Mobil derga kini sudah berada di depan rumah ale.
Sebelum ale keluar dari mobil derga ponselnya bergetar tanda pesan masuk.
Bang Devan
Jam 11 malam di pelabuhan.Setelah membaca pesan ale segera memasukkan ponselnya dan melihat jam tangannya menunjukan pukul 9 malam, ia bergegas turun dari mobil derga.
" Der, makasih ya"
" oke, selamat malam dean." derga tersenyum manis pada deandra dan segera melajukan mobilnya.
Kini ale tengah bersiap mengenakan setelan kaos lengan terbuka yg dibalut dengan jaket kulit hitam dan tak lupa dengan topi dan kacamata hitam.
" ternyata benar, kamu merupakan anak buahnya yang paling teliti." orang yang dengan sigap anak buahnya mematikkan korek di rokoknya, ia berjalan menghampiri ale. " saya tau kamu wanita." orang tersebut berdiri tepat di depan ale sambil menghembuskan rokoknya ke wajah ale.
" jangan mengancam identitas saya." ale mengeluarkan pistol dari jaketnya dan menodongkan ke kepala orang tersebut.
anak buahnya dengan sigap mengangkat senjata ke arah ale yang mengancam bosnya, begitupun empat anak buah devan yang siap membantu ale juga mengangkat senjata dan mengarahkan ke mereka.
" bukan begini cara negosiasi viandra aleffanova." orang tersebut memegang tangan ale dan menurunkan pistol yang ditodongkan. ale terkejut ketika mendengar orang tersebut menyebutkan nama lengkapnya, ia tak menyangka jika ia mengenalnya.
" anda sangat kompeten, kita lanjutkan negosiasi dengan benar" ale menyunggingkan senyuman seolah ia tak takut dengan ancaman karena mengetahui identitasnya.
" anak baik, siapkan kopernya dan segera ambil senjatanya." orang tersebut memegang wajah ale dengan jarinya dan melemparkan putung rokok ke tanah lalu menginjaknya. ale menghempaskan tangan orang tersebut lalu meludah ke tanah.
" sampai bertemu kembali putri denendra." orang tersebut berjalan meninggalkan ale yang masih tak menyangka jika ia juga mengenal ayahnya. ale terus berpikir siapa orang itu dan mengapa ia tau banyak tentangnya bahkan dengan wajah tertutup rapat dan menyembunyikan rambut panjangnya dibalik topi hingga orang lain tak akan mengenalnya.
--ooo--
pagi dengan langit mendung sangat mendukung ale untuk tetap berbaring di kasurnya dan enggan untuk berangkat sekolah.
" kak viaaaa, buka pintunya." denesa menggedor - gedor pintu kamar kakaknya dengan keras karena tak mau membukakan pintu. " gausah ganggu nesa, pergi sana." ale menutup telinganya dengan bantal guling.
" mama, kak via nggak berangkat sekolah tuh katanya." denesa berteriak lalu berlari menghampiri ibunya yang tengah menyiapkan sarapan. kini ketenangan ale benar - benar terganggu ia pun bergegas ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah.
" via, denesa sarapannya di habisin ya. mama satu minggu ada dinas diluar kota." nadya membawa koper yang sudah ia siapkan, nadya merupakan desaigner sekaligus pemilik butik yang cukup terkenal yang ia namakan fanova boutique diambil dari nama belakangnya dan juga dua putrinya itu.
" yah denesa sendirian dong dirumah, bibi kan masih di kampung." denesa memasang wajah cemberut. "kan ada kak via sayang, nanti mama pulang bawa oleh - oleh buat denesa deh." nadya mengelus rambut denesa dan menciumnya.
" tenang aja ma bakal via jaga kok nesa nya, aku mau oleh - oleh juga dong ma." ale menghampiri nadya dan denesa lalu memeluk mereka dengan erat.
" mama bangga punya kalian, ayah pasti juga sangat bahagia melihat putrinya tumbuh dengan baik." nadya meneteskan air matanya mengingat kepergian suaminya lima tahun lalu yang ia tak tahu penyebab persis kematiannya.
" mama jangan nangis dong, nanti ayah juga ikutan sedih." denesa mengusap air mata di pipi nadya dengan tangan kecilnya dan mencium pipi ibunya itu. melihat keadaan keluarganya sekarang ale merasa seperti ada pedang yang menusuk jantungnya, dia merasa dendam dengan orang yang telah membunuh ayahnya juga dengan orang - orang yang sudah membuat keluarga kecilnya hancur dan membuatnya berubah menjadi ia sekarang ini yang harus menutupi kebenaran dengan kebohongan demi menjaga perasaan ibu dan adiknya. ia tak ingin melihat mereka kecewa dengan dirinya yang sebenarnya. tanpa sadar ale juga meneteskan air mata yang kemudian ia seka dengan tangannya berusaha untuk tegar agar tak membuat mereka khawatir.
" udah ah, yuk nesa berangkat. ma kita pamit sekolah dulu ya" ale mencium kedua pipi nadya lalu merangkul adiknya dan bergegas untuk berangkat.
" maaa, nesa berangkat dulu. assalamualaikum." teriak denesa di ambang pintu.
--ooo--
" al, nyalin jawaban lo dong. gue belum ngerjain pr sama sekali nih." freya menghampiri ale dengan membawa buku untuk menyalin jawaban dari ale.
" dasar pemalas." ale mengeluarkan buku dari tasnya lalu memberikannya pada freya.
" thanks al, baik banget deh ah." freya duduk di kursi syifa lalu menyalin jawaban dari buku ale. ale memasang earphone lalu mengambil novel di tasnya dan membacanya sambil menunggu bel masuk yang akan bunyi 15 menit lagi karena ia berangkat terlalu pagi.
"pagi - pagi udah nyalin jawaban orang, duduk dibangku orang pula." kanaya datang dan mendapati freya yang duduk dibangkunya sambil menyalin jawaban yang ia tau pasti itu buku ale.
" hehe, kaya lo udah ngerjain sih." freya tersenyum lebar dan masih fokus menyalin jawaban. " udah dong, gue kan rajin." kanaya menaruh tas dibangkunya lalu duduk di kursi depannya menghadap freya.
" al urgent nih." ucap reyan dan figa bersamaan berlari dari ambang pintu lalu menghampiri meja ale. " apaan sih lo berdua, berisik pagi - pagi." kanaya menjitak kepala reyan dan figa.
" kenapa emang?" ale melepaskan earphonenya lalu menutup buku novelnya untuk mendengarkan figa dan reyan.
" lo tau? ternyata ya.." reyan menggantungkan ucapannya untuk membuat ale penasaran dengan apa yang akan ia katakan. " reyan sama gue ganteng." figa meneruskan ucapan reyan dengan nada serius.
" maksudnya gimana sih?" ale makin bingung dengan ucapan mereka yang nggak jelas. " iya bener kata figa, terus orang ganteng itu mau nyontek jawaban lo. soalnya belum ngerjain pr." reyan tertawa keras melihat ekspresi serius dari wajah ale.
" kampret lo! nggak boleh!" ale mengambil bukunya dari tangan freya lalu mendekapkan bukunya agar tidak diambil oleh reyan dan figa.
Bu ade datang dari pintu dan mendapati anak muridnya yang belum duduk di kursinya masing - masing.
" kembali ke meja kalian." teriak bu ade pada seluruh anak di kelas ale. mereka berlari ke meja mereka dan duduk di kursinya. " keluarkan pr kalian, yang belum mengerjakan langsung maju ke depan." bu ade meletakkan buku - bukunya di meja guru lalu membawa rotan andalannya untuk menghukum anak muridnya yang belum mengerjakan pr. lima anak maju kedepan termasuk figa dan reyan. " berdiri dipojok kelas sampai pelajaran saya berakhir." bu ade memukul - mukulkan rotan di meja guru untuk menggertak anak muridnya, karena fungsi dari rotan tersebut bukan untuk memukul anak muridnya. " derga dan deandra tolong bantu mengumpulkan buku teman kalian lalu bawa ke meja ibu di kantor." bu ade menunjuk derga dan ale dengan rotannya. ale dan derga berdiri lalu keliling mengumpulkan buku dari teman - temannya.
mereka berjalan berdampingan membawa setumpuk buku yang dikumpulkan untuk di bawa ke kantor. ale merasa kepalanya sangat pusing dan penglihatannya mulai samar - samar, ia menjatuhkan bukunya dilantai dan tangannya kini bertumpu pada dinding. kepalanya serasa berputar - putar dan pandangannya kini mulai kabur hingga ia terjatuh tak sadarkan diri. sesaat ia merasakan tubuhnya sedang diangkat oleh seseorang karena napasnya yang terengah mengenai wajahnya, juga parfum maskulin lelaki yang pekat di hidungnya.
--ooo--
"ayaaah." teriak ale setelah mendengar suara tembakan dari arah dimana ayahnya menghampiri sekelompok orang. ale melihat bahwa ayahnya ditembak oleh seseorang dari kelompok tersebut dengan beberapa tembakan. mendengar teriakan sekelompok orang tersebut mencari sumber suaranya kemudian melihat seorang gadis yang tengah bersembunyi dan menyaksikan pembunuhan yang dilakukan oleh mereka.
" Dean,lari sejauh mungkin." teriak denendra ayah ale sebelum akhirnya terjatuh ke tanah.
ale berlari sambil menangis meninggalkan ayahnya yang bersimpah darah, kelompok tersebut menyusul untuk menangkap ale dan membunuhnya karena tak ingin ada saksi mata yang melihat kejadian pembunuhan tersebut. ale berhasil lolos dan bersembunyi di sebuah gedung kosong, sekelompok orang tersebut tampak kebingungan mencarinya. ale bernafas lega karena orang - orang yang mengejarnya telah pergi. saat ia akan keluar dari persembunyiannya ada seseorang yang memukulnya dari belakang dan akhirnya ale pinsan.
satu bulir air mata ale terjatuh sebelum kemudian perlahan membuka matanya.
"al lo nggak apa - apa?" tanya kanaya khawatir melihat keadaan sahabatnya yang harus terbaring lemah di kasur uks.
"nay gue takut." ucap ale dengan nada parau lalu memeluk kanaya erat dan kemudian air matanya semakin deras mengalir membasahi punggung kanaya.
"tenang al, ada gue disini kok." kanaya menepuk punggung ale untuk menenangkannya tapi malah justru membuatnya menangis menjadi - jadi. sebagai sahabatnya ia sangat terpukul dengan keadaan sahabatnya sekarang ini tapi ia berusaha menahan agar air matanya keluar karena itu akan membuat sahabatnya terluka. kini tangisan ale mulai mereda dan menyeka sisa air matanya dengan punggung tangannya.
" gue mimpi aneh lagi nay, gue takut." masih dengan nada parau dan mata berkaca - kaca ale menatap kanaya untuk memastikan jika ia akan aman berada disamping sahabatnya itu.
" gue janji bakal terus disamping lo dalam keadaan apapun." kanaya kembali memeluk ale untuk meyakinkannya jika ia akan selalu menepati janjinya sekaligus menguatkannya agar tak terjatuh dan terluka. ale membalas pelukan sahabatnya tapi kini ia tak mengeluarkan air mata karena tak perlu ada kekhawatiran, ia percaya bahwa sahabatnya akan selalu menjaga janjinya.
" al lo nggak apa- apa?" divani dan caroline datang menghampirinya dengan segala ke khawatiran pasalnya yang mereka tau ale jarang sakit atau lemah seperti sekarang ini yang harus berbaring di kasur uks dengan wajah pucat pasi.
"fine kok, kecapean doang paling." ale mengusap pipinya yang basah air mata dan tersenyum lebar brusaha menutupi kesedihan dan lukanya dihadapan sahabatnya. divan dan caroline kini memeluk ale bersamaan untuk menyalurkan kekuatan untuk sahabatnya yang mereka tau bahwa sahabatnya itu tidak baik - baik saja.
"ratu boong." caroline mengacak rambut ale lalu kembali memeluknya. kanaya ikut memeluk ketiga sahabatnya itu untuk merasakan hangatnya kebersamaan yang sudah lama tak ia rasakan. setelah adegan drama mereka tertawa bersama seperti orang - orang bodoh dan saling melempar candaan. tercetak senyum dibibir ale melihat sahabat - sahabatnya yang sangat ia sayangi dan selalu memberikan kebahagiaan di hidupnya juga merasakan susah bersama- sama meskipun tak sepenuhnya ale memberitahu segala rahasianya dengan dua sahabatnya yang baru ia kenal 3 tahun lalu, tapi suatu saat ia akan membaginya karena ia tak ingin jika mereka mengetahui justru akan membencinya bahkan menjauhinya. biarlah waktu yang akan menjawabnya, yang terpenting bagi ale sekarang adalah mereka masih di sisinya untuk memberi warna di hidupnya.
--ooo--
ale memilih untuk kembali ke kelasnya berniat untuk mengikuti pelajaran pak ridwan karena akan diadakan ulangan harian.
" permisi pak, boleh saya masuk?" ale berdiri di ambang pintu lalu mengetuknya.
"silakan deandra, ini soal ulangannya. Masih sanggup Mengerjakan soalnya nak? " pak ridwan sedikit khawatir melihat wajah deandra yang masih pucat.
" bisa kok pak. terimakasih pak." ale mengambil soal ulangan dari pak ridwan dan berjalan menuju mejanya, sekilas ia mencium bau parfum maskulin milik orang yang membawanya ke ruang uks dari deretan kursi belakangnya. ia mengamati empat lelaki yang duduk dibelakang, tak sengaja matanya bertemu dengan mata milik derga. ale mulai ingat sebelum tak sadarkan diri ia sedang membawa buku ke kantor bersama derga.
"apa bener derga yang bawa gue ya." batin ale masih menatap intens derga. derga mengalihkan pandangannya pada soal ulangannya. masih dengan kecurigaanya ale duduk dan mulai mengerjakan soal yang diberi oleh pak ridwan.
ulangan telah usai dan bel pulang pun berbunyi. semua anak di kelas ale mengumpulkan lembar jawabannya lalu mulai keluar satu persatu dan menyisakan ale yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"hari ini ada kerja kelompok di kafe biasa." ucap derga disamping ale sebelum kemudan berlalu meninggalkannya. ale mencium lagi bau parfum tersebut dan sudah ia pastikan jika derga yang membawanya. belum sempat ia menanyakannya derga sudah keluar kelas dan meninggalkannya dengan beribu pertanyaan yang ingin ale ajukan pada derga.
ale dan teman - teman satu kelompoknya tengah berada di frinch cafe untuk mengerjakan tugas seni yang diberikan oleh pak adam minggu lalu.
"mau bikin konsep yang gimana nih?" tanya freya pada teman - temaannya.
"yang kemaren gue gambar aja gimana, nuansa pantai." ale memberikan aspirasinya lalu mengambil buku yang kemarin digambarnya.
" oke, langsung kita buat konsep filmnya berupa sauasana sekitar pantai nanti juga bisa ada tambahan prolog atau nggak berupa puisi yang menggambarkan pemandangan tersebut." jelas derga dengan percaya diri sebagai seorang ketua dari kelompok tersebut dan ia sangat pantas disebut itu.
" wuih bapak ketua memang yang terbaik." reyan merangkul pundak derga.
" tinggal kita tentuin mau kapan mulai syutingnya." tambah kanaya sambil meminum capucino coffenya.
"sekarang aja yuk." figa bangkit lalu menggandeng tangan kanaya yang langsung mendapat jitakan maut dari kanaya. " pergi sendiri aja sono, gusah ngajak - ngajak." kanaya kembali duduk menikmati dessert dan cappucino coffenya.
" besok kan libur, besok pagi aja sekitar jam 8 an gimana?" ucap zara sambil memakan kentang goreng. mereka sepakat untuk mulai syuting besok pagi jam 8 sesuai dengan saran dari zara. karena malam mulai larut mereka memutuskan untuk pulang dan akan melanjutkannya besok pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY YOU (All About Secret)
Подростковая литература"ini awal takdir kita, dean. Entah itu menjadi akhir kebahagian atau kehancuran Kuatlah dan tetaplah bersamaku" -Derga Bmntr Deandra Adeloffa seorang gadis SMA yang memiliki segudang rahasia yang tak umum untuk seorang pelajar biasa yang kemudian d...