Aku sedikit berlari mendatangi ruangan autopsi. Aku harap mendapatkan informasi yang berguna untuk penyelidikan kasus ku.
"Hei Kevin, aku mempunyai kabar baik dan kabar buruk. Pilih yang mana yang ingin kau dengar pertama" ujar dokter
"Kabar baik" ujarku
"Kabar baik nya adalah, kau tau polisi yang di berita itu? Aku bertemu dengannya dan membicarakan tentang korbanku dan korbannya. Benar benar pembunuhan yang mirip, sayatan dan cara nya benar benar mirip. Pembunuhnya tidak hanya dilingkup sekolah korban saja. 2 korban polisi itu berusia 40 tahunan, jadi untuk apa jika anak SMA membunuh wanita dewasa? Berusahalah cari di tempat yang lain." Ujar dokter
"Jadi kau tidak menemukan apa apa? Tanya ku
"Yap, itu lah kabar buruknya" ujar dokter
"Bagaimana dengan autopsi pertama mu?
"Oh ya aku lupa dengan itu, aku mempunyai foto korban, yah karena autopsi pertama ku, ingin aku jadikan kenang kenangan" ujar dokter sambil mencari dimeja kerjanya.
"Ini dia, menurut ku tulisan nya tidak jauh berbeda, bolongan di bola matanya ini juga menandakan orang yang amatir. Dia tidak tau bagaimana cara mengambil bola mata yang baik dan benar. Dari sobekan disini menandakan bola matanya hanya ditarik untuk dikeluarkan. Persis seperti korban yang sekarang." Ujar dokter
"Kenapa mengambil waktu yang sangat lama untuk korban selanjutnya? Tanya ku
"Cari pembunuh nya nak, dan tanyakan padanya, bukan padaku" ujar dokter melanjutkan pekerjaan autopsi nya
"Dok, apakah korban dibius? Jika dia hanya ingin menjual bola matanya, kemungkinan besar dia akan membius korban terlebih dahulu. Jika tidak?
"Korban pertama ku dan korban kita serta 2 korban polisi tersebut tidak dibius, mereka hanya dibiarkan mati perlahan sampai kehabisan darah. Jika tidak apa? Tanya dokter
"Aku tidak tau dok, aku akan memikirkannya nanti. Aku rasa aku butuh makanan" ujar ku berlalu pergi
***
"Jika tidak? Jika tidak dibius apa maksudnya? Bagaimana jika dia tidak tau cara membius orang? Tidak tidak, pembunuh profesional seperti itu akan bisa membius korbannya" ujar ku sambil menyuapkan sesendok makanan ke mulutku
Mungkin setelah ini akan aku datangi lagi rumah korban dan menanyakan apakah aku sudah boleh menemukan bukti didalam kamarnya. Aku butuh sesuatu. Batinku
***
"Permisi, permisi" ujarku sambil mengetuk pintu kediaman korban. Beberapa saat kemudian pintu terbuka
"Oh pak detektif, silahkan masuk" ujar ibu Zikri
"Saya ingin menanyakan sesuatu, sudah bolehkah saya untuk mencari bukti dikamar Zikri? Bukti bukti yang ada sangatlah sedikit, saya tidak bisa melanjutkan kasus jika bukti sedikit seperti ini" ujar ku
"Baiklah pak, akan aku antarkan bapak ke kamarnya. Kamarnya ada diatas." Ujar ibu melangkah menaiki tangga yang disusul oleh ku.
"Panggil aku jika anda butuh sesuatu" ujar ibu meninggalkan ku sendiri di kamar Zikri
Aku melihat lihat semua isi kamarnya. Mulai dari poster Taylor Swift, komik komik beserta foto Alya, yang diambil secara diam diam. Tidak menemukan apa apa disini, ini hanyalah barang barang biasa yang ditemukan disetiap kamar anak SMA.
Akupun melihat kearah jendela, waktu pulang sekolah mungkin sudah tiba pikirku karena melihat seorang gadis berjalan sendiri kearah rumah nya. Tunggu, sepertinya aku mengenal gadis itu, salah satu murid yang sekelas dengan Zikri. Aku berlari keluar rumah dan menghampiri gadis itu.
"Tunggu nak, kau teman kelas nya Zikri kan? Tanya ku cepat sebelum ia memasuki rumahnya.
"Iya, oh saya tau anda. Detektif yang datang kekelas ku. Ujar gadis itu
"Siapa nama mu? Apakah kau dekat dengan Zikri? Tanyaku
"Perkenalkan namaku Nisa Alexander, bapak bisa memanggil ku Nisa. Mungkin bisa dibilang aku sangat dekat dengan Zikri, kami berteman dari kecil. Bahkan aku mendatangi rumahnya untuk menenangkan Tante Dina yang sangat dilanda kesedihan." Ujar Nisa
"Apa yang terjadi saat malam pembunuhan nya itu? Tanya ku
"Aku tidak tau, aku tidak datang saat malam itu terjadi" ujar Nisa
"Apa maksudmu? Alya mengatakan padaku semua orang datang di acara itu" ujar ku
"Alya itu orang yang terkenal. Ayolah, bahkan hampir setengah dari yang diundang tidak datang di acara itu. Itu hanya acara untuk murid yang terkenal saja, orang yang tidak terkenal seperti aku bahkan tidak dibutuhkan. Aku ingin masuk kerumahku" ujar nya meninggalkan ku dan masuk kerumahnya.
Aku mengeluarkan ponsel ku dan mencari nama Alya di kontak sosial media ku.
"Hei apakah kau berbohong padaku? Banyak murid yang tidak hadir pada acara itu" kukirim pesan itu pada Alya
"Sudah aku bilang aku tidak tau, bisa saja ada anak yang datang dan membunuh nya, dia sengaja tidak datang supaya tidak ketahuan oleh siapa pun" balas Alya setelah beberapa menit
"Berikan aku daftar orang yang hadir ke acara itu, semuanya. Bisa kau minta tolong kepada panitia acara nya? Tanya ku
"Kau merepotkan saja pak" balasnya
"Bantu aku untuk menyelesaikan kasus pacarmu" balasku
"Baiklah baiklah, aku akan mengirimkan padamu jika aku sudah mendapatkan daftar namanya" balas Alya
Ini pekerjaan yang merepotkan sekaligus menegangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double You
Tajemnica / ThrillerPembunuhan dengan suatu tanda dan cara penyiksaan yang khas sudah seperti ciri-ciri dari seorang pembunuh yang handal. Jika pembunuhan dilakukan oleh seorang anak kecil. Amazing, Right? anak dengan latar belakang keluarga yang hancur. Tetapi bagaima...