Outro: Love Is Not Over

3.5K 372 110
                                    

Five days ago..

"Kau yakin mau pindah?", pertanyaan Chanyeol hanya dibalas satu anggukan kecil Yoongi.
"Tapi kesannya kau seperti pengecut, Yoong", lanjut Chanyeol sembari menyeruput latte-nya.
Yoongi masih sibuk dengan kertas dan pulpen di tangan, enggan menanggapi ocehan kawannya itu lagi.
"Kalau alasan kepindahanmu hanya karena apartemen itu memiliki banyak kenangan antara kau dan Jihoon lalu kau ingin membuangnya, itu terdengar berlebihan. Kurasa kau kekanakan", ujar pemuda jangkung itu lagi. Tapi karena Yoongi tak juga menanggapi, iapun hanya mendengus kesal lalu pergi dari ruangan itu.

Namun belum sempat ia menutup pintu kembali, kepalanya masuk hanya untuk berseru pada Yoongi,

"Omong-omong, aku kecewa kau akhirnya lebih memilih orang itu dibandingkan Jihoon."

Brak!

Pintu ditutup sedikit kasar oleh Chanyeol membuat Yoongi berjengit kaget. Ia menghela napas dalam, sembari diam-diam menyetujui apa yang diucapkan kawannya itu.
Memang terdengar kekanakan jika Yoongi memutuskan pindah apartemen hanya karena berpisah dengan Jihoon. Tapi kalau ia tetap bertahan tinggal di sana, hatinya akan selalu dihantui perasaan bersalah tanpa henti. Maka itu ia harus pindah dan mencari tempat tinggal baru.

Yoongi meletakkan pulpen lalu meraih ponselnya di atas meja. Menekan nomor seseorang yang ia rasa bisa membantunya kali ini.

"Ha-halo."
Seseorang di seberang menyahut.
"Kihyun-ah, kau di mana? Mari bertemu", tanya Yoongi langsung pada intinya.
"A-akuh. Aww! Sebentar sayang, aku seda-angh menerima telepon! Ih! Lepas du-lu!", Yoongi mengernyitkan dahi lalu memandang layar ponselnya. Tidak salah sambung, pikirnya.
"Yoo Kihyun, sedang apa kau?", tanya Yoongi lagi karena mendengar suara aneh dari seberang.
"U-uh. Maaf Yoong, a-akuh. Akh! Kubilang lepas dulu, Hyung! A-angh! Aku sedang bersama Hyunwoo Hyu-ungh! Sssttt! Sebentar!"

Yoongi merotasikan bola matanya, sedikit menyesal kenapa ia harus menelpon sahabatnya itu sekarang. Benar-benar bukan waktu yang tepat.

"Yoong? Kau masih di sana? Maaf si tua mesum tadi sedang mengikatku. Hehehe. Omong-omong, ada apa?", suara Kihyun sudah terdengar normal, dan Yoongi bisa bernapas dengan tenang sekarang. Karena sungguh, mendengar desahan orang itu membuatnya tidak nyaman.

"Kurasa aku yang harus minta maaf karena menelpon di waktu yang kurang tepat", Yoongi menghyela napas pendek. "Tapi kebetulan sekali jika kau sedang bersama Hyunwoo Hyung sekarang. Bisakah kau tanyakan padanya apa ada kamar kosong? Aku ingin pindah."
"Hah? Pindah? Kenapa tiba-tiba?"
"Hanya ingin saja. Aku mulai bosan tinggal di sana", ujar Yoongi beralasan.
"Tunggu, ini aneh. Aku yakin pasti ada alasan lain kan? Yoong, mengakulah. Kau tidak bisa menutupi apapun dariku."

Yoongi tersenyum tipis mendengarnya. Seperti biasa, Kihyun seolah bisa membaca isi pikirannya walau ia tak mengatakan apapun. Bersahabat sejak SMP dengan pemuda yang tak kalah mungil darinya itu rupanya tidak sia-sia.

"Ceritanya panjang, Ki. Aku tidak bisa bicara di telepon", ujar Yoongi.
"Kalau begitu mari bertemu. Nanti malam pukul delapan di kafe Seokjin. Bagaimana?"
Yoongi tercenung, mendadak ingat pertemuan tak sengaja dengan Taehyung di sana saat ia tengah bersama Jihoon. Dan ia dengar dari Seokjin kalau Taehyung sering mendatangi kafenya untuk berkumpul bersama sahabatnya.
Dia rasa bukan ide yang bagus jika bertemu di sana. Karena Yoongi belum siap jika harus melihat Taehyung lagi. Kondisi hatinya belum netral dan masih perlu ditenangkan.

Karena jika ia langsung bertemu lagi dengan pemuda Kim itu, ia hanya takut menjadikan Taehyung sebagai pelariannya semata. Lagipula, ia sudah meminta Taehyung untuk menunggunya sebentar.

Funny Feelings (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang