Bab 2 (Family)

44 10 0
                                    

Aku berjalan sambil memastikan alamat yang tertera di kertas kecil yang sedang kupegang. Rumah minimalis itu masih sangat banyak didatangi oleh tamu yang turut berduka cita atas kematian putra mereka. Aku pun meminta izin untuk menanyakan beberapa hal dengan orang tua korban, syukurlah mereka sangat ingin bekerja sama.

"Bisa ceritakan sedikit tentang putramu, Bu? Tanya ku kepada ibu korban yang masih mengelap air mata nya dengan tissue

"Dia adalah anak yang baik, jarang keluar kamar karena ia mengatakan ada yang sedang ia kerjakan. Ia ingin itu menjadi hadiah buat ku dan keluarga kami. Anak yang sangat pintar, dia tidak pernah juara 1 tetapi selalu 3 besar, dan sangat kesal karena itu" ujar ibu itu tertawa sambil mengeluarkan air mata.

"Boleh aku memasuki kamarnya? Tanya ku

"Aku rasa lain kali saja, aku masih ingin berlama lama di dalam kamarnya. Setelah kesedihan ku berkurang, kau boleh mengambil apa saja yang bisa membantu kasus mu." Ujar ibu

"Baiklah, Apa yang terjadi saat malam itu? Tanyaku

"Dia pergi malam itu dengan perasaan gembira dan sangat gugup, ia berkata padaku bahwa ia akan menyatakan cinta nya kepada seorang gadis" ujar ibu Zikri

"Boleh tau gadis itu siapa?

"Aku tidak tau, dia mengatakan akan membawa nya kemari jika gadis itu menerima cintanya. Dia membawa gitar nya malam itu, aku rasa itu bagian dari rencananya. Aku tidak tau kalau dia akan pergi selama lamanya,. Aku melihat wajah nya sangat cerah sebelum ia pergi ke acara itu, aku harap dia gak pernah datang kesana" ujar ibu terisak isak sambil mengelap air matanya

"Maafkan saya Bu, dan terimakasih atas waktu dan ceritanya" ujar ku sambil menenangkan si ibu.

***

Mengerjakan satu kasus benar benar sangat melelehkan. Aku pun memutuskan untuk makan siang dekat kantor ku.

Setelah melahap habis semua makanan ku, aku beristirahat minum kopi sambil membaca berkas berkas kasus ku. Perhatian ku pun dialihkan karena berita korban dari kasus ku ternyata keluar di salah satu stasiun televisi. Semua informasi yang di berikan dokter bocor ke media. Mulai dari misteri tulisan serta bagaimana cara pembunuh membunuh korban.

Salah satu narasumber pun berbicara saat di wawancarai wartawan. Bertaruh dia detektif juga sepertiku.

"Aku pernah menyelidiki kasus dengan pembunuhan seperti ini sebelumnya, aku mendapatkan 2 korban dengan cara pembunuhan yang sama. Pernah aku menanyakan perihal ini kepada seniorku. Dia mengatakan bahwa jika pembunuh mengambil matanya dan membiarkan dia kehabisan darah, mungkin dia adalah seorang penjual mata di pasar organ tubuh manusia. Kami berusaha untuk mencari jejak sang pembunuh dan hasil nya kami tidak mendapatkan apa apa" ujar narasumber

"Bagaimana ciri ciri korban tersebut? Apakah ada kaitannya satu sama lain? Tanya wartawan

"Kedua korban berjenis kelamin perempuan, sudah aku selidiki tidak ada kaitan keluarga atau keluarga jauh diantara korban. Aku tidak mengerti apa maksud pembunuh, apa ia hanya ingin mengambil korban secara acak dan menjual organ tubuh mereka. Itulah yang sedang aku selidiki sekarang" ujar narasumber

Aku pun berlari kecil ke kantor ku dengan perasaan marah. Bagaimana bisa kasus yang bahkan belum ada kemajuan apa apa bisa bocor ke media? Bagaimana jika itu yang diinginkan oleh pembunuh nya?

Aku membuka pintu senior yang menangani jika adanya informasi yang bocor ke media dengan kasar. Tampak ia sedang menonton berita yang ku tonton tadi.

"Apa maksudnya ini? Aku bahkan belum menemukan apa apa di kasus ini!! Ujar ku marah

"Hei tenanglah nak, keluarga korban yang menginginkannya, dia yang memberi tau media agar orang tua diluar sana berhati hati dengan pembunuhan seperti ini. Mereka hanya ingin yang terbaik" ujar senior

Kenapa tidak bilang kepadaku dahulu. Ujar ku frustasi

"Hei masalah seperti ini sudah sering terjadi. Tenanglah, ini bukan masalah yang besar. Kudengar kau mengunjungi Rio untuk membantu kasus mu, bertaruh dia tidak membantu mu. Kau tau dia membenci mu. Mungkin dia iri karena dengan mudah kau masuk disini, dia bahkan ditolak bertahun tahun." Ujar senior terkekeh

"Bisakah kau sedikit membantu ku? Aku tidak tau harus berbuat apa." Ujar ku

"Mulailah dengan mencari tau masalah korban. Orang tua, teman, guru dll" ujar senior

Kau sama saja tidak membantu. Gumam ku sambil keluar dari kantornya

Kembali ke ruangan ku bisa membuat amarah ku sedikit reda, mungkin besok aku akan pergi ke sekolah korban dan mulai menanyai teman kelas nya. Mungkin mulai dengan pacarnya? Pikirku.

Double YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang