Hiruk-pikuk terdengar jelas di setiap lorong koridor sekolah. Seluruh siswa kelas tiga terlihat begitu kecewa. Mereka membuat suasana sekolah begitu ramai. Tidak jarang membuat orang-orang di luar sekolah yang sedang melintas membuat mereka bingung.
Sudah dua tahun. Tidak pernah sekali pun di setiap pergantian semester terjadi perombakan kelas. Namun kali ini, mereka harus menelan kepahitan. Ketika nama mereka berada di setiap papan pengumuman, mereka tidak lagi berada di kelas yang sama. Itu berarti, mereka harus beradaptasi kembali dengan orang-orang baru.
Begitu banyak sekali dari mereka yang tidak terima, sebab ini merupakan hal yang pertama kali dalam sejarah sekolah. Namun ketika kepala sekolah sudah berkehendak, maka tidak akan ada yang berani menentang pria kepala botak itu.
"Kita berada di kelas yang berbeda." Hinata memperhatikan namanya di papan pengumuman. Ia sedikit sulit bernapas, begitu banyak orang-orang yang masih berada di sana.
"Ya ... ini menyebalkan," Ino tidak kalah geram dengan anak-anak lainnya. Setelah keluar dari sana, gadis itu bahkan tidak bisa menenangkan dirinya. "Sudah dua tahu, tidak pernah terjadi perombakan kelas."
"Kepala sekolah baru itu sepertinya melakukan perubahan," Sakura memandang ke arah kerumunan orang-orang di sana. Begitu banyak sekali dari mereka yang begitu penasaran, dan bahkan terus memastikan berulang-ulang. "Ini tahun terakhir kita di sekolah. Tentu banyak siswa yang ingin protes, namun sepertinya tidak ada yang berani menyuarakan."
"Tidak apa, kita masih bisa bertemu."
"Hinata," Ino menunjukkan senyumannya, terlihat jelas kalau dia ingin menggoda temannya itu. "Sebelumnya aku sudah mendengar rumor kalau kelas kita akan dipisah. Bukankah akan lebih baik kalau kau satu kelas dengan dia?"
Ah, gadis itu sangat suka sekali menjahilinya. Kalau sudah begini, tidak ada gunanya untuk membalas. Mereka sangat tahu kelemahan Hinata. "Kau terlihat tenang menanggapi, tapi wajah merahmu itu tidak bisa menutupinya." kata Ino.
Mengedar pandangan sekitar, Hinata menangkap siluet seseorang yang begitu dirindukan olehnya. Masa libur sekolah, membuatnya tidak bisa melihat secara langsung sang pujaan hati. Melihat dari media sosial yang mereka miliki, sama sekali tidak bisa menghilangkan rasa rindu itu.
"Apa kau masih memiliki rasa padanya?" Hinata tersentak, kedua temannya begitu antusias menunggu untuk membuka suara. "Kau tidak pandai berbohong. Kau tahu itu, 'kan Hinata?"
Ya, sekuat apa pun dia menyembunyikan perasaan itu. Tentu akan percuma. Terkadang terlalu menyakitkan, namun terkadang diselingi dengan rasa kebahagiaan. Memendam perasaan sendirian bukanlah hal yang mudah. Pun pula bukanlah hal yang menyenangkan.
Hinata tidak pernah bertegur sapa dengan Naruto. Atau mungkin pemuda itu juga tidak mengenal dirinya. Ah, untuk yang terakhir itu benar-benar menyakitkan kalau diingat. Menyukai seseorang yang tidak pernah tahu akan keberadaan kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Range
Fanfiction2018 : About This Feeling Di tahun terakhir Hinata sekolah, bukan merupakan hal yang begitu spesial untuknya. Dua tahun memendam rasa bukanlah hal yang mudah. Semua yang terlihat baik-baik saja , justru sebaliknya. Satu persatu semuanya berubah, t...