bts 07

24 1 0
                                    

Aku menggeleng keras. Kataku, “Tidak. Mereka tidak seperti kau, XiuMin. Pengemarku bahkan lebih setia dari siapa pun, Sahabat-sahabatku bahkan lebih baik darimu.




Kau tidak perlu takut aku diasingkan, kau terlalu baik untuk melakukan itu.” Perkataanku membuat XiuMin kaget dan menyadari kesalahanya, dia lalu berbisik pada seorang pria dan orang itu masuk kedalam rumah.


Aku tidak bisa menjelaskan dengan baik bagaimana bagian rumah ini tapi seperti inilah cara aku menjelaskannya.

Ruangan ini sunyi. Hanya diisi oleh ketukan sepatu yang makin nyaring seperti bergerak ke arah tempat kami berdebat



Kain pintu besar berwarna merah di hadapan kami terangkat dan menampilkan tubuh ramping Zian dibalut baju serba hitam dan kakinya memakai sepasang Heels berwarna senada, rambutnya dikuncir kuda dan wajahnya sedikit dipolesi bedak tipis, bibirnya sedikit berkilap mungkin karena dia memakai lipglos.


Kami sama-sama kaget dengan keberadaan masing-masing.

Zian bahkan sedang gemetaran, kakinya tidak mampu lagi menahan tubuhnya, dia tersungkur di lantai dan buru-buru seorang pengawal ingin membantunya berdiri namun dia tolak.



“Kenapa Zian? Kamu masih mencintai Taehyung? Bahkan setelah kamu menikah dan memiliki anak?”



Betapa jahatnya XiuMin, menjebak adiknya dan memaksa menikah, sekarang dia melempar kata-kata yang pedas pada adiknya sendiri?



Aku bergerak cepat ke arah XiuMin dan langsung melayangkan sebuah tinju tepat pada hidungnya sebelum mereka menyadari aku tengah bergerak, Lelaki itu terjatuh menimpa kursi duduknya sendiri, sedang dua pengawal lalu berebutan menarik tanganku agar aku mundur.

“Wah, sudah jago kamu, Taehyung.”



Taehyung,” suara lembut Zian mengalun seperti alunan piano, dan aku mencoba mengerakkan tubuhku namun karena luka di sekujurnya membuat usahaku sia-sia.


“Taehyung, ayok kita menuju kamar, kamu harus diobati.”


Lagi-lagi aku bermimpi Zian ada di sini, benar-benar malang nasibmu, Taehyung.
Lalu aku mendengar suara tangisan.
“Aku di sini, Taehyung, aku di sini,”
Aku mengangkat wajah dan mendapati gadis yang paling kusayangi di dunia setelah nenek dan ibu sedang menangis, dengan wajah sesenggukan dia menatapku.



“Zian, bagaimana kamu bisa di sini?”
“Syuutt, diamlah, yang harus kita lakukan saat ini adalah mengobatimu. Ayok, berdiri.”





Dia memapahku berdiri dan kami berjalan sangat pelan ke arah kamar tidur Jimin yang jauh ke arah timur, apertemen ini cukup besar dan memiliki 2 kamar tidur namun biasanya aku akan tidur bersama Jimin karena aku akan mengigau saat tidur dan itu membuat Jimin khawatir.




“Buka bajumu,” kata Zian setelah kembali dari menyiapkan kompres serta sekotak P3K.
“A-apa? Melepas baju?” wajahku memanas.
“Ya, karena yang lebih banyak terluka itu di daerah belakang dan perutmu.”
“Ta-tapi,”
“Sini aku bantu.”


Dengan cepat Zian bergerak ke arahku dan itu membuatku dengan cepat munduk ke belakang, ketika kepalaku menyambar dinding, Zian sudah berada diatas kasur dan dengan airmata dia menangis sejadi-jadinya.



“Eh-Eh, Zian, kenapa menangis?”
“Tolong aku, Taehyung. Tolong jangan seperti ini, aku terlalu takut kamu terluka makin parah karena aku. Tolong, Taehyung.”



“Baiklah. Tapi berhentilah menangis, airmatamu itu lebih menyakitkan daripada luka-luka ini.” Aku menghapus airmata yang membanjiri pipi Zian, berharap waktu untuk kami lebih banyak lagi dari ini, berharap hari ini tidak akan berakhir sampai kapanpun.



“Ka-kakakku, tidak menyukaimu, dia dari dulu telah menyiapkan jodoh untukku dan aku tidak suka itu.



Dia terlalu memaksakan kehendakku, aku tidak ingin terlepas darimu, Taehyung.



Bagaimana ini?” dia kembali menangis dengan sangat sedih bahkan ranjang milik Jimin sudah basah akibat airmata.
“Ya, mau bagaimana lagi, aku tidak ingin dipisahkan darimu tapi perkataan keluarga itu lebih baik didengar karena kamu hanya memiliki dia kan?”
“Siapa bilang? Aku masih memiliki kamu, Jimin-ssi juga.”

“Kami berbeda, Zian.”



“Ta-tapi, a-aku, benar-benar tidak bisa. A-aku su-dah begitu menci-cintai kamu.”
“Aku mencintai kamu, Taehyung.”



Dia terlihat histeris dalam teriakan dan tangisan, aku meraih kepalanya membawa menuju pelukanku, memangkannya untuk saat ini bahwa kami sedang bersama dan tak perlu ada yang dibahas.


“A-ak-u lebi-h menci-taimu lagi. Sangat mencintaimu.”

Moonchild [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang