Sepuluh tahun berlalu bukanlah waktu yang mudah bagi Hinata. Dia bahkan tidak pernah melupakan bagaimana usahanya demi mendapatkan gelar sarjana kedokteran hewan. Bahkan dia harus belajar mati-matian kembali demi mendapatkan sertifikat agar bisa bekerja setelahnya. Waktu yang cukup lama dihabiskan untuk belajar. Namun dia tidak p
pernah sekali pun mengeluh."Aku tidak menduga kalau menjadi Dokter Hewan serumit Dokter umum." Rasanya benar-benar lelah bagi Hinata. Hampir setiap hari dia selalu berada di rumah sakit, tidak lupa turun ke lapangan demi membantu Dokter lainnya. Baru-baru ini, dia berada di Australia karena mendapatkan panggilan karena kekurangan Dokter untuk mengobati beberapa hewan yang terluka akibat kebakaran hutan.
Dia menghela napas, keluar dari rumah sakit, menghirup udara di sekitar dengan puas. Hinata seakan lepas dari tekanan yang begitu berat setelah mendapatkan istirahat untuk beberapa hari ke depan.
"Hinata," Hinata tersentak ketika seseorang menepuk pundaknya. "Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" Kiba di depan matanya, pemuda itu menggunakan seraga militer yang melekat pas di tubuh tegapnya.
"Astaga!" Hinata menganga tidak percaya, dia bakan sulit untuk mengatakan sesuatu karena syok melihat lelaki itu yang tampak berbeda.
"Aku traktir hari ini," kata lelaki itu sembari menunjukkan dompet tebalnya. Sedangkan Hinata tertawa, memukul wajah Kiba dengan tas hitamnya sembari tertawa. "Sialan, apa itu yang harus kau lakukan saat bertemu dengan teman lamamu."
"Ya," sahut Hinata, mengambil langkah lebih dulu melewati Kiba. "Karena kau benar-benar sangat menyebalkan dan aku tidak pernah melupakan itu." Kiba tergelak, menganggap bahwa apa yang didengar olehnya hanya lelucon.
◊◊◊◊
"Bagaimana kau bisa mengetahui aku bekerja di sana?" Hinata menetap Kiba, sembari mencicipi kopi hangat di sana. Aromanya benar-benar menggelitik hidungnya, belum lagi makanan manis yang dihidangkan benar-benar membuatnya begitu tergoda. Ah, setelah ini rasanya dia ingin menghabiskan uang lelaki itu.
"Baiklah, ini terakhir kalinya aku mentraktir dirimu." Kiba menghela napas, meja mereka terlihat penuh dengan berbagai makanan. Sekarang dia benar-benar menyesal telah mentraktir gadis itu.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, Kiba."
"Entah kenapa kau semakin cantik, rambut pendek itu benar-benar membuatmu lebih dewasa." Hinata memutar bola matanya, sebab lelaki itu tidak menjawab pertanyaannya.
"Kiba!" geramnya. "Apa kau mendengarkanku?" Hinata bahkan memaikan sendok tepat di depan mata lelaki itu. Kiba pun dibuat panik setelahnya.
"Maaf, kebetulan aku bertemu dengan Sakura saat berada di jalan. Lalu dia mengatakan kalau kalian bekerja di rumah sakit yang sama. Dunia tidak seluas yang kita kira."
"Oh," Hinata tersentak saat lelaki di depannya terlihat sengaja membuatnya terkejut. "Aku merindukanmu, apa kau tidak merindukanku?"
"Tidak," sahutnya dengan cepat. "Aku terlalu sibuk belajar, karena itu aku tidak memikirkan apa-apa selain diriku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Range
Hayran Kurgu2018 : About This Feeling Di tahun terakhir Hinata sekolah, bukan merupakan hal yang begitu spesial untuknya. Dua tahun memendam rasa bukanlah hal yang mudah. Semua yang terlihat baik-baik saja , justru sebaliknya. Satu persatu semuanya berubah, t...