Seperti mimpi. Hanya itu yang Hinata rasakan saat ini. Keberadaan Naruto di Halte membuat dirinya sulit untuk mempercayai situasi saat ini. Duduk berdua, menunggu Bus yang tidak kunjung datang. Saat itu dia berharap, kalau Bus tidak akan pernah datang dan waktu berjalan dengan lambat.
Hinata tidak menyukai hujan. Namun untuk hari ini, dia menyukainya. Meskipun itu dikarenakan akan kehadiran pemuda itu. Seperti apa yang dia katakan sebelumnya ̶ ̶ bahwa hujan membuat dirinya menunggu. Ia tidak suka menunggu, namun pada kenyataannya apa yang dilakukan olehnya adalah menunggu seperti ̶ ̶ menunggu perasaannya terbalas.
Ah, kalau ia mengingat hal itu. Lagi-lagi dadanya merasa sesak, namun untuk kali ini dia tersenyum hambar. Seolah-olah menertawai dirinya sendiri yang begitu bodoh.
Naruto melirik dari ujung matanya. Memperhatikan gadis di sebelahnya yang tersenyum. Sedari tadi mereka terlalu banyak berdiam di sini. Keduanya tidak terlalu banyak bicara. Ketika pertanyaan muncul di antara keduanya, maka satu jawaban mengakhiri semuanya.
"Sepertinya Bus akan datang terlambat."
"Kau benar." Hinata memeluk tas sekolahnya. Suhu udara semakin rendah dan itu berhasil membuatnya kedinginan.
"Kau baik-baik saja?" tanya Naruto. Hinata mengangguk sembari memeluk erat tasnya. Pemuda itu memperhatikan kaki gadis itu yang sedari tadi bergera-gerak, mencoba menyesuaikan diri untuk mencari kehangatan.
Dia membuka tas sekolahnya, memberikan sweater itu pada Hinata. "Kau bisa memakai ini." katanya.
Hinata memandang sweater itu dan Naruto. Sweater tebal berwarna biru itu terlihat tidak asing di matanya. Sekarang ia baru mengingat kalau itu merupakan sweater yang selalu dipakai pemuda itu. Ia beranggapan kalau itu merupakan swater kesayangan Naruto.
Saat itu dia beranggapan, kalau itu merupakan sweater yang diberikan oleh orang yang Naruto sayangi atau mungkin kekasihnya. Di saat seperti ini, pikiran aneh itu datang. Benar-benar waktu yang tidak tepat.
"Tidak," dia menolak dengan halus. "Sepertinya kau lebih membutuhkan itu daripada aku, seragam sekolahmu pasti lembap." Hinata menunduk, merapatkan kedua kakinya. Bahkan dia mengalihkan pandangan dari lelaki itu.
"Terimakasih, tapi aku menyukai cuaca hari ini," Naruto tidak merespons, dia hanya memperhatikan gadis itu yang sedari tadi menunduk. Terlihat sangat jelas di matanya, kalau Hinata memang ingin menghindari sesuatu. "Di beberapa kesempatan, aku melihatmu memakai sweater itu. Warna yang sangat kontras dengan warna bola matamu, sepertinya itu merupakan sweater kesayanganmu."
"Ini dari mantan kekasihku," sahut Naruto, dan itu berhasil membuat Hinata menatap dirinya. "Akan sangat disayangkan kalau hanya menjadi pajangan di rumah."
Hinata tersenyum tipis, meskipun di sini dia ingin menjerit sekuat-kuatnya. Ya, tentu ini benar-benar sesuatu yang menyakitkan untuknya. Bahkan saat ini dia merasa matanya mulai panas. Ia sengaja memancing kalimat itu, hanya menginginkan kebenaran. Apakah tebakannya itu benar, kalau sweater itu merupakan pemberian matan kekasihnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Range
Fanfiction2018 : About This Feeling Di tahun terakhir Hinata sekolah, bukan merupakan hal yang begitu spesial untuknya. Dua tahun memendam rasa bukanlah hal yang mudah. Semua yang terlihat baik-baik saja , justru sebaliknya. Satu persatu semuanya berubah, t...