Kiba memperhatikan Naruto yang tengah diam. Pemuda itu tidak banyak bicara seperti biasanya. Dia tidak menduga kalau pemuda itu bisa seperti ini jika tengah patah hati. Kiba lebih menyimpulkan kalau Naruto tengah patah hari daripada jatuh cinta. Mengingat saat ini dua orang itu memiliki hubungan yang buruk.
"Jadi, kau jatuh cinta pada Hinata?" tidak ada sahutan, namun dia tahu kalau diamnya Naruto sudah menjawab pertanyaannya. "Sepertinya ... mantan kekasihmu itu berkata benar."
Naruto bergeming, sekali-sekali memandang Kiba dengan wajah masam, sebab pemuda itu tidak seperti berada di pihaknya.
"Alasan kenapa aku tidak ingin merelakan Hinata padamu, karena aku tahu kau orang yang seperti apa. Meskipun aku seorang laki-laki, terkadang aku bersikap sama sepertimu saat mengetahui kalau ada seseorang yang menyukaiku," Kiba membuang tawa hambar ̶ ̶ seolah-olah tengah menertawai dirinya sendiri. "Sudah aku katakan padamu, kalau Hinata benar-benar tulus menyukaimu. Aku pikir, sangat jarang ditemukan perempuan seperti dirinya ̶ ̶ rela memendam perasaan itu sampai bertahun-tahun. Kalau aku berada di posisinya, aku pasti sudah menyerah."
Dia menatap lurus ke depan, hanya memandang bangunan yang menjulang tinggi yang terlihat begitu kecil. "Laki-laki selalu menyadari jika seseorang menyukai dirinya. Namun mereka memilih diam seolah-olah tidak tahu apa-apa. Ada pula yang memanfaatkan keadaan untuk sebagai tempat menghilangkan rasa jenuh." kata Naruto.
"Kau tidak paham apa yang aku katakan padamu?" Kiba sedikit merasa kesal dengan pemuda itu karena berbicara aneh tiba-tiba. Merasa bahwa kalau Naruto memang sengaja mengalihkan topik
"Aku paham," sahut Naruto. "Karena situasi saat ini membuatku begitu tertekan." dia menunduk, bahkan tidak berani menoleh ke arah lawan bicaranya.
"Kau ingin tahu sesuatu?" Naruto hanya melirik dari ujung matanya, saat Kiba mulai berbicara. "Begitu banyak laki-laki yang selalu mencoba mengambil hatinya, bahkan termasuk teman-teman kelasku. Namun dia selalu menolak lebih dulu dan meminta padaku untuk menyampaikan pada mereka secara langsung."
"Untuk apa dia melakukan itu?"
Kiba berdecak lidah sembari memutar bola matanya bosan. Naruto terlihat kelewatan baginya. Merasa kesal, dia pun memukul kepala pirang itu, "Dasar tidak peka!" tidak jarang pula dia melempar makian kasar kepada Naruto.
"Sudah jelas-jelas aku katakan padaku, bahwa Hinata menyukai dirimu. Bahkan saat kalian tidak pernah bertegur sapa dia tetap menyukaimu."
"Sejujurnya, Aku belum siap untuk meletakkan hatiku pada seseorang," Kiba bergeming, menatap dengan penuh selidik, "Aku menghargai perasaannya, aku akui selalu ada perasaan aneh saat sedang bersamanya." kata Naruto.
"Itu berarti kau memiliki perasaan pada Hinata. Dasar bodoh!" sahut Kiba. Saat ini temannya itu benar-benar membuat kepalanya pusing dan terlalu bertele-tele dalam berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Range
Fanfiction2018 : About This Feeling Di tahun terakhir Hinata sekolah, bukan merupakan hal yang begitu spesial untuknya. Dua tahun memendam rasa bukanlah hal yang mudah. Semua yang terlihat baik-baik saja , justru sebaliknya. Satu persatu semuanya berubah, t...