Bab 9 (Welcome to the club)

39 5 0
                                    

Tidak ada tersangka. Tidak ada bukti. Benar benar tidak mempunyai apa apa. Aku memutuskan kembali ke sekolah memperhatikan gerak gerik orang yang aku anggap mencurigakan.

Aku duduk dikantin, dan terlihat anak anak keluar untuk istirahat. Disana aku melihat si"charming" Riva beserta fans fans murid perempuan nya.

Setelah beberapa saat aku memutuskan mengelilingi sekolah. Melihat lihat jika ada yang mencurigakan. Pekerjaan ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami.

Disana aku melihat Nisa sedang membuang sarung tangan ke tong sampah. Tunggu dulu? Sarung tangan. Apakah dia anak dari Felix? Dia juga tetangganya Zikri.

Akupun memanggilnya.

"Hei, nak. Bisa bicara sebentar? Tanya ku.

"Ya? Oh.. ada apa lagi pak? Ujarnya seperti bosan melihatku

"Apakah ayahmu bernama Felix Daffa? Tanya ku

"Ya benar. Ada urusan apa anda dengan ayah saya? Ujarnya

"Tidak. Tidak ada apa apa." Ujarku pergi meninggalkan nya

Aku akan menangkap ayah dan anak ini. Kurasa mereka telah membuat kejahatan.

***

Di ruang interogasi kantor.

"Ayah kenapa kita disini? Aku mempunyai banyak tugas sekolah." Ujar Nisa

"Ayah juga tidak tau. Bersabarlah nak." Ujar Felix ayah Nisa

Aku masuk dan memberikan foto mayat Zikri dan Rio.

"Kalian berdua merencanakan pembunuhan ini kan? Ujarku

"Apa motif anda menuduh kami sebagai pelakunya? Aku sudah menjelaskan semuanya padamu hari itu. Apakah kurang jelas? Ujar ayahnya

"Tetapi anakmu tertangkap basah sedang membuang sarung tangan di tong sampah sekolah. Hasil lab menunjukkan positif darahnya Rio. Korban kedua disekolah. Kawan kelasmu." Ujarku mengeluarkan sarung tangan

"Kapan kau mengambil sarung tangan ini? Apakah sarung tangan yang aku buang saat kau menemuiku? Tanya Nisa

"Ya, hari itu. Kau ingat kan? Aku melihat mu membuang sarung tangan ini." Ujarku

"Bodoh. Ini bukan punyaku. Aku disuruh buk Tita guru kimia ku untuk membersihkan sisa sarung tangan dan sampah yang tinggal di laboratorium kimia. Aku dihukum membersihkan lab hari itu karena aku tidak membawa jas lab dan sarung tangan. Aku membuang banyak sarung tangan." Ujar Nisa

"Benarkah? Bagaimana bisa di tempat sampah itu hanya ada satu sampah, yaitu sarung tangan ini. Dan tidak ada apa-apa lagi." Ujarku

"Pada saat aku membuang sarung tangan. Tempat sampah disekolah sangat penuh. Aku rasa kau mengambil sarung tangan ini setelah murid siap istirahat. Karena setiap istirahat, pak sabir yang bertugas menjadi tukang bersih-bersih sekolahku akan mengangkut sampah di setiap tong sampah sekolah." Ujar Nisa

"Kau adalah detektif terbodoh. Kau menuduh ku sembarangan, menuduh anak ku sembarangan. Jika kau memanggil kami lagi tanpa bukti yang kuat, aku yang akan melaporkan mu ke pihak yang berwajib." Ujar ayahnya dan mereka berlalu pergi.

Sial.

***

Aku termenung di kantorku. Aku menceritakan kejadian yang aku alami dengan senior ku bernama pak Andi.

"Kasus mu memang berat nak. Kenapa kau meyakini kalau pembunuh nya adalah anak SMA?" Ujar Andi

"Dalam kasus ku ditemukannya bukti hanya dilingkup sekolah. Aku tidak menemukan bukti apa apa diluar sekolah dan dimanapun."

"Baiklah jika itu firasat mu. Mungkin kau bisa memata matai orang yang kau curigai disekolah itu." Ujar nya

"Caranya? Aku akan duduk seharian dikantin sekolah? Kupikir bukan ide yang bagus." Ujarku

"Hmm benar juga. Ahaaa. Bagaimana kalau kau meminta tolong kepada murid baru "Charming" mu itu. Kau bisa meminta tolong padanya untuk memata matai orang yang kau curigai. Dan ia mempunyai fans yang banyak, mungkin akan sangat membantu kasus mu." Ujarnya

"Ide yang bagus. Terimakasih banyak pak. Aku akan mentraktir mu makan siang." Ujarku pergi menuju sekolah

***

Sewaktu bel istirahat, dengan cepat aku menculik si"Charming" Riva sebelum fans fans mengkrumuninya.

"Ada apa ini? Ujarnya setelah aku melepaskannya di ruangan kosong. Tempat yang pas untuk membuat kesepakatan.

"Aku ingin kau membantu ku. Kumohon." Ujarku

"Membantu apa? Tanya nya

"Aku ingin kau memata matai Nisa Alexander. Teman sekelas mu. Dan minta juga bantuan fans fans mu." Ujarku

"Wah, apakah dia pelaku nya? Benar benar tidak dipercaya. Seharusnya dia belajar saja yang rajin. Padahal dia orang yang sangat baik. Dia selalu membantu ku jika aku tidak mengerti tentang pelajaran sekolah. Unbelievable." Ujarnya dengan gaya "Charming" nya.

"Kumohon bantu aku. Aku mempercayai dialah pelakunya." Ujarku

"Baiklah aku akan membantu mu. Dengan syarat kau harus masuk di grup fans ku." Ujarnya

"Bagaimana cara aku masuk ke grup fans mu? Tanyaku

"Itu urusan mu. Bukan urusan ku. Jika kau sudah masuk kesana. Aku akan mengirimkan mu pesan. Mungkin aku akan slow respon. Aku harus membalas pujian fans ku setiap harinya." Ujarnya melenggang pergi.

Baiklah. Ini saat dimana kau harus menebalkan muka dalam mengerjakan suatu kasus.

Aku pun duduk di kantin dekat murid perempuan yang sedang bergosip. Aku mendengar nama Riva disana. Mungkin itu sasaran yang tepat.

"Hei nak. Boleh aku bergabung. Aku mendengar kalian membicarakan Riva." Ujarku duduk mendekati mereka.

"Menjauhlah pak. Atau aku akan memanggil satpam sekolah." Ujar salah satu gadis.

"Hei, aku dikenali oleh satpam sekolah mu. Kau tau kenapa aku kesini setiap harinya? Tanya ku

"Untuk menghabiskan waktu, karena kau tidak lulus saat sekolah dulu. Jadi kau menyesal. Dan kau pengangguran. Itulah kenapa kau kesini setiap hari, menyesali tidak belajar dengan baik baik saat masa sekolah." Ujar murid yang lain dan diikuti oleh ketawa seluruh geng murid perempuan ini.

Sabar. Sabar. Ini bagian dari pekerjaan mu.

"Bukan.. kau salah. Aku kesini untuk melihat si Charming Riva. Aku fans berat dia." Ujarku mengimut-imutkan suara ku dengan emosi yang tertahan.

"Wah benarkah pak? Kami disini juga fans nya. Bahkan kami sudah membuat grup untuk kesatuan Charming Riva. Itu nama grupnya. Bagaimana kau bisa tau? Kau juga masuk didalamnya? Tanya salah satu murid.

Keberuntungan berpihak padaku. "Aku ingin memasuki grup itu. Tapi aku tidak tau adminnya siapa. Jadi kupikir aku harus mencari dan menemui adminnya untuk masuk grup itu. Aku harap aku menemukan nya. Aku benar-benar fans sejati Riva." Ujarku

"Anda beruntung pak. Kami semua adalah adminnya. Apakah kau ingin masuk ke grup itu? Ujar gadis pintar yang mengejek ku.

"Aku benar-benar sangat senang jika aku masuk kesana." Ujarku memohon

"Baiklah. Kau boleh masuk. Asalkan kau membayarkan apa yang kami beli sekarang." Ujar gadis itu.

Aku sedikit menggerakkan rahang ku menahan emosi. "Baiklah. Baiklah. Aku akan membayarnya." Ujarku pergi ke kasir kantin.

"Sudah aku bayar. Kau harus menepati janji mu." Ujarku

"Alright. Sini handphone mu." Ujarnya

Aku menyerahkannya

"Sudah. Welcome to the club." Ujarnya dan handphone ku tidak pernah berhenti berbunyi karena notif grup yang sangat banyak.

Double YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang