🌼 PART 1 🌼

3.3K 177 3
                                    

"Adiba.. Bangun nduk"

Adiba bangun ketika Ayah mengetuk pintu kamarnya.

"Iya Yah, sebentaar.. "
Aku membuka pintu kamar, kulihat Ayah dengan peci hitamnya dan sarung berwarna hijau gelap.

"Ayo, nduk! kita sholat subuh.. Ayah akan ke masjid sekarang"

"Iya yah, Adiba sholat di rumah, sekalian menyiapkan sarapan juga mau siap-siap hari ini MOS pertama Adiba"

"Ya sudah nduk, Ayah berangkat sekarang.. Adzan sudah berkumandang. Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam yah.. Hati-hati"
Ayah kemudian pergi dengan menutup kembali pintu kamarku.


Perkenalkan, namaku Adiba Najma Syakila. Aku lahir dengan keadaan piatu. Ibuku meninggal sesaat setelah melahirkanku.
Untuk saat ini, hanya dengan berdoa bentuk kebaktianku pada ibu. Aku selalu berdoa agar ibuku mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, karena aku  diberitahu hadits oleh Ayah tentang kemuliaan seorang ibu yang meninggal demi melahirkan anaknya.

Orang yang terbunuh di jalan Allah (fii sabilillah) adalah syahid; orang yang mati karena wabah adalah syahid; orang yang mati karena penyakit perut adalah syahid; dan wanita yang mati karena melahirkan adalah syahid.(HR. Ahmad, 2: 522. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan ‘Adil Mursyid menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).

Tapi terkadang aku iri melihat teman-teman yang memiliki ayah juga ibu, mereka mendapat kasih sayang yang utuh dari kedua orangtuanya. Sedangkan aku? Melihat wajah ibuku secara langsung saja tidak pernah. Tapi tak apa, Ayah selalu bilang padaku bahwa ini lah takdir. Ada hikmah dibalik semua masalah ini.
Setiap aku sedih, ada Ayah dan Abang yang selalu menghiburku.

Oh iya.. Ayah ku bekerja sebagai pemilik restoran ternama di kota Malang, alhamdulillah cabang nya sudah ada beberapa di kota ini.
Abangku saat ini sedang kuliah di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Ia memeroleh beasiswa dari sekolahnya dulu.
Suatu saat nanti, aku bermimpi bisa kuliah disana mengikuti jejak Abangku, semoga Allah mempermudah langkahku dalam meraihnya.
      


                           🍃🍃🍃

Setelah Adiba dan Bi Inah membuat sarapan, Adiba bersiap-siap untuk berangkat sekolah dengan semangat pagi. Ya karena ini hari pertama nya sekolah di SMAN favorit yang ada di Malang.

Di rumah, aku tidak hanya bersama ayah. Tetapi juga ada Bi Inah dan suaminya, Pak Joko. Yang biasa menjadi supir pribadi ayah. Mereka sudah belasan tahun bekerja pada ayah. Mungkin sedari aku kecil. Oleh karenanya, aku menyayangi mereka seperti aku menyayangi orangtuaku sendiri.

Tibalah aku di sekolah dengan diantar Pak Joko.

Di kelas, aku bertemu dengan teman-teman baruku. Mereka semua ramah dan baik.. Tetapi sebagian dari mereka melihatku dengan aneh, mungkin karena jilbab yang aku pakai ini lebar.
Tapi aku hanya tersenyum untuk itu.

"Assalamualaikum, Adiba. aaa senangnya.. Akhirnya kita satu sekolah malahan satu kelas lagi ya" ucap Syifa, sahabat karibku dari kecil.

"Waalaikumussalam Syifa, iya aku juga seneng bangeett akhirnya sekelas lagi sama sahabat bawelku yang satu ini" jawab Adiba sambil menyubit pipinya yang tembem itu. Ia mengerucutkan bibirnya ketika aku menyubit pipinya itu.

Kenalkan, sahabatku. Syifa Nur Fadilah. Dia sahabat baikku dari kecil. Syifa juga menggunakan jilbab lebar sepertiku. Dia gadis yang baik, juga soleha.
Walaupun kami mengenakan jilbab syar'i, bukan berarti kami paling baik. Tapi kami masih berusaha untuk menjadi wanita soleha dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Seperti yang dijelaskan dalam Q.S. An-nur
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allâh maha mengatahui apa yang mereka perbuat." Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [an-Nûr/24:31]

Aku bersyukur memiliki sahabat baik seperti syifa. Aku harap tidak hanya di dunia saja aku bisa bersahabat dengannya, tetapi juga di jannah-Nya. Aamiin.

      Hi, readers👋
                        Ini cerita pertamaku,          semoga kalian suka ya
                 Enjoy to reading it!
                  And don't forget click 🌟 di bagian kiri bawah. Thank you.

Salam cinta,
Afifah

Ya Rabb Aku Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang