[7] CR : I am Sorry

3.7K 362 21
                                    

Hinata termenung di tempatnya, berdiri di tengah-tengah koridor sembari memeluk erat sweater itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hinata termenung di tempatnya, berdiri di tengah-tengah koridor sembari memeluk erat sweater itu. Kepalanya terus berputar-putar tentang kejadian kemarin. Tidak menduga kalau Naruto akan mengantarnya sampai ke rumah, tidak peduli jika hari semakin malam. Ia masih mengingat bagaimana tidak ada sepatah kata pun di antara mereka selama dalam perjalanan pulang.

"Aku harus tenang." Hinata mengatur napasnya. Sekarang dia berada di koridor kelas Naruto. Dia ingin mengembalikan sweater pemuda itu yang bahkan telah di cuci bersih olehnya.

Sedari tadi, ada perasaan ragu yang menghampiri Hinata. Namun dia tetap berusaha menyemangati diri agar ia dapat mengembalikan sweater pemuda itu. Ketika ia hendak berjalan, wajah cerita itu perlahan memudar. Bibirnya melengkung ke bawah, saat Ino dan Sakura ada di depan matanya.

Ino meneliti dirinya dengan seksama, "Bukankah itu sweater Naruto?" tanyanya. Hinata tidak menjawab, dan justru memilih membalas tatapan mata mengintimidasi itu.

"Ya," katanya. "Dan aku pikir itu bukan urusanmu." merasa tidak ada lagi hal yang perlu dibicarakan, maka Hinata memilih pergi dari sana. Tidak peduli bagaimana ekspresi kedua orang itu memandang kesal dirinya. Ia tidak bisa berlama-lama, atau mungkin situasi akan semakin buruk.

◊◊◊◊

Pada akhirnya, dia tidak dapat mengembalikan sweater itu pada Naruto. Meskipun mengundur waktu untuk mengembalikan sampai pulang sekolah tiba. Justru dia mendapatkan luka kembali. Naruto sedang bersama mantan kekasihnya. Sungguh terlihat aneh jika dia tiba-tiba muncul di antara mereka. Siapa pun itu, pasti akan berpikiran hal yang sama dengannya.

"Meskipun mereka sudah putus, sampai saat ini bahkan masih berkomunikasi. Bukankah keduanya masih memiliki perasaan?"

Hinata tidak dapat berpikir jernih. Perasaannya bercampuraduk, dan itu membuatnya memilih berada di atap sekolah sampai sekarang. Ia mencoba menenangkan hatinya untuk saat ini. Jika pun dia memilih pulang, itu berarti dia harus melewati Naruto yang sedang berbicara dengan mantan kekasihnya. Ah, Hinata tidak akan sanggup untuk pura-pura tidak tahu.

Hinata mengingat pembicaraannya dengan salah satu anak laki-laki di kelas yang merupakan teman dekat Naruto dalam organisasi sekolah. Ia tanpa sengaja mengalihkan topik untuk berbicara mengenai Naruto yang sedang dekat dengan adik kelas.

"Oh maksudmu Naruto? Mereka berpacaran hanya beberapa bulan. Lalu adik kelas itu menjauh dengan sendirinya. Apa mungkin dia sakit hati?"

Dia bingung harus mempercayai yang mana. Begitu banyak informasi yang berbeda dari orang yang berbeda. Namun setelah beberapa hari ini, kedekatannya dengan Naruto, ia mulai paham. Naruto masih menjaga komunikasinya dengan orang yang pernah menjalin hubungan dengannya. Bukankah itu merupakan sesuatu yang baik?

Untuk satu sisi, Hinata memiliki pikiran yang sama akan hal itu. Namun, untuk di lain sisi. Dia justru berpikiran yang aneh, berpikir; Naruto masih memiliki rasa terhadap mantan kekasihnya.

Close RangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang