[4] CR : More Two Years

3.9K 395 5
                                    

Bagi Hinata, hidup terlalu singkat melakukan sesuatu yang menguras emosi maupun perasaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi Hinata, hidup terlalu singkat melakukan sesuatu yang menguras emosi maupun perasaan. Tentu masalah yang sedang menimpanya ini berhasil membuat dirinya pusing, merasa lelah dan membuatnya terus berpikir. Beruntung, kalau ini tidak membuatnya merasa sedih dan berakhir menangis.

Dia kehilangan teman-teman kepercayaannya di tahun terakhir ini. Aneh rasanya ketika hari-hari di sekolah terasa berbeda tanpa mereka. Namun Hinata tidak bisa memaksakan keadaan kembali seperti semula. Sekalipun itu dia ingin meminta maaf. Ah, mungkin untuk yang terakhir itu tidak akan terjadi.

"Tidak ada yang lebih baik dari bolos kelas."

Demi menenangkan pikiran dan hatinya, hari ini dia memutuskan untuk membolos kelas. Berada di atas atap sekolah membuat dirinya merasa tenang. Dari atas, dia bisa melihat seluruh pemandangan sekolah. Lapangan diisi oleh siswa yang tengah berolahraga.

Saat itu dadanya merasa sesak. Rasa kesepian itu tidak bisa disembunyikannya.

"Kau bolos kelas?" Hinata tersentak, melirik dari ujung matanya. Saat itu dia mencoba untuk menenangkan dirinya. Naruto ada di sebelahnya. Tentu hal ini membuatnya terkejut akan kehadiran pemuda itu yang tiba-tiba.

"Ya." jawab Hinata singkat. Ia tidak dapat menyembunyikan kegelisahan di hatinya, sekali-sekali menghela napas.

Suatu hal yang tidak terduga bahwa dia akan berbicara seperti ini pada Naruto Uzumaki. Meskipun itu pembicaraan singkat dan sederhana. Sebagai perempuan yang tengah jatuh cinta, tentu hal ini merupakan hal yang membahagiakan.

Tetapi, rasa bahagia itu tidak berlangsung lama. Kedua bola matanya memandang teduh ke arah bawah. Ia teringat sesuatu yang mampu membuat dadanya sakit. Mengenai rumor ̶ ̶ Naruto sedang dekat dengan salah satu adik kelas mereka.

Ah, rasanya benar-benar menyebalkan. Padahal tadi dia sempat merasakan senang, namun ingatan rumor buruk itu berhasil menyelimuti pikiran Hinata saat ini.

"Apa kau temannya Kiba?" Naruto melirik ujung matanya, gadis di sebelahnya hanya merespons dengan anggukan. "Dia pernah menceritakan sesuatu padaku," katanya. Dia mengalihkan pandangan ke arah bawah. "Ada seseorang yang menyukaiku dari dulu. Apa kau tahu siapa orang itu?"

Orang itu adalah aku.

Andai Hinata bisa mengatakan itu dengan mudah. Lalu apakah yang akan terjadi selanjutnya? Tidak, dia tidak ingin mengacaukan situasi ini. Mungkin akan bertambah lebih buruk. Lebih buruk dari kehilangan teman-temannya. Sebab ini, akan menjadi awal bagi mereka. Mungkin ini membuatnya berharap, namun kali ini Hinata merasakan kalau apa yang ada di dalam pikirannya itu adalah benar.

"Sepertinya tidak," sahut Hinata. Ia juga tidak akan mampu mengatakan hal yang sebenarnya. "Kau ingin tahu tentang orang itu? Kenapa kau tidak tanyakan langsung pada Kiba? Kalian terlihat cukup dekat."

"Ya. Kau tahu, terkadang ucapan anak itu tidak dapat dipercaya. Sulit rasanya membedakannya dengan lelucon."

Pandangan Naruto beralih mengamati gadis di sebelahnya. Terlihat sekali kalau gadis itu sedang memikirkan sesuatu. Ini pertama kalinya bagi Naruto mengajak seorang gadis untuk berbicara. Sekarang dia ingat, kalau dia dan gadis itu berteman di salah satu akun sosial media.

Close RangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang