21. Lebih Indah

175 7 0
                                    

Dan kau hadir merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurna

Suasana di pasar malam saat ini cukup meriah. Ramai sekali orang-orang berlalu lalang. Aku memutuskan untuk berdiri di depan panggung,mendengarkan lagu yang dibawakan seorang penyanyi laki-laki muda,suaranya cukup merdu.

Aku tersenyum sambil menggoyangkan kepala dan kaki secara lembut. Aku menghayati kata demi kata dari lagu tersebut. Jujur saja lagu itu sangat serasi dengan perasaanku saat ini.

"Kamu suka lagunya?",ucap seseorang laki-laki yang berdiri di sampingku. Aku hanya menganggukan kepalaku dengan senyum yang tak sirna dari wajahku.

"Lagunya sesuai dengan perasaanku saat ini",lanjutku. "Sesuai? Sesuai gimana?",jawabnya. "Sesuai,eeehmm gimana jelasinnya ya?",jawabku kikuk. "Kenapa Fa? Eh bentar kok muka kamu pucet gitu kamu sakit? Kalau sakit kita pulang sekarang aja ya?",sahutnya khawatir.

Etdalah aku pucet juga karena terlampau gugup ada di dekat kamu kali kak-batinku.

"Eeenggak kok kak,aku baik-baik aja kok". "Bener nih?". "Hm iya kak.Kak kita naik bianglala yuk!",ajakku sambil menunjuk wahana bianglala yang sedari tadi berputar tanpa henti. "Ayo".

Akhirnya kami pun melangkah mendekati wahana tersebut. Kami berbaris mengantri membeli karcis dan menunggu putaran habis.

Tak lama kemudian bianglala berhenti. Kami mendekat dan masuk ke dalam kerangkengnya. Aku tersenyum pilu.

Suasananya memang menyenangkan,karena kita bisa melihat pemandangan desa dengan lebih jelas dari atas sini.

Namun,suasananya tak sama dengan 10 tahun lalu. Saat aku,ibu,dan ayahku menaiki bianglala. Ah aku jadi rindu mereka.

"Katanya mau naik bianglala,pas udah naik kok malah sedih?". "Hah eeehh iya kak. Aku gak sedih kok kak,seneng malah",aku masih menampakan senyum palsuku.

Jujur saja bianglala mengingatkanku pada ibu dan ayahku (ayah tiriku). Dulu ayah berjualan kaset di pasar malam. Aku sering merengek minta ikut setiap kali ayah berjualan. Alhasil ayah pun luluh dan hampir setiap malam aku ikut ayah ke pasar malam.

Setiap ke pasar malam,aku selalu mengajak ayah dan ibu untuk menemaniku naik bianglala. Aku suka sekali bianglala. Walau aku takut ketinggian. Namun entah mengapa kalau naik bianglala rasa takutku itu sirna. Mungkin karena aku terlampau bahagia. Aku terus menerawang ke masa lalu.

"Fa,hai,fa...Assyifa!". "Hah astaghfirullah,ya ampun kak,kakak ngagetin aja",ucapku terlonjak kaget.

"Ya kamu sih dari tadi di ajak ngomong malah ngacangin aku. Mikirin apa?".

"Hm gak". "Boong,kamu mikirin apa sih? Jangan-jangan kamu punya kenangan sama mantan kamu di sini,makanya kamu ngelamun terus dari tadi?".

"Hah enggak kok kak". "Terus,kenapa dari tadi ngacangin mulu?". "Hm?? Kenapa ya? Kepo!",ucapku terkekeh.

Laki-laki di hadapnku itu pun memalingkan wajahnya kesal.

"Kak? Kakak cemburu?". "Enggak". "Terus kenapa manyun? Hah? Kalau cemburu bilang aja lagi",aku semakin terkekeh melihat ekspresi lucu orang yang ada dihadapanku ini.

"Is apaan sih. Udah ah kita turun yuk". "Yah kak inikan baru 5 putaran,masih ada 5 putaran lagi. Sabar napa?". "Kamu nya sih nyebelin". "Iya ya maaf".

Seketika suasana hening. Kami sibuk menatap sekitar.

"Fa,kamu kenapa sih hah? Kalau ada apa-apa cerita dong. Sekarang akukan pacar kamu. Kalau kamu kayak gini terus,aku serasa gak guna jadi pacar kamu".

Hidupku Perjuanganku   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang