di pelupuk mata. Sesak, ya dada ini terasa sesak,aku terlampau lemah menahan ini sendirian.
Aku berbalik, menoleh ke sumber suara. Kulihat sosok wanita berkepala tiga berdiri di ambang pintu blakon kamarku. Sosok yang tak asing di mataku. Ia tengah berdiri menatapku prihatin. Dari wajahnya yang sendu, aku tahu bahwa dia juga bisa merasakan apa yang aku rasakan saat ini.
Aku berdiri,mendekati sosok itu,ketika jarak kami menyisahkan beberapa inci,tubuhku seketika mendekap tubuhnya dengan erat. Ia pun membalas pelukanku seraya mengelus rambutku penuh kasih sayang.
"Biii,aku capek hidup kayak gini bi. Aku udah gak sanggup lagi",ujarku lirih dengan air mata yang tak hentinya membasahi pipiku.
"Ssuuuttttzzz gak boleh ngomong gitu. Keponakan bibi yang satu ini pasti kuat,bibi yakin kamu bisa melewati semua ini. Yakin aja sama janji Allah bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan". Ucapannya berhasil membuat sedikit tenang.
"Terus aku harus gimana bi? Aku udah gak punya orang tua,ayah meninggal sejak aku kecil,ibu? Dia sudah lama menghilang tanpa kabar. Kenapa sih hidup ini gak adil,katanya Allah Maha Adil,mana buktinya? Allah gak sayang sama Syifa",aku semakin terisak.
"Fa,kamu gak boleh ngomong gitu ,istighfar sayang. Allah itu Maha Adil ,Allah sayang sama Syifa. Allah punya alasan kenapa dia ngasih cobaan seberat ini sama kamu,itu karena Allah yakin kamu adalah hamba-Nya yang kuat. Percaya sama takdir Allah ,Dia Maha Mengetahui mana yang terbaik untuk hamba-Nya dan Allah gak pernah mau mengecawakan hamba-Nya".
"Sekarang kamu harus kuat. Jadilah anak yang shalihah,berprestasi,buat orang tuamu,keluarga kita bangga sama kamu. Kamu harus sekolah setinggi-tingginya gapai semua mimpimu raih cita-citamu buatlah semuanya menjadi nyata".
"Ingat kunci sukses adalah doa dan kerja keras. Jangan lupa untuk senantiasa beribadah karena agama adalah pedoman hidup kita". Aku mengangguk lemah.
"Sekarang kamu istirahat,kasian matamu sudah sembab. Bibi gak mau liat kamu yang lemah kayak gini,bibi merasa asing melihat kamu yang sekarang. Karena setahu bibi, kamu itu anak yang kuat dan pantang menyerah. Semangat terus sayang,bibi akan selalu menjadi energi yang mendorong kamu untuk maju. Bibi siap jadi tangan yang membantu di saat kamu jatuh,menjadi kaki yang selalu menuntunmu ke arah kebaikan". Sambung bibi sambil mengusap air mataku,sesekali ia pun mengusap air matanya.
"Inget Fa,kata Allah,Allah tidak merubah nasib seseorang atau suatu kaum kalau bukan mereka sendiri yang merubahnya. Gak usah dengerin omongan orang,anggap aja angin lalu. Yakin sama diri kamu sendiri. Karena jika kita yakin bahwa kita bisa ,maka 50% kesuksesan sudah berada di genggaman".
"Kan sudah dijelaskan di dalam Q.S.Al-Kautsar:3, 'Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus dari rahmat Allah'. Jadi kamu gak usah dengerin omongan orang. Cukup yakin sama diri kamu sendiri,dan jadikan Allah sebagai sahabat hidup".
Kini aku sudah rebahan di atas ranjang tempat tidurku. Aku mulai terlelap,karena belaian lembut serta nasihat penyejuk hati yang dilontarkan bibiku sedari tadi. Samar-samar kulihat dari balik kegelapan,sosoknya perlahan menjauh dan mulai menghilang.
Ini realita hidup
Tak selamanya kamu bahagia
Sebelum bahagia kamu harus mengecap berbagai rasa
Kamu harus terluka
Merasakan pahitnya kedukaan
Perihnya kekecewaan
Dan lelahnya perjuanganKarena hidup adalah roda
Ia akan selalu berputar hingga membuatmu gusarHidup adalah sebuah perjuangan
Jadi jangan pernah berhenti berjuang
Hingga senja menutup usia**************
Hi readers!
Buat kalian yang lagi sedih,semoga kisah ini bisa mengobati sedikit luka yang tengah singgah di hati kalian ya.Semoga kalian bisa memetik hikmahnya dan di jadikan pegangan dalam menjalani kehidupan. Karena hidup tak seindah drama korea (bener gak?😨). Iyain aja ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidupku Perjuanganku
Spiritual"Kebahagiaan itu bukan untuk mereka yang memiliki segalanya. Kebahagiaan adalah untuk mereka yang senantiasa bersyukur atas nikmat Tuhannya."